SHALAT SUNNAH MENDATANGKAN KEBAIKAN
YANG BANYAK
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh Allah Ta’ala telah mewajibkan orang
orang beriman untuk melaksanakan shalat fardhu lima kali sehari semalam. Selain
itu disyariatkan pula melakukan shalat sunnah yang jumlah dan jenisnya
sangatlah banyak. Ketahuilah bahwa shalat sunnah yang diamalkan BISA MENUTUP
KEKURANGAN shalat wajib.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menjelaskan hal ini dalam sabda beliau :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ
بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا
جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى
أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ
كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ
فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ
تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab
pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata
kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, lihatlah pada shalat hamba-Ku.
Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka
akan dicatat baginya pahala yang sempurna.
Namun JIKA DALAM SHALATNYA ADA SEDIKIT
KEKURANGAN maka Allah berfirman : Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki
amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman :
Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan
sunnahnya. Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti
ini. (H.R Abu Daud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani)
Selanjutnya, mari kita lihat beberapa shalat sunnah yang memiliki
keutamaan dan mendatangkan kebaikan jika
senantiasa diamalkan. Diantaranya adalah :
Pertama : Shalat sunnah rawatib.
Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, berkata
: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ
رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
Siapa yang shalat 12 rakaat shalat sunnah
rawatib) dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga. (H.R
Imam Muslim)
Shalat 12 raka’at yang dimaksud adalah empat
rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib,
dua rakaat setelah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh sebagaimana yang
terdapat dalam hadits Aisyah dalam Sunan at Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Secara khusus Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam menjelaskan pula keutamaan shalat sunnah rawatib sebelum shubuh,
sebagaimana Aisyah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ
الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik
dari dunia dan seisinya. (H.R Imam Muslim)
Kedua : Shalat sunnah tahajjud.
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
sangat menganjurkan umatnya untuk senantiasa melaksanakan qiyamul lail atau
shalat tahajjud dan beliau menjelaskan keutamaannya. Beliau bersabda :
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ
فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ
وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ
Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail
(shalat malam) karena shalat lail adalah
kebiasaan orang shalih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada
Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. (Al Irwa’ no. 452, Syaikh al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Rasulllah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ
رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ
صَلَاةُ اللَّيْلِ
Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan
adalah puasa pada bulan Allah, yaitu Muharram dan sebaik-baik shalat setelah
shalat wajib adalah shalat malam. (H.R Imam Muslim, dari Abu Hurairah)
Ketahuilah bahwa shalat malam adalah
kebiasaan orang-orang shalih yang betul betul ingin mendekatkan diri kepada
Allah Ta’ala. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ
فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ
إِلَى اللَّهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ،
وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَدِ
Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam,
karena itu merupakan kebiasaan orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kepada
Allah, mencegah dari perbuatan dosa, menghapus keburukan, dan mencegah penyakit
dari badan. (H.R. Imam Ahmad, at Tirmidzi dan al Hakim).
Selain itu, diantara keutamaan shalat
lail adalah akan diberi dan dipenuhi permintaan seorang hamba untuk
kebaikan dunia dan akhiratnya. Ini dijelaskan Rasulullah dalam hadits berikut
:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا
يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
Dari Jabir, ia barkata, Aku mendengar
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
bersabda : Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang
seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan
dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya) dan itu
setiap malam. (H.R Muslim dan Ahmad)
Ibnu Rajab al Hambali mengatakan
: Waktu tahajud di malam hari adalah sebaik-baik waktu pelaksanaan
shalat sunnah. Ketika itu hamba semakin dekat dengan Rabb-nya. Waktu tersebut
adalah saat dibukakannya pintu langit dan diijabahnya doa. Saat itu
adalah waktu untuk mengemukakan berbagai macam kebutuhan dan
permohonan kepada Allah Ta’ala. (Lathaif al Ma'arif).
Ketiga : Shalat sunnah dhuha
Dalam satu hadits dari Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi al
Yamani lebih dikenal dengan nama Abu Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ
صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى
وِتْرٍ
Dari Abu
Hurairah, dia berkata : Telah berwasiat
kepadaku, kekasihku (Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam) untuk melakukan
tiga hal yang TAK AKAN AKU TINGGALKAN hingga
meninggal dunia, yaitu : Puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dan tidur
dalam keadaan telah melakukan shalat witir.
(H.R Imam Bukhari).
Diantara keutamaannya adalah
:
(1) Mencukupi di akhir
siang.
Sebagaimana diriwayatkan dari
Nu’aim bin Hammar Al Ghathafani, beliau mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ
أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak
Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu
dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang. (H.R Imam Ahmad, Abu Daud, at
Tirmidzi dan ad Darimi, di shahihkan
oleh Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib al Arnauth)
(2) Pengganti kewajiban sedekah 360 persendian.
Pada diri
manusia terdapat 360 persendian yang harus dikeluarkan sedekahnya dan ini bisa
dicukupi dengan shalat dhuha.
Rasulullah bersabda : “Pada diri manusia terdapat 360 persendian, wajib baginya bersedekah
untuk (persendian itu). Mereka bertanya : Siapa, wahai Rasulullah, yang sanggup
akan hal itu ?. Beliau menjawab : Membersihkan kotoran yang terlihat adalah
sedekah, menyingkirkan gangguan dari jalan juga sedekah, dan shalat dua rakaat
pada waktu dhuha mencukupinya” (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
Penulis ‘Aunul Ma’bud Imam al
‘Azhim Abadi menyebutkan : Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat dhuha
akan menyelamatkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga
dimaksudkan bahwa shalat dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa
atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih
luas dari itu.
(3) Mendapat ampunan.
Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah dijelaskan bahwa orang yang membiasakan shalat dhuha dosanya akan
diampuni oleh Allah SWT, meskipun dosa tersebut sebanyak buih di lautan.
Rasulullah bersabda sebagai berikut :
من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه
وإن كانت مثل زبد البحر
Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
(4) Tidak dianggap sebagai orang yang lalai
Setiap
orang tentu tidak ingin dianggap sebagai orang lengah ataupun lalai dalam
beribadah dan mencari rahmat Allah
Ta’ala. Diantara cara agar terhindar
dari sifat lalai adalah mengerjakan shalat dhuha. Rasulullah bersabda sebagai
berikut :
من صلى الضحى ركعتين لم يكتب من
الغافلين
Orang yang
mengerjakan shalat dhuha tidak termasuk orang lalai. (H.R al Baihaqi dan an
Nasa’i).
Keempat : Shalat
sunnah syuruq
Tentang shalat sunnah syuruq dijelaskan
Rasulullah dalam sabda beliau :
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ
ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Barangsiapa yang
shalat subuh berjamaah lalu berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga terbit
matahari, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala seperti
pahala haji dan umrah, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam mengatakan :
Pahalanya sempurna, sempurna, sempurna. (H.R at Tirmidzi dari Anas bin Malik,
dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa
untuk memperoleh pahala yang besar dari shalat sunnah tersebut ada tiga
syaratnya yaitu (1) Shalat shubuh berjama’ah, di masjid. (2) Duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala di
masjid sampai matahari terbit. Berdzikir tersebut antara lain dzikir muqayyad
yaitu dzikir setelah shalat fardhu, dzikir pagi dan kemudian dzikir yang lain.
Termasuk juga di dalamnya membaca al Qur-an, mendengar tausiah dan yang
lainnya. (3) Shalat sunnah dua raka’at, yaitu shalat sunat syuruq.
Itulah sebagian shalat sunnah yang sangat
dianjurkan dan akan mendatangkan kebaikan sangat bayak bagi yang
mengamalkannya. Fastabiqul khairat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.803)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar