KECURANGAN PENJUAL BISA MENJADI
TABUNGAN AKHIRAT
BAGI PEMBELI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Membeli barang atau jasa yang
diperlukan adalah menjadi salah satu kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam hal ini terjadi interaksi yaitu kegiatan yang terus
berlangsung antara pembeli dan penjual.
Ketahuilah bahwa setiap orang, termasuk
pedagang dituntut untuk seharusnya
berlaku jujur dalam berbagai situasi dan keadaan. Khusus untuk pedagang yang
jujur Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah MEMBERI BERITA GEMBIRA bagi
mereka, sebagaimana sabda beliau :
التاجر الصدوق الأمين مع
النبيين والصديقين والشهداء
Pedagang yang jujur dan
terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para
syuhada (H.R at Tirmidzi, Hadits hasan).
Nah, dalam menjalankan usahanya tentu
saja para pedagang berharap mendapatkan
keuntungan dari apa yang dijualnya. Cuma saja ada sebagian diantaranya yang
ingin bahkan tak sabaran untuk mendapatkan keuntungan besar. Akibatnya adalah
ADA BEBERAPA DIANTARA PENJUAL yang
berani melakukan perbuatan tercela berupa tipuan ataupun kecurangan terhadap
pembeli.
Kecurangan ini berkisar antara
mengurangi takaran dan timbangan, menjual barang kualitas 2 sebagai barang kualitas
1, menyembunyikan cacat barang, iklan yang berlebih lebihan dalam memuji
keadaan barang yang dijual sehingga pembeli tertipu dan yang lainnya.
Lalu bagaimana sikap seorang pembeli yang rugi karena dicurangi penjual. Dalam hal
ini ada beberapa pilihan, diantaranya :
Pertama : Meminta ganti rugi ataupun
minta dibatalkan jual beli.
Tetapi ini memang tak mudah. Sebagian
penjual yang curang ini memberikan berbagai alasan bahkan dengan alasan yang diada adakan. Jadi
jangan banyak berharap dalam hal ini.
Kedua : Memaafkan.
Ketika pembeli dicurangi maka dia punya
pilihan untuk memaafkan. Apalagi jika jumlah kerugian yang dideritanya tidak
signifikan. Dalam hal ini dia akan mendapatkan kebaikan dari sikap pemaafnya. Sungguh sangatlah banyak keutamaan dan
kebaikan yang akan diperoleh orang orang yang suka berlapang dada dan
memaafkan. Diantaranya adalah AKAN MENDAPAT KEMULIAAN. Dari Abu Hurairah dia
berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا
زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ
إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
Sedekah tidaklah mengurangi harta. TIDAKLAH
ALLAH MENAMBAHKAN KEPADA SEORANG HAMBA SIFAT PEMAAF MELAINKAN AKAN SEMAKIN
MEMULIAKAN DIRINYA. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah
hati) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya. (H.R Imam Muslim).
Bahkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
menjanjikan rumah di surga bagi tiga golongan dan satu diantaranya adalah bagi
ORANG YANG MEMAAFKAN seseorang yang berbuat buruk kepadanya yaitu sebagaimana
sabda beliau :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ
الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ،
وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ
Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya
bangunan (rumah) di surga, hendaknya ia MEMAAFKAN ORANG YANG MENDZALIMINYA,
memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang
memutuskannya. (H.R ath Thabrani).
Ketiga : Tidak dimaafkan tapi ditagih di
akhirat.
Memaafkan orang yang menzhalimi kita adalah sangat dianjurkan,
tetapi bukan wajib apalagi kezhaliman atau kelakukan buruknya sudah
keterlaluan. Nah, ketika pembeli tidak memaafkan kezhaliman pedagang yang
mencuranginya maka ini menjadi tabungannya yaitu pembeli ini TETAP BISA
MENUNTUT HAKNYA di akhirat kelak. Akibatnya bisa membuat pedagang yang curang
menjadi manusia yang bangkrut di akhirat.
Perkara ini telah diingatkan Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabda beliau :
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ
مَظْلَمَةٌ ِلأَخِيْهِ ؛ فَلْيَتَحَلَّلْ مِنْهَا ؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِيْنَارٌ
وَلاَ دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُأْخَذَ ِلأَخِيْهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ ، فَإِنْ
لَـمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيْهِ ، فَطُرِحَتْ
عَلَيْهِ
Barang siapa yang memiliki kezhaliman terhadap
saudaranya maka hendaklah dia meminta kehalalan (maaf) kepadanya, karena kelak
di akhirat tidak ada lagi dinar dan dirham,
sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zhalimi),
bila tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya (yang dia
zhalimi) akan diberikan kepadanya (H.R Imam Bukhari, Imam Ahmad
dan Ibnu Hibban).
Hal ini juga sejalan dengan makna hadits
tentang orang yang muflis yaitu tentang orang yang bangkrut di
akhirat kelak. Pada hari akhirat kelak akan ada manusia yang datang dengan
membawa pahala amalnya.
Tetapi akhirnya habis karena harus dipindahkan
kepada orang orang yang menuntutnya yaitu orang orang yang pernah dicurangi
atau dizhaliminya di dunia. Bahkan setelah pahala amalnya habis maka dosa orang
yang dizhalimi dipindahkan kepadanya. Na’udzubillahi min dzalik.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah
kalian, siapakah orang yang bangkrut itu ?." Para sahabat
menjawab : Menurut kami, orang yang bangkut diantara kami adalah orang yang tidak
memiliki uang dan harta kekayaan.
Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya
umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat,
puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang
lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil
untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis,
sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian
dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang
tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (H.R Imam
Muslim).
Oleh karena itu pembeli yang dicurangi atau
ditipu penjual janganlah merasa terlalu gusar. Bagaimanapun jika sesuatu
menjadi haknya tetap tak akan hilang. Kalaupun tak mendapat gantinya di dunia
maka ini akan MENJADI TABUNGAN PAHALA DI AKHIRAT KELAK. Jadi, bersabarlah tak
perlu banyak menggerutu apalagi mencela.
Namun demikian, memaafkan kesalahan atau
kezhaliman manusia di dunia tentu termasuk sikap yang dianjurkan. SEMOGA TULISAN INI JUGA BERMANFAAT BAGI PENJUAL BARANG DAN JASA.
Wallahu A’lam. (1.796).
Wallahu A’lam. (1.796).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar