DUA HARI RAYA ISLAM DIDAHULUI DENGAN IBADAH PUASA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Kita semua mengetahui bahwa hari yang dirayakan atau hari raya dalam Islam hanya dua yaitu ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha. Ini ditetapkan dan dijelaskan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabda beliau :
الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr). (H.R an Nasa’i dan Imam Ahmad).
Sungguh hari raya dalam agama kita memiliki karateristik sendiri yaitu kedua hari raya ini DITANDAI ATAU DIMULAI DENGAN BERPUASA SEBELUMNYA diantaranya untuk penghapus dosa hamba hamba Allah yang mengamalkannya :
Pertama : Hari Raya ‘Idul Fitri pada 1 Syawal.
Hari raya ‘Idul Fitri ditandai dengan puasa wajib di bulan Ramadhan selama sebulan penuh sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S al Baqarah 183).
Sungguh sangatlah banyak keutamaannya, diantara adalah sebagai PENGHAPUS DOSA YANG TELAH LALU yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Kedua : Hari Raya ‘Idul Adha pada 10 Dzulhijjah
Hari Raya ‘Idul Adha juga ditandai dan didahului dengan berpuasa sebelumnya. Puasa yang paling masyhur sebelum ‘Idul Adha adalah puasa Arafah di hari ke sembilan bulan Dzulhijah.
Tentang hukumnya antara lain dijelaskan oleh Imam Nawawi berkata : Adapun hukum puasa Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah adalah : Disunnahkan puasa Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. (al Majmu’).
Dalil dan keutamaannya disebutkan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dalam sabda beliau :
أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده
Aku berharap kepada Allah semoga (puasa 9 Dzulhijjah) menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya. (H.R Imam Muslim).
Selain itu juga disyariatkan untuk berpuasa sejak 1 sampai 8 hari Dzulhijjah dan diteruskan dengan puasa Arafah pada 9 Dzlhijjah. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Diantara yang mengamalkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu Umar. Juga ulama lain seperti al Hasan al Bashri, Ibnu Sirin dan Qatadah. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. (Latha-if al Ma’arif).
Oleh karena itu hamba hamba berusahalah untuk bisa berpuasa pada 9 Dzulhijjah yaitu puasa Arafah. Dan juga sangat baik jika dimulai berpuasa dari 1 Dzulhijjah semampunya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.356).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar