ORANG BERIMAN SEMESTINYA TAK MENCELA
SAUDARANYA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh salah satu sifat TERCELA YANG TAK
SEMESTINYA dipelihara oleh orang orang beriman adalah SIFAT SUKA MENCELA. Allah
Ta’ala dan Rasul-nya telah melarang sifat yang buruk ini. Allah Ta’ala
berfirman :
وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا
تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ
وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Janganlah kamu SALING MENCELA SATU SAMA LAIN dan janganlah saling memanggil dengan gelar gelar yang buruk. Seburuk buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Q.S. al Hujraat 11)
Janganlah kamu SALING MENCELA SATU SAMA LAIN dan janganlah saling memanggil dengan gelar gelar yang buruk. Seburuk buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Q.S. al Hujraat 11)
Syaikh
Abdurrahman as Sa’di rahimahullah berkata : Dalam ayat ini terdapat
penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu
janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata kata
ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim.
Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan
bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri (Tafsir Taisir
Karimir Rahman).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga
telah mengingatkan tentang keburukan dan bahaya sifat mencela sebagaimana sabda
beliau :
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ ،
وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan
membunuhnya (adalah) kekufuran.
(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Ketahuilah bahwa JANGANKAN MENCELA SESAMA
ORANG BERIMAN, mencela ANGIN PUN dilarang dalam syariat kita. Ketika
seseorang melihat hembusan angin yang
menakutkannya hendaklah dia berdoa dengan doa yang dituntunkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam :
لَا ت َ سُبُّوْا الرِّيْحَ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا
تَكْرَهُوْنَ فَقُوْلُوْا اللَهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ
الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ
شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ
Janganlah kamu mencela angin !. Jika kamu
melihat apa yang kamu tidak suka dari angin itu maka berkatalah : Wahai Allah,
kami mohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan berlindung kepada-Mu dari
keburukan angin ini, dan dari keburukan yang ada pada angin ini, dan dari keburukan
yang angin ini dikirim. (H.R at Tirmidzi, Imam Ahmad dan dishahihkan oleh
Syaikh al Albani)
Bahwa Imam adz Dzahabi, dalam Kitab al Kaba’ir
mengelompokkan sifat suka mencela ini sebagai SALAH SATU DOSA BESAR. Dan sungguh dosa besar hanya bisa dengan
taubat nasuha atau taubat yang sebenar benarnya.
Di zaman ini ternyata ada juga diantara orang
orang beriman yang terkadang mencela saudaranya apalagi di media sosial. Pada
hal sangat mungkin si pencela ini tidak tahu kenapa yang dicela berbuat atau
berkata demikian. Tetapi si pencela langsung mencela dengan memberikan
penilaian buruk bahkan bisa jadi dengan kalimat yang terkesan menghina dan
merendahkan.
Selanjutnya ternyata kalimat celaan yang belum
tentu pantas disampaikan itu disebar kemana mana oleh si pencela. Lalu diikuti
atau disebarkan pula oleh orang orang atau kelompok yang sepaham dengan si
pencela. Akibatnya menyebarlah keburukan.
Namun demikian ketika seseorang telah berkata
atau berbuat yang buruk serta membahayakan dan BAHKAN BISA JADI DILAKUKAN OLEH
PARA PETINGGI yang punya pangkat dan jabatan maka tak ada salahnya diberi
komentar yang santun berupa nasehat jika itu memungkinkan. Jadi tak perlu
menyebarkan celaan kesana kemari.
Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua.
Wallahu A’lam. (1.903)