Senin, 27 Januari 2025

KETIKA ENGKAU TERGELINCIR KEPADA DOSA

 

KETIKA ENGKAU TERGELINCIR KEPADA DOSA

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Manusia adalah makhluk yang lemah, Allah Ta'ala telah menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

وَخُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا

Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.S an Nisaa’ 28.)

Jadi sungguh manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman).

Kondisi kelemahan yang ada pada diri manusia termasuk lemah dalam iman membuat manusia sering tergelincir kepada perbuatan dosa dan maksiat. Dan ketika manusia melakukan dosa maka Allah Ta'ala timpakan ujian berupa musibah.

Imam Ibnu Katsir berkata : Wahai manusia, musibah apapun yang menimpa kalian, SEMATA MATA KARENA KEBURUKAN (DOSA) YANG KALIAN LAKUKAN.

“Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” maksudnya adalah memaafkan dosa dosa kalian. Maka Dia tidak membalasnya dengan siksaan, bahkan memaafkannya. Dan sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan perbuatannya niscaya Dia tidak akan meninggalkan diatas muka bumi suatu makhluk melata pun. (Tafsir Ibnu Katsir).

Ibnu Qayyim al Jauziyah rahimahullah mengatakan : Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa. (Al Jawabul Kaafi)

Sungguh, ada beberapa jalan yang SANGAT DIANJURKAN untuk dilakukan hamba hamba Allah agar ujian berupa musibah yang datang menjadi ringan, diantaranya :

Pertama : Banyak memohon ampun dan bertaubat.

Ketika Allah Ta’ala mengingatkan bahwa MUSIBAH ITU TERSEBAB KESALAHAN DAN DAN DOSA DOSA KITA maka PERBANYAK MEMOHON AMPUN DAN BERTAUBAT kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman : 

وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan tidaklah (pula) akan mengadzab mereka, sedang mereka memohon ampun. (Q.S al Anfal 33).

Syaikh as Sa’di berkata tentang ayat ini : Ini adalah pencegah adzab dari mereka padahal sebab sebab turunnya adzab telah terpenuhi. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Ali bin Abi Thalib berkata :Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat. (Al Jawabul Kaafi).

Kedua : Segera berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat.

Ketika Allah Ta’ala mengingatkan bahwa MUSIBAH ITU TERSEBAB KESALAHAN DAN DAN DOSA maka hamba hamba Allah tentu harus  berusaha dengan sungguh sungguh untuk berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat.

Nah, jika seorang hamba terjatuh atau tergelincir kepada keburukan atau dosa, ikutilah dengan perbuatan baik atau amal shalih untuk menghapus dosa. Allah Ta’ala berfirman :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. PERBUATAN PERBUATAN BAIK ITU MENGHAPUS KESALAHAN KESALAHAN. Itulah peringatan bagi orang orang yang selalu mengingat (Allah). Q.S Huud 114.

Syaikh as Sa’di berkata : Maksudnya shalat lima waktu ini dan shalat shalat sunnah yang mengikutinya adalah TERMASUK KEBAIKAN YANG PALING BESAR. Disamping itu ia adalah kebaikan yang mendekatkan kepada Allah Ta’ala dan mengundang pahala. Ia JUGA MENGHAPUS KEBURUKAN DAN MENGHILANGKANNYA. Yang dimaksud adalah dosa dosa kecil. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Perkara ini juga dijelaskan Rasulullah dalam sabda beliau :

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, IRINGILAH KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN NISCAYA MENGHAPUSNYA dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik. (H.R at Tirmidzi).

Itulah sebagian jalan agar ujian berupa musibah bisa lebih ringan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (3.472).

 

Rabu, 22 Januari 2025

MEMOHON AMPUN DI WAKTU SAHUR LEBIH UTAMA

 

MEMOHON AMPUN DI WAKTU SAHUR LEBIH UTAMA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu kegiatan atau amal shalih yang menjadi kebiasaan orang orang beriman adalah MEMOHON AMPUN KEPADA ALLAH TA'ALA di setiap waktu dan keadaan. Kenapa, karena sungguh orang orang beriman MENYADARI BETUL bahwa diri memiliki banyak salah dan dosa.

Bahkan dalam satu  hadits qudsi, Allah Ta'ala menyebutkan tentang hamba hamba-Nya yang berbuat dosa malam dan siang hari :

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di malam dan siang hari, dan Aku akan mengampuni seluruh dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni dosa-dosa kalian. (H.R Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa ada satu waktu yang sangat baik dan utama untuk memohon ampun kepada Allah Ta'ala yaitu DI WAKTU SAHUR. Sungguh, Allah Ta'ala memuji hamba hamba-Nya yang memohon ampun di aktu sahur. Allah Ta'ala berfimran :

Pertama : Dalam surat Ali Imran 17.

وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ 

Dan yang memohn ampun diwaktu sahur.

Kedua : Dalam surat adz Dzariyat 18.

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

Dan di waktu shahur mereka memohon.

Kata ASHAAR dalam ayat ini adalah bentuk jamak dari kata SAHAR yang  bermakna sepertiga malam terakhir. Pengkhususan waktu Sahar dengan memohon ampun karena pada saat itu DOA SANGAT DEKAT UNTUK TERKABUL. (Kitab Istighfar dan Keutamaannya, Syaikh Aziz bin Farhan al Anazi).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Di akhir malam, dalam hati manusia ada kosentrasi, kedekatan dan kelembutan yang tidak didapati pada waktu yang lain. Ini berkesuaian dengan turunnya Allah Ta'ala ke langit dunia dan firman-Nya : Adakah orang yang berdoa ?. Adakah orang yang meminta ?. ADakah orang yang bertaubat ?. (Majmu' Fatawa).

Dalam satu riwayat disebutkan tentang anak anak Nabi Ya'kub meminta kepada ayahnya agar memohon ampun bagi mereka. Nabi Ya'kub menunda doa nya hingga waktu sahur. Ya'kub berkata sebagaimana disebutkan dalam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  

Dia (Nabi Ya'kub) berkata : Aku akan memohonkan ampunan bagimu semua kepada Rabb-ku. Sungguh, Dia adalah Rabb Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 98).

Syaikh as Sa'di menjelaskan : Ada yang mengatakan, bahwa beliau menunda permohonan ampunan bagi mereka sampai waktu sahur yang utama, supaya lebih sempurna untuk memohonkan ampunan dan lebih dekat untuk dikabulkan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Oleh karena itu hamba hamba Allah perbanyaklah memohon ampun kepada Allah Ta'ala, terutama pada waktu sahur atau di sepertiga malam terakhir.

Wallahu A'lam. (3.471).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selasa, 21 Januari 2025

SUNGGUH MENGAGUMKAN INFAK DAN SEDEKAH SALAFUSH SHALIH

 

SUNGGUH MENGAGUMKAN INFAK DAN SEDEKAH SALAFUSH SHALIH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Berinfak dan bersedekah adalah suatu perbuatan atau amal shalih yang sangat sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Bahkan Allah Ta'ala mengingatkan bahwa diantara tanda  orang bertawa berinfak dalam keadaan lapang dan sempit. Allah Ta'ala berfirman :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(Orang yang bertakwa adalah) orang yang menafkahkan hartanya dalam  KEADAAN LAPANG ATAU DALAM KEADAAN SEMPIT, menahan amarahnya dan suka memaafkan kesalahan manusia. Dan Allah menyukai orang orang yang berbuat baik. (Q.S Ali Imran 134).

Ketahuilah, bahwa dalam beberapa riwayat disebutkan bagaimana semangat para salafush shalih dalam berinfak dan bersedekah di jalan Allah, diantaranya :

Pertama : Infaq Abu Bakar ash Shiddiq dan Umar bin Khaththab.

Dari Umar bin Khaththab, dia berkata : Pada suatu hari Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kami untuk bersedekah. Hal itu bertepatan sekali dengan adanya hartaku. Lalu aku bergumam : Hari ini aku pasti melampaui Abu Bakar apabila aku mendahuluinya suatu saat nanti. Lalu aku menginfakkan setengah dari hartaku.

Maka Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Tidakkah ada yang engkau sisakan untuk keluargamu ?. Lalu aku menjawab : Aku telah menyisakan untuk mereka semisal harta itu (setengahnya lagi).

Kemudian (datang) Abu Bakar menginfakkan seluruh hartanya, lalu Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wahai Abu Bakar !. Tidakkah ada yang engkau sisakan untuk keluargamu ?. Abu Bakar menjawab : Aku telah menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.

Aku (Umar) berkata  : Demi Allah, aku tidak akan pernah mampu melampaui Abu Bakar untuk mencapai keutamaan, selamanya. (H.R Abu Dawud, ad Darimi, al Hakim dan at Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih). 

Kedua : Infaq Utsman bin Affan.

Dari Abdurrahman Samurah ia berkata, Utsman bin Affan mendatangi Nabi dengan membawa 1.000 dinar (kira kira empat seperempat kilogram mas) ketika mempersiapkan pasukan perang Tabuk ketika masa sulit. Lalu Utsman meletakkan seluruh dinar itu di pangkuan Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam. Abdurrahman pun berkata, lalu Nabi membalikkannya seraya bersabda : “Maa dharra ‘utsmaana ‘amila ba’dal yaumi”. Tidaklah akan membahayakan Utsman apa pun yang dilakukannya setelah hari ini. Beliau mengatakannya berulang kali.(H.R at Tirmidzi dan al Hakim).

Ketiga : Infak Abu Thalhah.

Imam Ibnu Katsir berkata :  Imam Ahmad meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, ia pernah mendengar Anas bin Malik berkata bahwa : Abu Thalhah adalah termasuk orang yang paling kaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Harta yang paling dia senangi adalah Bairuha’ (yaitu suatu kebun) yang berhadapan dengan masjid (Nabawi). Dan Rasulullah (pernah) memasukinya dan meminum air yang segar darinya. Kata Anas ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Q.S Ali Imran 92, peny.). 

Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau. 

Maka Nabi bersabda : “Bagus, bagus, yang demikian itu adalah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu”. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah. Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak pamannya. Catatan : Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Keempat : Infaq Zaid bin Haritsah.

Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. Dr. Hamka berkata bahwa  : Setelah turun ayat ini  :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Kamu tidak akan memperoleh kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan tentang hal itu sungguh Allah Maha Mengetahui. (Q.S Ali Imran 92)

Ternya bukan main besar pengaruhnya kepada para sahabat. Diantaranya adalah kepada Zaid bin Haritsah. Setelah mengetahui ayat ini turun (dan memahami maknanya) Zaid datang kepada Rasulullah dengan membawa kuda tunggangan miliknya dan kuda itu sangat disenanginya.

Lalu Zaid berkata : Ya Rasulullah aku ingin mengamalkan ayat ini. Inilah kuda tungganganku yang sebagai engkau ketahui kuda ini adalah tunggangan yang sangat aku senangi. Terimalah kuda ini sebagai sedekahku dan sudilah engkau memberikannya kepada yang patut menerimanya. 

Wallahu A'lam. (3.470).

Selasa, 14 Januari 2025

SUJUD DALAM SHALAT MENGHAPUS DOSA DAN MENGANGKAT DERAJAT

 

SUJUD DALAM SHALAT MENGHAPUS DOSA DAN MENGANGKAT DERAJAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, sujud adalah salah satu rukun dalam shalat. Gerakan sujud memiliki makna yang sangat dalam. Diantaranya  yaitu  bukti atau  pengakuan orang orang beriman  sebagai makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang penuh dengan segala kelemahan dan kehinaan di hadapan-Nya. Gerakan ini dilakukan dengan posisi tubuh menunduk serendah-rendahnya, yaitu hingga dahi menyentuh tanah.

Ketahuilah bahwa SANGATLAH BANYAK KEUTAMAAN yang akan mendatangi hamba hamba yang banyak bersujud, diataranya adalah MENGANGKAT DERAJAT DAN MENGAMPUNI DOSA. Dalam sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam disebutkan :

أَبَا فَاطِمَةَ حَدَّثَهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَسْتَقِيمُ عَلَيْهِ وَأَعْمَلُهُ قَالَ عَلَيْكَ بِالسُّجُودِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ بِهَا عَنْكَ خَطِيئَةً.

Abu Fathimah menceritakan kepadanya, ia berkata, aku berkata : Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang aku bisa istiqamah dan mampu melaksanakannya.

Beliau bersabda : Sujudlah kepada Allah, sebab tidaklah engkau sujud kepada-Nya sekali saja, kecuali dengannya Allah akan mengangkat satu derajat dan menghapus satu kesalahan darimu. (H.R Ibnu Majah).

Kemudian satu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan yang selainnya disebutkan bahwa :  Sungguh, ketika seorang hamba shalat lalu Allah Ta'ala tempatkan dosa  dosanya di kepala dan di pundaknya. Dosa dosa itu berguguran pada saat  dia rukuk dan sujud. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أُتِيَ بِذُنُوبِهِ فَوَضَعَتْ عَلَى رَأْسِهِ أَوْ عَاتِقِهِ فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تساقطت عنه

Sesungguhnya, tatkala seorang hamba berdiri shalat, didatangkanlah seluruh dosanya, kemudian diletakkan di atas kepala dan kedua pundaknya, maka ketika ia rukuk DAN SUJUD, dosa-dosa tersebut berguguran. (H.R Ibnu Hibban, ath Thabrani, dan yang selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash Shahihah).

Dengan mengambil manfaat dari zhahir hadits ini maka  hamba hamba Allah hendaklah bersemangat mengambil keutamaan yang sangat baik ini yaitu : (1) Mengutamakan shalat fardhu dan memperbanyak shalat sunnah. (2)  Tidak terburu buru bangkit dari sujud dalam shalat.

Ketahuilah bahwa ketika sujad ada  kesempatan berdoa yang tidak ditolak dan layak untuk dikabulkan. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

Pertama : Hadits dari Abu Hurairah. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدُ فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ

Sedekat-dekatnya seorang hamba dari Rabb-nya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah doa (pada waktu itu)H.R Imam Muslim.

Kedua : Hadits  dari Abdullah bin Abbas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : 

وَأَمَّا السُّجُوْدُ فَاجْتَهِدُوْا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Adapun (di waktu) sujud maka bersungguh-sungguhlah untuk berdoa padanya, karena layak untuk dikabulkan doamu (pada waktu itu). H.R Imam Muslim

Perlu diketahui bahwa keutamaan yang disebut dalam hadits ini berlaku untuk semua sujud dalam shalat. TIDAK HANYA UNTUK SUJUD TERAKHIR SAJA SEBAGAIMANA DISANGKA DAN DIPRAKTEKKAN OLEH SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN. (Syarah Shahih Muslim, Imam an Nawawi).

Jadi dengan melihat kepada zhahir dua hadits ini serta penjelasan Imam an Nawawi diatas, maka berdoa ketika sujud dalam shalat bisa dilakukan pada sujud pertama atau kedua atau ketiga dan keempat atau sujud yang mana pun ataupun di semua sujud dalam shalat. Jadi ada kelapangan untuk berdoa di sujud mana saja dan bukan pada sujud terakhir saja.

Wallahu A'lam. (3.469)

Senin, 13 Januari 2025

MEMOHON AMPUN DAN BERAMAL SHALIH HARUS DISEGERAKAN

MEMOHON AMPUN DAN BERAMAL SHALIH HARUS DISEGERAKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya, seorang hamba dalam setiap keadaannya mestilah berusaha keras mengedepankan dua perkara yang sangat bermafaat bagi dunia dan akhiratnya yaitu BERSEGERA MEMOHON AMPUN ATAS DOSANYA DAN BERSEGERA MELAKUKAN AMAL SHALIH. Jangan di tunda  tunda,            bersegeralah dan  berlombalah. Sungguh, Allah Ta'ala berfirman :

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ

Maka berlomba lombalah (dalam melakukan) kebaikan. (Q.S al Baqarah 148).

Sungguh, kita benar benar  tidak mengetahui kapan kita akan dipanggil untuk kembali kepada Allah Ta’ala. Dan kalau sudah dipanggil yaitu diwafatkan, hakikatnya tak ada lagi kebaikan atau amal shalih yang bisa kita lakukan.  Jadi bersegeralah melakukan kebaikan. Diantaranya yang sangat perlu kita segerakan adalah :

Pertama : Bersegera minta ampun dan bertaubat.

Ketika datang waktunya seseorang diwafatkan maka tidak ada syarat apakah seseorang itu sudah memohon ampun dan bertaubat atau belum. Pada hal kita sering berbuat dosa. Dalam satu hadits qudsi disebutkan :

يَا عِبَادِي إِنّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللّيْلِ وَالنّهَارِ, وَأَنَا أَغْفِرُ الذّنُوبَ جَمِيعاً. فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرُ لَكُمْ.

Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat kesalahan di malam dan siang hari sedangkan Aku mengampuni semua dosa; maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Sungguh Allah Ta’ala menyuruh kita untuk  bertaubat agar kita menjadi orang yang beruntung. Allah Ta’ala berfirman :  

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.  (Q.S an Nuur 31).

Ketahuilah bahwa seorang hamba wajib  untuk bersegera memohon ampun dan bertaubat kepada Allah. Jangan sekali kali menunda nundanya. Allah Ta'ala berfirman :  

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Imam al Baghawi  berkata : Bahwa makna bersegeralah dalam ayat ini adalah : BERSEGERALAH DAN BERGEGASLAH MENGERJAKAN AMALAN AMALAN YANG BISA MENDATANGKAN PENGAMPUNAN. (Kitab Tafsir al Baghawi).

Sementara itu Imam al Qurthubi berkata bahwa makna bersegeralah dalam ayat ini adalah : BERSEGERA MENGERJAKAN HAL HAL YANG BISA MENDATANGKAN PENGAMPUNAN, YAITU KETAATAN.(Kitab Tafsir al Qurthubi).

Kedua : Bersegera melakukan amal shalih.

Khalifah Umar bin Khaththab berkata : Perlahan lahan (tidak tergesa gesa, peny.) dalam semua urusan itu baik KECUALI UNTUK URUSAN AKHIRAT. (Kitab az Zuhud, Imam Ahmad).

Imam Hasan al Bashri mengingatkan agar kita bersegera  dalam berbuat kebaikan. Beliau berkata : Jauhkan dirimu dari “taswif” yaitu berkata “nanti sajalah.

Barangkali di zaman ini ada sebagian orang yang berkata : Saya akan  shalat ke masjid setelah pensiun, saya akan taat beribadah setelah proyek yang besar ini selesai. Saya akan membaca al Qur an secara rutin mulai awal Ramadhan yang akan datang ataupun ungkapan lain yang semacamnya. 

Sungguh tak ada yang mengetahui apakah seseorang masih punya umur sampai pensiun atau sampai proyek selesai  atau sampai awal Ramadhan yang akan datang.  

Selain itu, kita tidak tahu bahwa pada waktu kita telah merasa telah siap beribadah tidak ada yang menjamin bahwa kita mendapat taufik atau PETUNJUK DAN KEMAUAN UNTUK BERIBADAH.

Dan juga ingatlah  bahwa saat kematian seseorang itu hakikatnya  ada dua yaitu sudah dekat atau sudah sangat dekat. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Oleh sebab itu seorang hamba hendaklah bersegera dalam beribadah atau melakukan amal shalih. Ketahuilah bahwa  modal paling utama seorang hamba untuk mendapatkan surga adalah iman dan amal shalih. Allah Ta'ala  berfirman :  

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalih bahwa untuk mereka (disediakan) surga surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai.  (Q.S al Baqarah 25)

Wallahu A'lam. (3.468) 

Minggu, 12 Januari 2025

DZIKIR ADALAH BENTENG TERHADAP GANGGUAN SYAITHAN

 

DZIKIR ADALAH BENTENG TERHADAP GANGGUAN SYAITHAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Allah Ta'ala telah  mengingatkan agar memperlakukan syaithan, yang musuh manusia itu, sebagai musuh.  Allah Ta’ala berfirman : 

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Sungguh, syaithan itu musuh bagimu maka perlakukanlah dia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaithan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang bernyala nyala (Q.S Faatir 6).

Syaikh as Sa’di berkata : Hendaknya permusuhan syaithan kepada kalian menjadi perhatian. Jangan kalian meremehkan serangan serangan (musuh ini) yang bisa terjadi setiap waktu. Sebab syaithan bisa melihat kalian dan kalian tidak bisa melihatnya. Dan dia selalu mengintai kalian.  (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah terus menerus waspada terhadap gangguan syaithan yang senantiasa mengganggu, menggoda dan merayu manusia untuk menyimpang dari jalan yang lurus. Keinginan syaithan yang PALING UTAMA ADALAH MENGGELINCIRKAN MANUSIA KEPADA KEBURUKAN            sehingga bisa menjadi temannya di dunia dan temannya pula di neraka kelak.

Namun demikian ketahuilah bahwa banyak jalan untuk menghambat bujuk rayu yang buruk dari  syaithan dan bala tentaranya. Dalam perkara ini manusia harus membangun benteng yang kuat dari gangguan syhitan ini. Cara YANG PALING UTAMA ADALAH DENGAN BANYAK BERDZIKIR. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنْ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ

 

Dan aku memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada Allah. Permisalannya itu, seperti seseorang yang dikejar-kejar musuh, lalu ia mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung di dalamnya. Demikianlah seorang hamba, tidak dapat melindungi dirinya dari syaithan, kecuali dengan dzikir kepada Allah (H.R Imam Ahmad).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz memberi nasehat : Biasanya penyebab gangguan syaithan  adalah : (1) Lalai dari dzikrullah atau mengingat Allah. (2) Tidak memperhatikan perihal ketaatan kepada-Nya, dan juga (3) Lalai dari wirid wirid syar’i. 

Bila seseorang biasa membaca wirid wirid (termasuk dzikir, peny.) syar’i dan bacaan bacaan  yang mengandung permohonan perlindungan yang syar’i dan istiqamah diatas ketaatan maka biasanya ia akan selamat dari gangguan syaithan.  (Fatawa Nuur ‘ala ad Darb).

Syaithan tidak punya kuasa untuk menguasai dirinya.  Namun bila ia bermaksiat kepada Allah Ta’ala ia akan mudah terkena gangguan syaithan dan godaannya. (Fatawa Nuur ‘ala ad Darb).

Wallahu A'lam. (3.467).

 

 

Sabtu, 11 Januari 2025

HAMBA YANG BANYAK BERDZIKIR TERHALANG DARI UCAPAN YANG BURUK

 

HAMBA YANG BANYAK BERDZIKIR TERHALANG DARI UCAPAN YANG BURUK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Berdzikir atau mengingat Allah Ta'ala adalah kewajiban paling mendasar bagi hamba hamba Allah. Bahkan Allah Ta'ala memerintahkan perkara ini dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Wahai orang orang yang beriman !. Berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya. (Q.S al Ahdzab 41).

Dan juga Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  mengingatkan kita semua untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya, sebagaimana sabda beliau,  dari Abdullah bin Busr, ia berkata :

جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَحَدُهُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ  :مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ .وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ  :لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Ada dua orang Arab (Badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya : Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik ?. Yang panjang umurnya dan baik amalannya, jawab beliau.

Salah satunya lagi bertanya : Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa aku bergantung padanya. Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir kepada Allah, jawab beliau. (H.R Imam Ahmad)

Sungguh, sangatlah banyak kebaikan dan keutamaan yang akan mendatangi hamba hamba Allah yang senantiasa berdzikir disetiap waktu dan keadaannya. Ketahuilah bahwa ketika seorang hamba banyak berdzikir maka DIA AKAN TERHINDAR ATAU TERHALANG DARI UCAPAN BURUK DAN UCAPAN KOTOR. Diantara contoh perbuatan buruk dan kotor adalah   berbuat ghibah, namimah, menghina dan merendahkan orang lain, berburuk sangka dan banyak lagi yang lainnya.

Ketahuilah, ketika seorang hamba selalu berdzikir maka terpalihara lidahnya dari perkataan yang buruk dan kotor. Orang bijak memberi nasehat : Jika dirimu tidak tersibukkan dengan perkara yang baik (haq, bermanfaat), pasti akan tersibukkan perkara yang sia-sia (bathil, tidak bermanfaat).

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ketika lisan seseorang dipenuhi dengan dzikir maka tak ada ruang bagi lisannya untuk berkata buruk dan kotor.

Dalam perkara ini, Imam Ibnul Qayyim memberikan beberapa nasehat, beliau berkata : Bahwa satu wadah baru bisa diisi dengan sesuatu JIKA KOSONG DARI LAWAN SESUATU ITU. Beliau memberikan beberapa contoh, diantaranya  : 

(1) Apabila hati seseorang dipenuhi oleh keyakinan dan rasa cinta terhadap perkara yang bathil maka TIDAK ADA LAGI RUANG didalam hatinya untuk menempatkan keyakinan dan rasa cinta terhadap perkara yang haq.

(2) Demikian pula anggota tubuh, jika telah disibukkan dengan selain ketaatan kepada Allah Ta’ala maka TIDAK MUNGKIN anggota tubuh itu dapat disibukkan dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, kecuali setelah dikosongkan terlebih dahulu dari perbuatan yang berlawanan tersebut.

(3) Demikian pula, apabila lidah seseorang terbiasa disibukkan dengan membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat NISCAYA DIA TIDAK MUNGKIN berbicara tentang sesuatu yang bermanfaat baginya, kecuali setelah lidahnya dikosongkan terlebih dari perkataan perkataan yang bathil. 

(4) Hati pun demikian, jika sudah sibuk mencintai sesuatu selain Allah Ta’ala, sibuk dengan keinginan terhadap sesuatu selain Allah  serta sibuk merindukan dan larut kepada selain Allah PASTILAH IA TIDAK BISA sibuk untuk mencintai Allah dan menginginkan ridha-Nya, juga dalam  pertemuan dengan-Nya, kecuali setelah hati itu dikosongkan dari keterkaitannya kepada selain Allah Ta’ala. (Kitab Fawaidul Fawaid).

Oleh karena itu perbanyaklah berdzikir kepada Allah Ta'ala di setiap waktu dan keadaan. Lidah yang selalu basah karena banyak berdzikir maka OTOMATIS AKAN TERHALANG DARI UCAPAN AN BURUK DAN KOTOR.

Wallahu A'lam. (3.466).