BERITA GEMBIRA BAGI ORANG YANG SAKIT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Sungguh, Rabb Yang Mahabijaksana akan senantiasa memberikan
ujian dan cobaan bagi para hamba hambaNya. Rasulullah bersabda : “Matsalul
mukminin kamatsaliz zar’i. laa tazzaalur riyaahu tufiiuhu wa laa yazaalul
mu’minu yushiibuhu balaa’ Permisalan seorang mukmin seperti tanaman, angin
senantiasa menerpanya. Seorang mukmin itu akan selalu ditimpa cobaan. (H.R Imam
Muslim dan Imam Tirmidzi).
Salah satu cobaan atau ujian yang pada waktunya pasti akan
menimpa setiap hamba tanpa kecuali adalah sakit. Baik sakit yang ringan maupun
yang berat, lama ataupun sebentar.
Orang yang beriman tidak akan pernah ragu sedikitpun bahwa sakit yang menimpanya
adalah ketentuan yang telah Allah tetapkan baginya. Orang beriman itu yakin
bahwa sakit yang menimpanya pasti memiliki hikmah dan pelajaran baginya. Oleh
karenanya seorang hamba akan selalu berusaha untuk memelihara sikap sabar dan ridha didalam
dirinya dalam menghadapi ujian berupa sakit dan yang lainnya.
Dari pandangan sebagian manusia mungkin sakit dianggap suatu
yang buruk. Tidak ada kebaikannya karena
memang secara fisik terasa tidak menyenangkan. Butuh biaya untuk berobat. Berhenti
sementara dari berbagai kegiatan bahkan tidak mampu melaksanakan sebagian
ibadah yang biasa dilakukan. Menambah kerepotan keluarga dan yang lainnya. Tapi
ketahuilah dibalik itu ada manfaat dan pelajaran yang bisa diambil oleh yang
sakit, keluarga dan kerabatnya dan siapa saja yang mau mengambil ibrah dari
keadaan sakit tersebut.
Menerima dengan sabar dan ridha.
Sabar dan ridha adalah
kunci untuk mendapatkan banyak kebaikan dari setiap cobaan atau penyakit
yang dialami seseorang. Semuanya terjadi karena izin dan kehendak Allah.
Allah berfirman : “Maa
ashaaba min mushibatin illa bi-idznillah” Tidak ada . sesuatu musibah pun
yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. (Q.S at Taghabun 11).
Berkenaan dengan ayat diatas, Alqamah berkata : Ayat ini
tentang musibah yang menimpa seseorang kemudian dia menyadari bahwa itu semua dari Allah, maka dia ridha dan
menerimanya (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Imam Ibnul Jauzi berkata : Dunia ini dijadikan tempat cobaan
bagi manusia. Hendaknya orang yang berakal
selalu melatih diri agar (selalu)
bersabar.
Ketahuilah saudaraku, jika engkau mengalami sakit yang Allah
telah tetapkan untukmu, maka engkau ridha atau tidak. Engkau sabar atau tidak,
penyakit itu tetap akan mendatangimu. Jika engkau tidak sabar dan tidak ridha
maka akan rugi dua kali. Pertama : Penyakit itu tetap menimpamu karena datang
dari sisi Allah dan Allah telah mentakdirkannya bagimu. Kedua : Engkau tidak
mendapat kebaikan yang dijanjikan Allah bagi orang yang sabar dan ridha dalam
menerima sakit atau ujian yang lainnya. Renungkanlah wahai saudaraku.
Berita gembira bagi yang sakit.
Sungguh Allah dengan RakhmatNya yang Agung, telah menyediakan
banyak sekali kebaikan bagi orang yang beriman yang ridha atas penyakit atau
musibah apapun yang menimpanya. Diantaranya adalah :
Pertama : Menghapuskan sebagian kesalahan.
Inilah salah satu berita gembira bagi yang sakit yaitu
sebagaimana Rasulullah bersabda : “Maa
yushibul muslima min nashabin walaa washabin walaa hammin walaa huznin walaa
adzan walaa ghammin hattasy syaukati yusyakuha illa kaffarallahu bihaa ‘anhu
min khathaayaah.” Tidaklah menimpa seorang muslim berupa kelelahan, sakit,
gelisah, kesedihan, gangguan dan kesusahan –sampai sampai duri duri yang
menusuknya- melainkan Allah akan menghapus kesalahannya (dosa-dosanya). H.R
Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Rasulullah bersabda : “Maa min muslimin yusyaaku syaukatan
famaa fauqaha illaa kutibat lahu bihaa darajatun wa muhiiyat ‘anhu bihaa
khatii-atun” Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu yang lebih dari
itu, melainkan hal itu akan dicatat sebagai satu derajat (kebaikan) bagi
dirinya, dan akan dihapuskan kesalahan dari dirinya. (H.R Imam Muslim).
Kedua : Allah menghendaki kebaikan baginya.
Sakit atau cobaan yang diderita seorang hamba merupakan
pertanda bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya.
Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairaan yushib
minhu” Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan memberinya
cobaan. (H.R Imam Bukhari)
Abu ‘Ubaid berkata : Makna dari hadits ini adalah bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan mencobamu dengan berbagai musibah (termasuk sakit yang
diderita) untuk mencurahkan pahala kepadanya.
Sungguh hadits ini merupakan berita gembira bagi yang ditimpa
sakit musibah yang lainnya.
Ketiga : Mendapat
derajat yang tinggi.
Sakit atau cobaan yang diderita seseorang adalah merupakan
kabar gembira baginya karena Allah menjanjikan kedudukan yang tinggi disisiNya.
Rasulullah bersabda : “Innar rajula takuunu lahul manzilatu
‘indallahi famaa yablughuhaa bi’amalin falaa yazaalullahu yabtaliihi bimaa yakrahu hatta
yuballighahu dzalika” Ada seorang
hamba yang mendapat kedudukan mulia di
sisi Allah bukan karena amalannya. Allah memberi cobaan dengan sesuatu
yang tidak menyenangkan hingga ia meraih
derajat mulia tersebut. (H.R Abu Ya’la dan Al Hakim, di shahihkan oleh Syaikh
al Albani).
Keempat : Balasan sesuai dengan musibah.
Ganjaran pahala yang akan diterima oleh seorang yang mendapat cobaan adalah sebagaimana berat ujian yang menimpanya.
Ini adalah juga berita
gembira bagi seorang hamba yang sedang mengalami sakit ataupun yang mendapat
ujian dalam bentuk yang lain.
Rasulullah bersabda : “Inna ‘izhamal jazaa’ ma’a ‘izhamil
balaa’. Wa innallaha idza ahabba qaumab talaahum. Faman radhiya falahum radha
waman sakhitha falahus sukhthu”. Sungguh
besarnya balasan seimbang dengan besarnya musibah. Apabila Allah
mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya. Barangsiapa yang ridha maka dia
mendapat keridhaan (Allah) dan barang siapa yang benci maka baginya kebencian.
(H.R Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Kelima : Pahala tetap ditulis dalam keadaan sakit.
Juga merupakan berita gembira bagi yang ditimpa sakit bahwa
pahala amal yang biasa dia kerjakan tetap akan
dicatat sebagaimana ketika sehat.
Rasulullah bersabda : “Maridhal ‘abdu au saafara kutiba lahu
mitslu maa kaana ya’malu muqiman shahihan”
Apabila seorang hamba sakit atau sedang bepergian, akan tetap ditulis
pahalanya seperti ketika dia mukim atau sehat. (H.R Imam Bukhari).
Kita berdoa kepada Allah agar diberi kesehatan. Namun jika
Allah berkehendak lain dari yang kita inginkan itulah hak dan kebijaksanaan Allah
terhadap makhluknya. Kita diberi ujian dengan sakit misalnya, maka kita wajib
menerima dengan sabar dan memohon kiranya Allah memberikan kebaikan, menghapuskan
sebagian dosa dosa kita.
Allahu A’lam (063)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar