CARA YANG DIANJURKAN AGAR MENJADI HAMBA
YANG BERSABAR
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh hamba hamba Allah membutuhkan sikap sabar dalam
setiap waktu dan keadaan. Kita tidak bisa membayangkan betapa kacaunya
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat jika MENGABAIKAN SIFAT SIFAT SABAR.
Betapa rumitnya keadaan jika seorang ibu tidak sabar
menghadapi anak anaknya terutama anak balita apalagi anak bayi. Betapa rumitnya
pula jika seorang guru tidak bisa sabar terhadap anak anak didiknya yang
memiliki berbagai karakter dan latar belakang.
Bahwa dari pengalaman dan penuturan banyak orang ternyata ada kesimpulan yang sama bahwa bersabar itu sulit. Tapi ketahuilah bahwa
sesuatu yang disebut sulit bukan berarti tidak bisa jika berusaha untuk
mendapatkannya.
Ketahuilah sebenarnya ada cara yang dapat dilakukan agar bisa
bersabar bahkan meningkatkan kesabaran seorang hamba, diantara adalah :
Pertama : Harus menyadari bahwa jika suatu musibah mendatangi
seseorang maka apakah dia sabar menerima atau tidak, musibah itu sudah datang
kepadanya dan itu adalah ketetapan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ
اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah (Muhammad) : Tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami dan
hanya kepada Allah bertawakal-lah orang orang yang beriman. (Q.S at Taubah 51).
Selanjutnya, ketahuilah bahwa ketika ketetapan Allah berupa
musibah datang maka paling tidak ada dua
keadaan dalam bersabar, yaitu :
(1) Jika seseorang bersabar maka akan mendapat pahala yang
tidak terbatas. Sulaiman bin Qashim berkata : Setiap
amalan dapat diketahui ganjarannya kecuali kesabaran yang ganjarannya seperti
air mengalir. Kemudian beliau membacakan firman Allah Ta’ala :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang disempurnakan pahala mereka tanpa batas (Q.S
az Zumar 10)
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Adapun
kesabaran, pahalanya berlipat ganda tidak terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa
ganjarannya sangat besar sekali hingga tak mungkin bagi seorang insan untuk
membayangkan pahalanya karena tidak bisa dihitung dengan bilangan.
Bahkan juga, pahala sabar termasuk pahala yang maklum diisi
Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula dapat disamakan dengan mengatakan satu
kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali
lipat. Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. (Syarah Riyadush Shalihin)
(2) Jika tidak bersabar maka berarti tidak suka pada apa yang
telah Allah takdirkan atau dengan kata lain dia menolak
takdir. Ujung-ujungnya adalah dosa. Sebab manusia harus menerima apapun yang
telah Allah takdirkan baginya. Allah Ta’ala berfirman
:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي
الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ
نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا
فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S al Hadiid 22-23).
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S al Hadiid 22-23).
Kedua : Jika seseorang mendapat musibah atau ujian maka sadarilah bahwa
bukan dirinya saja yang pernah mendapat musibah. Semua orang akan di uji dan
itu sudah pasti. Allah Ta’ala berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا
أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan ; Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?. (Q.S al Ankabut 2).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan ; Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?. (Q.S al Ankabut 2).
Ketiga : Harus yakin bahwa Allah telah menyediakan jalan keluar dari
setiap kesulitan dan musibah. Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S al Insyiraah 5-6).
Tentang ayat ini, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin
berkata : (Disamping kemudahan yang konkrit). Dan ada pula kemudahan maknawi.
Yakni PERTOLONGAN ALLAH KEPADA SESEORANG UNTUK BERSABAR. Itu juga termasuk
kemudahan. Apabila Allah menolongmu untuk bisa bersabar, maka menjadi ringanlah
bagimu urusan urusan yang sulit.
Jadi kemudahan bukan hanya terangkatnya kesusahan secara
keseluruhan saja, namun termasuk kemudahan adalah terangkatnya musibah dan
kesulitan. Dan ini merupakan kemudahan yang bersifat nyata.
Keempat : Harus benar benar yakin bahwa kita milik Allah dan akan kembali
kepada-Nya. Oleh karena itu bersabarlah jika mendapat musibah dan berdoalah
agar diberi pahala dengan musibah. Dan juga
mohonlah kepada-Nya agar diberi ganti
yang lebih baik.
Renungkanlah bagaimana ketegaran Ummu Sulaim dan suaminya Abu
Thalhah pada saat anaknya meninggal. Kesabarannya telah mendatangkan nikmat
yang besar setelah mendapat musibah itu. Dimana kemudian Allah
Ta’ala mengganti anak yang meninggal itu dengan anak anak yang
shalih. Sufyan berkata, salah seorang Anshar berkata : Aku menyaksikan sembilan
anaknya, semuanya telah hafal al Qur-an.
Kelima : Ingatlah pesan Imam Ibnul Qayim. Beliau berkata : Meringankan
derita suatu cobaan (agar bisa bersabar) dapat dilakukan diantaranya dengan
menghitung hitung nikmat dan pertolongan yang telah diberikan Allah Subhanahu
wa Ta’ala kepada dirinya.
Jika dia tidak mampu menghitungnya (karena begitu banyak,
peny.), niscaya derita yang dialaminya pun akan terasa ringan. Dia akan
mengerti bahwa cobaan yang sedang dialaminya jika dibandingkan dengan nikmat
dan pertolongan Allah kepadanya, maka musibah itu tidak lebih dari setetes air
hujan.
Oleh karena kesabaran adalah sikap
yang sangat dianjurkan dan diperlukan dalam berbagai keadaan maka sangatlah
baik kita betul betul belajar bersabar dan kita pelihara sikap sabar ini dalam diri
kita masing masing. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.889)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar