SEKELUMIT NASEHAT
UNTUK YANG BELAJAR ILMU
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Ketahuilah bahwa belajar ilmu dalam syariat Islam
adalah wajib, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam sabda beliau :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Belajar ilmu wajib bagi setiap muslim. (H.R Imam Ahmad dan Ibnu Majah).
Bahwa ilmu yang wajib dipelajari terutama sekali adalah ilmu syariat dan tentu juga ilmu ilmu lainnya yang bermanfaat bagi kaum muslimin.
Satu ungkapan yang cukup masyhur
menyebutkan bahwa : “Untuk mendapatkan dunia kita butuh ilmu, untuk mendapatkan
akhirat kita butuh ilmu. Dan untuk mendapatkan keduanya kita butuh ilmu. Ya
memang demikianlah adanya.
Kita butuh ilmu untuk memahami aqidah yang lurus. Kita butuh ilmu untuk beribadah yang benar. Kita butuh ilmu untuk berakhlak yang terpuji. Kita butuh ilmu agar bisa bermuamalah dengan baik. Bahkan beberapa saat sebelum matipun kita masih butuh ilmu yaitu ilmu tentang kalimat apa yang harus kita ucapkan pada saat saat yang kritis itu
Ketahuilah bahwa ketika seseorang sudah memiliki semangat dan tekad yang kuat untuk belajar ilmu maka ada beberapa prasyarat yang harus diutamakan, diantaranya :
Pertama : Memilih makanan dari yang halal dan baik.
Dalam hal makanan harus menjadi perhatian yang sungguh
sungguh dari setiap muslim. Paling utama yang harus diperhatikan adalah halal
dalam dzat-nya dan halal dalam cara mendapatkannya. Sungguh, Allah Ta'ala telah
mengingatkan dalam firman-Nya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ
طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu (Q.S al
Baqarah 172).
Syaikh Abdul Aziz bin Fathi Nada berkata : Memakan
makan halal dapat menerangi hati, mendatangkn berkah pada waktu (belajr ilmu),
mendatangkan kekuatan dan yang lainnya. (Ensiklopedi Adab Islam).
Kedua : Menjauhkan diri dari dosa.
Menghindar
dari dosa yang kecil apalagi yang besar merupakan kewajiban setiap hamba terlebih
lagi bagi yag sedang menuntut ilmu karena akan melemahkan hati dan pikirannya
dalam berlajar.
Imam
Ibnul Qayyim berkata : Diantara akibat buruk (dosa) dan maksiat adalah
MEMBUTAKAN PANDANGAN HATI. Memadamkan cahayanya, menutup jalan jalan ilmu serta
menutupi sumber sumber hidayah. (Ad Daa’ wa Ad Dawaa’).
Ketiga : Membatasi pergaulan dan memilih teman yang baik.
Hakikatnya tidaklah setiap orang boleh dijadikan teman
bergaul apalagi dijadikan sebagai sahabat karib. Dalam perkara ini Rasulullah
Salallahu 'alaihi Wasallam telah
mengingatkan dalam sabda beliau :
Sungguh,
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga telah MEMBERI PERINGATAN
kepada kita untuk tidak menjadikan semua orang sebagai
TEMAN AKRAB. Beliau bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang
itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara
kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman akrab. (H.R Abu
Dawud dan at Tirmidzi).
Dalam perkara ini, Syaikh Abdul Aziz bin Fathi Nada memberi nasehat : Hendaklah seorang penuntut ilmu bersungguh sungguh dalam membatasi pergaulan serta menyedikitkan mengambil teman atau sahabat. Sebab teman atau sahabat yang banyak dapat membuatnya (lebih) sibuk, membuang buang waktu dan menghabiskan umur. Jika seorang penuntut ilmu membutuhkan teman hendaklah mengambilnya dari kalangannya sendiri yaitu para penuntut ilmu, orang baik dan orang shalih.
Hendaklah bersungguh sungguh menjauhi pergaulan dengan
orang orang yang bodoh, yang lemah agamanya, yang suka bermain dan yang rendah
kehormatannya supaya tidak mendapatkan keburukan mereka atau mempengaruhui
tabiatnya sehingga (bisa jadi) berpaling dari kebaikan. (Ensiklopedi Adab
Islam).
Ketiga : Memfokuskan
hati untuk belajar ilmu dan membatasi kesibukan lainnya.
Agar mudah mendapatkan ilmu yang bermanfaat maka
seseorang mestilah selalu mempfokuskan hatinya atau memusatkan perhatiannya
untuk kegiatan belajar ilmu. Berusaha memilih dan memilah kediatan dunia yang
bisa melalaikannya dalam belajar ilmu.
Al Imam Ibnu Qadamah berkata : Seorang yang sedang
belajar ilmu hendaklah meninggalkan perkara perkara yang menyibukkan. Sebab
jika pikirannya terbagi bagi maka ia tidak dapat maksimal dalam menyelami dan
mengetahui hakikat ilmu (yang ia pelajari). Mukhtashar Minhajul Qashidin).
Keempat : Menghikhlaskan niat karena Allah semata.
Sungguh,
belajar ilmu bukanlah untuk mencari ridha manusia. Agar
dikatakan seorang ‘alim, agar popular, dikenal luas di seluruh negeri,
dihargai, bahkan dihormati ditengah masyarakatnya. Sungguh
tujuan utama belajar ilmu adalah mencari ridha Allah Ta’ala yaitu dengan
mengikhlaskan niat dalam belajar.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda :
مَنْ
تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ
يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ
الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allah ‘azza wa jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat. (H.R Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah, lihat Shahih at Targhib)
Jadi orang yang berakal (sehat) seharusnya sangat bersemangat untuk mencari ridha Allah dengan ilmunya meskipun terkadang membuat manusia tidak ridha. Sebaliknya orang yang tercela dalam mencari ilmu berupaya menggapai ridha manusia dengan meskipun mendatangkan murka Allah Ta’ala.
Wallahu A'lam. (3.463)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar