MEMAAFKAN MANUSIA MENDATANGKAN AMPUNAN ALLAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Memaafkan maknanya adalah : Engkau mempunyai hak untuk membalas
terhadap orang lain yang menzhalimi dirimu tetapi engkau melepaskan (hakmu
itu), tidak menuntut qishash atau denda kepadanya (Minhajul Qashidin, Imam Ibnu
Qudamah).
Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian
dari sikap santun. Orang yang santun adalah ketika dizhalimi dia bersikap
santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.
Orang bijak berkata : Implementasi dari memaafkan itu adalah
engkau senantiasa, terus menerus mengosongkan hatimu dari semua kesalahan orang
lain kepadamu. Ini sebenarnya mudah dilakukan jika engkau menyadari dan juga sangat mengharapkan maaf dari orang lain atas kesalahanmu kepada
mereka.
Sungguh memaafkan adalah salah satu sikap terpuji dan sangat
dianjurkan dalam Islam. Ketahuilah bahwa
puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan
Allah.
Allah berfirman : “Wal
ya’fuu wal yashfahuu, alaa tuhibbuuna an yaghfirallaahu lakum wallaahu
ghafuurur rahiim. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengampun dan
Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22).
Dalam kitab Tafsir al Mulyasar, tahqiq Syaikh Bakar Abu Zaid
antara lain dijelaskan bahwa : Ayat ini turun berkenaan dengan sumpah Abu Bakar
ash Shiddiq bahwa dia tidak akan memberi apa apa lagi (tidak akan membantu
lagi) kepada kerabatnya (diantaranya adalah Misthah bin Utsasah) ataupun orang
lain yang terlibat dalam menyiarkan dan menyebarkan berita bohong tentang
fitnah yang keji yang ditujukan kepada Aisyah putri beliau. Maka turunlah ayat
ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu,
menyuruh memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka.
Syaikh as Sa’di
menjelaskan : Ketika Abu Bakar mendengar ayat ini, Abu Bakar berkata :
Ya demi Allah, sungguh aku benar benar senang bila Allah mengampuni diriku.
Selanjutnya Abu Bakar kembali memberikan nafkah kepada Misthah bin Utsasah
(Lihat Tafsir Karimur Rahman). Oleh karena itu jika setiap saat kita
mengharapkan ampunan Allah maka
seharusnya kita juga senantiasa memaafkan orang lain. Sungguh kita
sangat senang dengan ampunan Allah dan tentu sepantasnya pula kita melazimkan
sikap suka memaafkan.
Tapi satu hal yang kiranya perlu kita pahami adalah bahwa
bersabar dan menjadi pemaaf tidaklah sesuatu yang mudah. Sungguh berat di hati.
Betapa tidak karena seseorang yang dizhalimi orang lain, kecenderungannya
adalah membalas kalau perlu dengan balasan yang lebih.
Apalagi jika yang dizhalimi punya kemampuan untuk membalas.
Biasanya yang dikedepankan adalah bagaimana bisa membalas bukan bagaimana
memaafkan. Tapi bagi orang orang yang Allah beri petunjuk tentu tidaklah
merupakan suatu yang sulit untuk
memaafkan orang lain yang telah berbuat buruk kepadanya.
Kenapa ?, karena dia
juga setiap saat memohon dan mengharapkan ampunan Allah atas dosa dosanya.
Tentu tidaklah tepat jika seseorang yang selalu memohon diampuni Allah dosa
dosanya lalu tidak suka memaafkan kesalahan orang lain kepadanya.
Oleh karena itu mari kita pelihara
sikap suka memaafkan dan kita bermohon agar
dosa dosa kita diampuni Allah Ta’ala. Wallahu A’lam. (689)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar