PERLUKAH MERAYAKAN DAN MEMPERINGATI TAHUN BARU
Oleh : Azwir B. Chaniago
Setiap
akhir tahun Masehi yaitu malam tanggal 31 Desember kita menyaksikan
betapa ramainya orang orang merayakan acara datangnya tahun baru. Biasanya
ditandai dengan terompet, kembang api, pawai bahkan dengan kegiatan panggung
musik dan lagu yang terkadang sampai menjelang pagi.
Di negeri kita banyak pula orang orang muslim
yang ikut ikutan merayakan tahun baru Masehi. Ini tentu tidak cocok, tidak pas
bahkan benar benar tidak pantas. Ketahuilah bahwa jangankan merayakan tahun
baru Masehi merayakan tahun baru Hijriah pun TAK DIANJURKAN DALAM SYARIAT
Islam.
Jika kita coba berpikir lebih jauh, sebenarnya yang
paling berhak merayakan tahun baru Hijriyah adalah Khalifah Umar bin Khaththab.
Kenapa, karena beliaulah INISIATOR adanya tahun Hijriah untuk kemashlahatan.
Tapi tak ada riwayat yang shahih bahkan yang dha’if pun menyebutkan bahwa
beliau pernah merayakan datangnya tahun baru Hijriah sekali saja.
Kalau itu baik tentu beliau mengamalkannya dan juga diikuti
oleh khalifah sesudahnya, para sahabat ataupun para imam terutama
imam yang empat. Dinukil dari kitab tafsirnya tentang surat an Najm 38 dan
39, Imam Ibnu Katsir berkata :
لو كان خيرًا لسبقونا إ ليه
Kalau sekiranya perbuatan itu baik, tentulah
para sahabat telah mendahului kita MENGAMALKANNYA.
Dalam kitab Bida’ wa Akhtha’ disebutkan :
Tidak ragu lagi perkara ini termasuk sesuatu yang baru dan di ada adakan. Tidak
ada keterangan dalam as-Sunnah anjuran mengadakan peringatan tahun baru Hijriyah.
Ketahuilah bahwa dalam syariat Islam perayaan
atau hari raya hanya ada dua saja yaitu sebagaimana Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasalam mengajarkan kepada umatnya. Sungguh pensyariatan dua hari raya ini
adalah rahmat Allah Ta’ala bagi kaum muslimin karena banyak keutamaan dan
kebaikan di dalamnya.
Dalam sebuah
hadits Anas bin Malik, dia berkata : (Ketika) Rasulullah datang dan penduduk
Madinah kala itu memiliki dua hari (raya) yang mereka gunakan untuk bermain
main di masa jahiliyah. Lalu beliau bersabda : “Aku telah mendatangi kalian
dan kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain main dimasa
jahiliyah. Sungguh Allah Ta’ala telah mengganti untuk kalian dua hari yang
lebih baik dari itu, yakni hari Nahr (‘Idul Adh-ha) dan hari Fithr (‘Idul
Fithri). H.R Imam Ahmad, Abu Dawud dan an Nasa’i.
Oleh karena itu, orang orang merayakan tahun
baru Hijrah, JANGAN JANGAN mereka terjatuh kepada sikap meniru niru atau ikut
ikutan kepada orang orang di luar Islam yang merayakan tahun baru mereka
seperti tahun baru Masehi. Ketahuilah bahwa tasyabbuh atau meniru niru cara
orang selain Islam adalah sesuatu yang
dilarang dalam syariat Islam, yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk bagian dari mereka. (H.R Imam Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh
Syaikh al Albani)
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ
بِغَيْرِنَا
Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang
menyerupai selain kami. (H.R at Tirmidzi dhasankan oleh Syaikh al Albani
Ternyata sebagian orang Islam ada yang hampir
setiap tahun memperingati dan merayakan tahun baru Hijriah. Diantaranya
ditandai dengan doa akhir tahun yaitu menjelang maghrib dan doa awal tahun setelah shalat maghrib
dengan dipimpin oleh seorang diantara yang hadir dan diaamiinkan oleh para
jamaah.
Ketahuilah bahwa berdoa adalah ibadah yang
sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Allah Ta’ala menyuruh orang orang
beriman untuk selalu memohon kepada-Nya melalui doa dan Allah Ta’ala berjanji
akan mengabulkannya. Allah Ta’ala berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ
لَكُمْ ۚ
Dan Rabbmu berfirman : Berdoalah
kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60).
Namun demikian tak ada riwayat bahwa
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
mengajarkan umat beliau untuk berdoa SECARA KHUSUS tersebab masuknya
bulan Muharram sebagai doa awal tahun baru Hijriah.
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata :
Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun doa atau dzikir (khusus) untuk awal
tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat sesuatu yang baru berupa doa, dzikir atau tukar menukar ucapan
selamat, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan
Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang
semua ini tidak ada dalilnya sama sekali. (Tashih ad Duu’a).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.814)