Minggu, 05 Januari 2025

SANGAT DIANJURKAN LAMA BERDIRI SAAT SHALAT MALAM

 

SANGAT DIANJURKAN LAMA BERDIRI SAAT SHALAT MALAM

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Syaikh Abdul Aziz bin Fathi Nada berkata : Menurut riwayat,  Sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in disebutkan bahwa perbuatan yang paling agung adalah berdiri lama dihadapan Alah Ta'ala PADA SHALAT MALAM.

Sunguh, riwayat ini (hendaknya) mendorong kita untuk melakukannya ketika melakukan qiyamul lail atau shalat malam. Berdiri seperti ini menunjukkan kekhusyu'an hati kepada Allah Ta'ala dan permohonan tempat yang dekat di sisi-Nya.

Barangsiapa yang lama berdiri untuk Allah Ta'ala niscata Allah Ta'ala AKAN MERINGANKAN BERDIRINYA pada hari berdirinya seluruh umat manusia di hadapan Rabb semesta alam yakni pada hari Kiamat kelak. Demikian juga sebaliknya.

Ya Allah, ringankanlah kami dari berdiri lama pada hari Kiamat kelak. Aamiin. (Kitab Ensiklopedi Adab Islam).

Bahwa tentang keutamaan berdiri lama dalam shalat malam telah dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau yaitu riwayat dari Jabir :

 أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوتِ

Sebaik baik shalat adalah  yang lama berdirinya. (H.R Imam Muslim).

Diriwayatkan dari al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat hingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu ada yang berkata kepada beliau : Apakah engkau memaksakan diri untuk ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang ?. Beliau menjawab :

أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.

Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dari zhahir hadits ini kita mengambil pelajaran bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam yang telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, melakukan hal ini, yaitu lama berdiri pada shlat malam. Lalu bagaimana dengan kita yang sehari hari kita berbuat maksiat dan dosa. Bahkan kita tidak tahu bagaimana akhir dari kehidupan kita. apakah kita menjadi orang yang berbahagia. Apakah kelak di akhirat kita akan menjadi orang berbahagia atau orang yang celaka. Wallahu A'lam.

Selain itu, ketahuilah bahwa seseorang yang lama berdiri dalam shalat malamnya berarti dia banyak menggunakan waktunya untuk membaca ayat ayat al Qur an. Ketika seorang hamba membaca 100 ayat al Qur an DALAM SHALAT MALAM maka dia akan mendapatkan pahala seperti PAHALA SHALAT SEMALAM PENUH. Perkara ini dijelaskan dalam satu sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

Tamim Ad Dary berkata :  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam. (H.R Imam Ahmad).

Wallahu A'lam. (3.461)

      

Sabtu, 04 Januari 2025

BERI TETANGGA DEKAT LEBIH DAHULU SEBELUM YANG LAINNYA

 

BERI TETANGGA DEKAT LEBIH DAHULU  SEBELUM YANG LAINNYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia ditakdirkan Allah Ta'ala menjadi makhluk sosial yang hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dengan demikian maka hampir setiap orang memiliki tetangga. Ada tetangga dekat dan ada tetangga jauh.

Setiap orang mestilah menjaga hubungan baik tetangga antara lain dengan saling mulia memuliakan. Rasululah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جارَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. (H.R Imam Muslim).

Selain itu, ketahuilah bahwa  Allah Ta’ala memerintahkan orang orang beriman untuk berbuat baik kepada tetangga, sebagaimana firman-Nya : 

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan BERBUAT BAIKLAH kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak anak yatim, orang orang yang miskin, TETANGGA DEKAT DAN TETANGGA JAUH, teman sejawat, ibnu sabil  dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S an Nisa’ 36).

Dan juga Rasulullah mengingatkan tentang perkara berbut baik kepada tetangga sebagaimana sabda beliau : 

خيرُ الأصحابِ عند اللهِ خيرُهم لصاحبِه، وخيرُ الجيرانِ عند اللهِ خيرُهم لجارِه

Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya.” (HR at-Tirmidzi)

Sangatlah banyak jalan untuk berbuat baik kepda tetangga, diantara cara yang dianjurkan untuk menjaga hubungan baik adalah dengan saling memberi hadiah, oleh oleh, makanan dan yang lainnya. Dalam perkara ini maka dahulukan tetangga yang paling dekat.

Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam.

Wahai Rasulullah aku punya dua tetangga, kepada siapakah hadiah (lebih dahulu)  aku berikan ?. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjawab : 

 قَالَ: إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا

Beliau bersabda : Yaitu kepada (tetangga) yang paling dekat pintu rumahnya darimu. (H.R Imam Bukhari).  

Wallahu A'lam. (3.460)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BANYAK BERDZIKIR BISA TERHINDAR DARI GHIBAH DAN NAMIMAH

 

BANYAK BERDZIKIR BISA TERHINDAR DARI GHIBAH DAN NAMIMAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ada banyak perkatan atau perbuatan buruk dari lisan yang sangat tercela dalam syariat Islam.  Dua diantaranya adalah : (1) GHIBAH dan (2) NAMIMAH. Dalam kenyataan sangatlah sedikit atau munkin hampir tidak ada  manusia yang benar benar bisa terhindar dari ghibah dan namimah.    

(1) Penjelasan tentang makna ghibah.

Sungguh ghibah adalah termasuk perbuatan yang diharamkan dalam syariat Islam. Apa itu ghibah ?. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah menjelaskan makna ghibah adalah sebagaimana sabda beliau : 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مِا تَقُوْلُ فَقَدِ اْغْتَبْتَهُ, وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tahukah kalian apakah ghibah itu ?. Sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : YAITU ENGKAU MENYEBUTKAN SESUATU YANG TIDAK DISUKAI OLEH SAUDARAMU.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya : Bagaimanakah pendapat engkau, jika itu memang benar ada padanya ?, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya. (H.R Imam Muslim, at Tirmidzi dan Abu Dawud).

Sungguh Allah Ta’ala melarang perbuatan ghibah sebagaimana firman-Nya :

وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمُ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُم أَنْ يَأكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۚ وَاتَّقُوْا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوّابٌ رَحيمٌ

DAN JANGANLAH DIANTARA KALIAN MENGGUNJING SEBAGIAN YANG LAIN. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ?. Tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang. (Q.S al Hujurat 12).

(2) Penjelasan tentang makna namimah.

Namimah diterjemahkan dengan adu domba dalam bahasa Indonesia, akan tetapi maknanya lebih luas dari sekedar adu domba. Pengertian namimah sebagaimana dijelaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau :

ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻻَ ﺃُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﺍﻟْﻌَﻀْﻪُ ﻫِﻰَ ﺍﻟﻨَّﻤِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺎﻟَﺔُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ

Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Muhammad berkata, “Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu ? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia. (H.R Imam Muslim).

Diantara jalan untuk bisa terhindar dari perkataan lisan yang buruk yaitu ghibah dan namimah adalah BANYAK BERDZIKIR KEPADA ALLAH TA'ALA. Imam Ibnul Qayyim memberi nasehat, beliau berkata : Berdzikir menjadi sebab yang membuat lisan  terhindar dari (perkataan yang diharamkan)  ghibah dan namimah, dusta, kata kata kotor dan ucapan ucapan bathil yang lainnya.

Karena (sifat) seorang hamba pasti berbicara. Jika ia tidak berbicara dengan dzikir kepada Allah Ta'ala dan menyebut perintah perintah-Nya makai a akan  berbicara dengan perkataan yang diharamkan tersebut atau sebagian darinya.

TIDAK ADA SAMA SEKALI JALAN UNTUK SELAMAT dari itu semua kecuali dengan BERDZIKIR KEPADA ALLAH. (Al Wabil al Shayyib).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah BANYAK BERDZIKIR sebagai penangkal perkataan yang haram seperti ghibah dan namimah. Orang yang banyak berdzikir akan terhindar dari perkataan dan perbuatan haram tersebut.   

Ingatlah bahwa Imam Ibnul Qayyim memberikan beberapa nasehat dalam hal ini. Beliau berkata : Bahwa satu wadah baru bisa diisi dengan sesuatu JIKA KOSONG DARI LAWAN SESUATU ITU.

Beliau memberikan beberapa contoh, satu  diantaranya adalah : Apabila lidah seseorang terbiasa disibukkan dengan membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat NISCAYA DIA TIDAK MUNGKIN berbicara tentang sesuatu yang bermanfaat baginya, kecuali setelah lidahnya dikosongkan terlebih dari perkataan perkataan yang bathil. (Kitab Fawaidul Fawaid).

Wallahu A'lam. (3.459)

 

 

 

Jumat, 03 Januari 2025

SANGAT BERUNTUNG HAMBA HAMBA YANG DICINTAI ALLAH

 

SANGAT BERUNTUNG HAMBA HAMBA YANG DICINTAI ALLAH

 Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh sangat beruntung orang orang yang mendapatkan kecintaan Allah. Karena hamba  Allah yang dicintai-Nya  maka Dia akan memberi jika hamba itu meminta dan Allah membimbing pendengaran, penglihatan dan semua gerak langkahnya. Dalam satu hadits qudsi disebutkan :

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

Siapa yang memusuhi wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang terhadapnya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan Sunah hingga Aku mencintainya.

Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai  tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya. (H.R Imam Bukhari dari Abu Hurairah).

Maksudnya adalah bahwa Dia  (Allah) memberinya taufiq dalam seluruh amal dan ucapannya, pendengaran dan penglihatannya. Inilah makna yang dimaksud oleh Ahlussunnah wal Jamaah. Ditambah pula bahwa Allah akan mengabulkan doanya, jika dia meminta, Allah akan memberikan permintaannya. Jika dia meminta tolong kepada-Nya, Allah akan menolongnya, jika dia minta perlindungan kepada-Nya, maka Dia akan melindunginya. (Jami Ulum wal Hikam).

Selain itu ketahuilah bahwa  orang yang telah dicintai Allah  ia akan dicintai penduduk langit  dan diterima di tengah penduduk bumi. Disebutkan dalam satu hadits :

إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ

Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia menyeru, sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia. Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah ia oleh kalian. Lalu penghuni langit mencintainya. Kemudian diberikan padanya penerimaan di bumi. (H.R  Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, lafadz milik Imam al Bukhari).

Para ulama mengatakan : Kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala  kepada hamba-Nya merupakan kehendak-Nya untuk memberikan kebaikan, petunjuk, kenikmatan, dan rahmat kepadanya.

Sedangkan kecintaan Jibril dan para malaikat secara keseluruhan mencakup dua segi. (1)  Permohonan ampunan dan doa untuknya dari Malaikat. (2) Bahwa kecintaanya terhadapnya seperti layaknya kecintaan yang ada di antara sekalian manusia, yaitu berupa kecenderungan hati kepadanya dan kerinduan mereka bertemu dengannya. Kecintaan mereka itu disebabkan oleh karena dia senantiasa taat kepada Allah. (Dari Kitab Fiqih Wanita, Syaikh Kamil Muhammad).

Wallahu A'lam. (3.458)

 

BETUL BETUL FOKUS IBADAH JIKA UMUR SUDAH 60 TAHUN

 

BETUL BETUL FOKUS IBADAH JIKA UMUR SUDAH 60 TAHUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya orang orang beriman mestilah fokus beribadah sejak usia baligh. Karena bukankah tujuan penciptaan manusia adalah untuk diciptakan Allah Ta'ala hanya untuk beribadah, mengabdi dan menyembah kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).

Lalu berapa lama atau sampai kapan seorang hamba  beribadah. Sungguh, beribadah kepada Allah Ta’ala dengan taat adalah SAMPAI AKHIR HAYAT atau sampai diwafatkan. Allah Ta’ala menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :  

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan sembahlah Rabbmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (Q.S al Hijr 99).

Sayikh as Sa’di berkata : Al yaqin yaitu sampai ajal tiba. Maksudnya, kontinyulah, engkau (Muhammad)  mendekatkan diri kepada Allah dengan segala macam ibadah disetiap waktu. Maka beliau mentaati perintah Rabb-nya dan senantiasa   beribadah sampai datang al yaqin  dari Rabbnya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Tetapi ketahuilah bahwa ketika seseorang diberi umur panjang yaitu sampai pada usia 60 tahun masih diberi kesempatan hidup maka pada umur 60 tahun ini  hamba hamba Allah haruslah BETUL BETUL FOKUS BERIBADAH. Karena :

(1) Karena bisa jadi dahulu ketika masih muda telah BANYAK LALAI dalam mengisi hidup dengan ketaatan. Pujilah Allah Ta'ala yang telah memberi umur panjang dan gunakan kesempatan ini dengan sebaik baiknya. Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda TENTANG MANUSIA TERBAIK yaitu diriwayatkan dari dari Abdullah bin Busr, ia berkata :

جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَحَدُهُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ  :مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ .وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ  :لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Ada dua orang Arab (Badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya : Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik ?. YANG PANJANG UMURNYA DAN BAIK AMALANNYA, jawab beliau.

Salah satunya lagi bertanya : Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa aku bergantung padanya. Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah, jawab beliau. (H.R Imam Ahmad)

(2) Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah  :

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu. (H.R at Tirmidzi, dari Abu Hurairah).

Nah, DENGAN MENGAMBIL PEMAHAMAN DARI ZHAHIR HADITS INI maka ketika seseorang telah mencapai umur 60 tahun maka SANGATLAH  JELAS bahwa saat untuk diwafatkan sudah dekat atau bahkan SUDAH SANGAT DEKAT.

Saudaraku, mari kita simak apa yang disebutkan  Imam Ibnu Rajab al Hambali yang menceritakan bahwa pada suatu kali Imam Fudhail bin Iyadh seorang Tabi'in, pernah bertanya kepada seorang laki laki :  Berapa usiamu ?. Orang itu menjawab : 60 tahun.

Lalu Imam Fudhail berkata : Berarti selama 60 tahun engkau telah berjalan menuju Rabb-mu dan saat ini engkau hampir sampai kepada-Nya.

Maka laki laki itu berkata : Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Kemudian Imam Fudhail bertanya kepadanya : Tahukah engkau tafsir dari apa yang engkau ucapkan itu ?. Laki laki itu berkata : Tafsirkanlah ucapan itu untukku, wahai Abu Ali. Fudhail bin Iyadh menjelaskan : 

Pertama : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya  maka hendaklah ia mengetahui bahwa kelak ia akan disuruh berdiri dihadapan Rabb-nya. 

Kedua : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan disuruh berdiri dihadapan  Rabb-nya maka harus dia mengetahui bahwa dia pasti akan ditanya.

Ketiga : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan ditanya maka hendaklah ia mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan itu.

Selanjutnya laki laki itu berkata : Lalu bagaimana jalan keluarnya ?. Jalan keluarnya mudah kata Fudhail bin Iyadh. Orang itu bertanya lagi : Apakah itu wahai Abu Ali ?

Imam Fudhail bin Iyadh menjawab : Hendaklah engkau BERBUAT KEBAIKAN DI SISA UMURMU.  Niscaya Allah akan mengampuni (dosa) apa yang telah lalu atas dirimu. Sesungguhnya jika engkau tetap berbuat keburukan pada sisa umurmu niscaya engkau akan dihisab atas semua perbuatan (buruk) mu yang telah lalu dan yang akan datang (Jami’ul Ulum wal Hikam).

Wallahu A'lam. (3.457)

 

 

 

 

 

Kamis, 02 Januari 2025

HAMBA ALLAH HENDAKLAH MEMILIKI DAN MENGAMALKAN AKHLAK YANG BAIK.

 

HAMBA ALLAH HENDAKLAH MEMILIKI DAN MENGAMALKAN AKHLAK YANG BAIK.

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Syariat Islam sangat menekankan umatnya untuk memiliki dan mengamalkan akhlak yang mulia disepanjang hidupnya. Bahkan salah satu sebab beliau diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang luhur. Beliau bersabda : 

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur. (H.R Imam Ahmad  dan Imam Bukhari dalam Adaabul Mufrad,  dishahihkan  oleh Syaikh al Albani).

Dan ketahuilah bahwa Allah Ta'ala memuji akhlak Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam, sebagaimana firman-Nya :

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S al Qalam 4)

Fitrah manusia adalah menyenangi akhlak terpuji dan membenci akhlak yang tercela. Orang yang memiliki dan mengamalkan akhlak mulia tentu akan mendapat tempat yang baik  di sisi manusia. Itulah diantara pentingnya memiliki dan mengamalkan akhlak mulia. 

Begitu pentingnya akhlak dalam syariat Islam maka sangatlah banyak ulama terdahulu yang menulis kitab  dan juga mengumpulkan hadits hadits tentang akhlak.  Imam al Bukhari secara khusus mengumpulkan hadits hadits tentang akhlak.  Beliau menulis Kitab Adabul Mufrad yang berisi lebih dari 1.300 hadits tentang akhlak. 

Ketahuilah bahwa dalam satu hadits disebutkan bahwa akhlak merupakan salah satu tujuan di utusnya Rasulullah yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

 

Sesungguhnya aku hanya di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (H.R  Bukhari dalam Adabul Mufrad, Imam Ahmad  dan al Hakim).

 

Oleh karena itu perkara akhlak tidak boleh diabaikan sedikitpun, sebab akhlak bukan hanya berkaitan dengan etika pergaulan tapi ada satu hal penting yaitu adanya keterkaitan akhlak dengan kesempurnaan iman. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

 

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

 Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlakn (H.R  Imam Ahmad, Abu Dawud dan at Tirmidzi).

                                                                                                          

Dan ternyata pula bahwa seorang hamba yang berakhlak mulia adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah Salallhu 'alaihi Wasallam di akhirat kelak.


عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحَبُّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبُكُمْ مِنِّي مَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَسَاوِيكُمْ أَخْلَاقًا الثَّرْثَارُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ

 

Dari Abu Tsa’labah Al Khusyani, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku (kelak di akhirat) adalah orang yang paling baik akhlaknya.

Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh denganku (kelak di akhirat) adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Yaitu mereka yang banyak berbicara dan suka mencemooh manusia dengan kata-katanya. (H.R Imam Ahmad)

Imam Ibnul Qayyim berkata : Agama ini seluruhnya adalah akhlak, barang siapa yang  memperbaiki akhlaknya maka akan baik pula agamanya. (Madaarijus Saalikin).

Wallahu A'lam. (3.456)