MENGADA ADA AGAR BOLEH BERSALAMAN DENGAN
BUKAN MAHRAM
Oleh : Azwir B. Chaniago
Bersalaman
atau berjabat tangan dengan orang lain yang bukan mahram sudah sangat jelas dan
tegas larangannya dalam syariat Islam. Diantara dalilnya adalah bahwa
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam melarang bersalaman dengan wanita yang tidak halal baginya yaitu
sebagaimana sabda beliau :
لِأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمَخِيْطٍ مِنْ
حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ
Sesungguhnya andai kepala seseorang kalian ditusuk dengan
jarum yang terbuat dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita
yang tidak halal baginya. (H.R ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Bahwa
tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah bersentuhan dengan
kulit telapak tangan wanita lain yang bukan mahram. Bahkan tetap tidak berjabat tangan pada satu prosesi penting yakni bai’at (sumpah dan janji setia
pada pemimpin). Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan bahwa Aisyah berkata :
وَاللَّهِ مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي
الْمُبَايَعَةِ وَمَا بَايَعَهُنَّ إِلَّا بِقَوْلِهِ
Demi Allah, tangan beliau tidak
pernah menyentuh tangan perempuan sama sekali dalam bai’at. Beliau tidak
membai’at para wanita kecuali dengan perkataan (saja).
Namun demikian sebagian orang mengada ada, mencoba mencari celah atau alasan dengan maksud membolehkan bersalaman dengan yang
bukan mahram. Diantara alasan yang diada adakan adalah :
Pertama : Boleh ?, apabila aman dari syahwat.
Ini termasuk salah satu syubhat. Ketahuilah
bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam tak pernah menyentuh tangan wanita
yang bukan mahram. Padahal tak ada keraguan sedikitpun bahwa beliau adalah
orang yang paling terjaga dari syahwat dan fitnah.
Imam al Iraqi berkata : Apabila beliau saja
tidak berjabat tangan dengan wanita (yang bukan mahram) padahal tidak ada
keraguan (beliau terjaga) dari syahwat maka selain beliau lebih utama untuk
tidak berjabat tangan dengan wanita. (Tharhu at Tatsrib).
Kedua : Boleh ?, apabila dengan alas
penghalang.
Sebagian orang yang membolehkan bersalaman
dengan alas penghalang mungkin berdalil dengan hadits :
أنّ النبيّ كان يصافح النّساء من تحت
الثوب
Bahwasanya Nabi Sallallahu ‘alaihi Wasallam
berjabat tangan dengan wanita dari balik bajunya.
Para ahli hadits memberi keterangan bahwa
hadits ini sangat lemah.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
: Tidak boleh bagi seorang laki laki berjabat tangan dengan wanita yang bukan
mahramnya baik secara langsung bersentuhan atau berjabat tangan dengan
menggunakan alas penghalang. Karena orang yang bersalaman dengan alas
penghalang (berarti) dia telah memegang dan menyentuh tangan wanita tersebut.
Sehingga tetap tidak boleh untuk berjabat tangan dengan lawan jenis baik tanpa
penghalang ataupun dengan alas penghalang. (Liqa’ al Bab al Maftuh)
Ketiga : Boleh ?, dengan wanita lanjut usia
Hadits larangan berjabat tangan dengan wanita
yang bukan mahram bersifat umum tak ada batasan muda atau tua. Syaikh bin Baz
berkata : Tidak boleh bersalaman dengan
wanita yang bukan mahram secara mutlak. Sama saja apakah wanita itu seorang
muda atau sudah tua.
Dan sama saja yang bersalaman itu pemuda atau
orang yang sudah tua, karena perbuatan itu dapat menimbulkan bahaya fitnah bagi
keduanya. (Fatawa Ulama al Balad al Haram).
Jadi, larangan berjabat tangan dengan wanita
yang bukan mahram adalah bersifat umum kecuali dalam kondisi darurat. Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.799)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar