BANYAK BERSUJUD JALAN UNTUK BERSAMA RASULULAH DI AKHIRAT
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam adalah Khalilullah yaitu kekasih Allah yang paling dekat. Beliau, dengan perkenan Allah Ta’ala akan menempati surga tertinggi di akhirat kelak. Umat beliau tentulah betul betul sangat ingin pula bersama beliau. Ketahuilah bahwa untuk bisa bersama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam di akhirat kelak maka beliau telah mengajarkan beberapa jalan untuk orang beriman. Satu diantaranya adalah dengan BANYAK BERSUJUD.
Dalam satu hadits dari Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami, disebutkan bahwa dia berkata :
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي : سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku : Mintalah sesuatu !. Maka akupun menjawab : Aku meminta kepada engkau agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemani engkau di Surga.
Beliau menjawab : Ada lagi selain itu ?. Itu saja cukup ya Rasulullah, jawabku. Maka Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan MEMPERBANYAK SUJUD. (H.R Imam Muslim).
Syaikh Utsaimin menjelaskan : Memperbanyak sujud dalam hadits ini maknanya adalah memperbanyak shalat. (Syarah Arba’in an Nawawiyah)
Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah memperbanyak shalat sehingga banyak pula kesempatan bersujud. Shalat yang TIDAK AKAN PERNAH DILALAIKAN SEDIKITPUN oleh hamba hamba Allah adalah SHALAT FARDHU. Selain itu sangatlah banyak shalat sunnah yang disyariatkan dan itulah kesempatan untuk banyak bersujud bagi yang mengamalkannya. Diantaranya adalah :
Pertama : Shalat sunnah Rawatib.
Shalat sunnah rawatib yaitu shalat shalat yang dilakukan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dan dianjurkan bersama shalat wajib, baik sebelum maupun sesudahnya. Ada yang mendefinisikannya dengan shalat sunnah yang mengikuti shalat wajib. (Shahih Fiqih Sunnah).
Jumlah rakaatnya, semua adalah 12 sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘Anha, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
Siapa yang shalat 12 rakaat shalat sunnah rawatib dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga. (H.R Imam Muslim).
Shalat 12 raka’at yang dimaksud adalah empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh sebagaimana yang terdapat dalam hadits Aisyah dalam Sunan at Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Kedua : Shalat sunnah lail. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.
Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari. (H.R Imam Muslim).
Rasulullah Salallahu a’alihi Wasallam biasa mengerjakan shalat lail ini sebelas rakaat yaitu 8 rakaat shalat tahajud dan 3 rakaat shalat witir. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari ‘Aisyah, dia berkata : Rasulullah tidak pernah menambah shalat malam itu, baik ketika bulan Ramadhan atau bulan lainnya dari sebelas rakaat.
Beliau shalat empat rakaat, jangan tanya tentang baik dan panjangnya. Kemudian, shalat lagi empat rakaat, jangan tanya baik dan panjangnya. Kemudian, shalat witir tiga rakaat. Saya bertanya : Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum witir ?. Beliau menjawab : Ya ‘Aisyah, walau kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur.
Ketahuilah bahwa shalat lail adalah kebiasaan orang orang shalih dari dahulu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَدِ
Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena itu merupakan kebiasaan orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari perbuatan dosa, menghapus keburukan, dan mencegah penyakit dari badan. (H.R. Imam Ahmad, at Tirmidzi dan al Hakim).
Ketiga : Shalat sunnah Dhuha
Shalat dhuha atau shalatul Awwabiin adalah shalat sunnah mu’akkadah, dimulai sejak terbitnya matahari setinggi tombak, sampai menjelang tergelincirnya matahari, minimal dua rakaat dan tak terbatas jumlah maksimalnya (Fataawaa Syaikh Abdul Aziz ibn Baaz, www.binbaz.org.sa)
Tentang jumlah rakat shalat dhuha, sebagian ulama berpendapat tidak ada batasannya, dalilnya adalah hadits dari Aisyah radhiallahu’anha :
كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يُصلِّي الضُّحى أربعًا، ويَزيد ما شاءَ اللهُ
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam SHALAT DHUHA EMPAT RAKAAT dan beliau biasa menambahkan sesuka beliau (H.R Imam Muslim).
Sungguh shalat dhuha ini memiliki banyak keutamaan. Satu diantaranya dijelaskan bahwa orang yang membiasakan shalat dhuha dosanya akan diampuni Allah Ta’ala, meskipun dosa itu sebanyak buih di lautan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر
Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Itulah sebagian kesempatan untuk bisa banyak bersujud yaitu dengan melazimkan diri untuk mengamalkan shalat shalat sunnah yang disyariatkan yaitu sebagai salah satu jalan untuk bisa bersama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam di akhirat kelak.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A‘lam. (2.374)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar