JANGAN MEMELIHARA
SIKAP SUKA MENYALAHKAN
Disusun oleh : Azwir
B.Chaniago
Ketika bergaul bersama
orang banyak terkadang bahkan sering kita menyaksikan perbuatan atau mendengar
ucapan sebagian manusia yang terasa keliru dan tak sesuai dengan jalan pikiran
kita.
Sesuatu yang kita
lihat sebagai suatu perkara yang salah bisa jadi ada benarnya karena tidaklah
kita mengetahui keadaan sesungguhnya dari orang lain. Apalagi sesuatu yang ada
dalam hatinya. Oleh karena itu, dalam berbagai perkara sangat dianjurkan untuk
berlaku bijak. Tidak cepat cepat dan lancang mengatakan sesuatu itu salah.
Sangat banyak keadaan
yang terlihat sebagai satu kesalahan yang
dilakukan seseorang. Tetapi bisa jadi dia melakukan sesuatu yang menurut
dia benar dengan alasan yang ada pada
dirinya dan tak diketahui orang lain. Diantaranya dapat dijelaskan dalam kisah
berikut ini.
Dikisahkan, pada awal
awal tahun pelajaran, murid kelas 1 di salah satu Sekolah Dasar diuji tentang
kemampuan berhitung. Salah seorang murid perempuan ditanya oleh gurunya : Wahai
Fulanah jika AKU BERI engkau 2 jeruk lalu aku tambah lagi 3 jeruk maka berapa
jeruk yang engkau miliki sekarang.
Si murid langsung
menjawab : Sekarang aku memiliki 6 jeruk, bu Guru. Gurunya kaget karena 2
tambah 3 jadi 5 jeruk, bukan 6. Satu kelas murid menyalahkan si Fulanah ini
bahkan ada yang mengatakan bodoh banget.
Lalu supaya lebih
jelas gurunya mengeluarkan 2 jeruk diberikan kepada murid itu dan ditambah 3 jeruk lagi. Sekarang hitung kata
gurunya. Lalu dihitung 1, 2, 3, 4, 5 … lalu si murid langsung membuka tasnya
mengeluarkan 1 jeruk yang dibawa dari rumah maka dia berkata 6. Jadi ada 6
jeruk milikku sekarang. Dengan begitu kelas yang tadi riuh menyalah lalu
terdiam semua, bergumam dan mengambil nafas. Benar juga ya.
Keadaan suka
menyalahkan semacam ini juga KADANG TERJADI dalam . berpakaian. Ketika melihat
seseorang memakai celana atau sarung yang gantung, diatas mata kaki bahkan
setengah betis lalu ada yang memberi komentar
yang cenderung menyalahkan : Kenapa
sih, kok sarung atau celana mesti gantung begitu. Biasa biasa sajalah seperti
kita kita ini.
Ini terjadi karena
mungkin belum mengetahui bagaimana Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam
berpakaian. Dalam satu riwayat disebutkan :
إزاره
إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ
(Ujung) sarung Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam
hingga TENGAH KEDUA BETIS BELIAU. (H.R at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
Dari zhahir hadits ini diketahui bahwa Rasulullah
Salallahu 'alaihi Wasallam memberi teladan untuk TIDAK ISBAL dalam berpakaian.
Selain itu ada pula sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi
Wasalam yang menyebutkan tentang larangan isbal :
Pertama : Dari Abu Hurairah disebutkan tentang
larangan isbal dan ancamannya. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار
Apa
saja yang melebihi dua mata kaki dari kain sarung, maka tempatnya di neraka.
(HR. Imam Bukhari)
Kedua
: Dari Al-Mughirah bin Syu’bah berkata,
Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
يَا سُفْيَانُ بنِ سَهْلٍ لا تُسْبِلْ
فَإِنَّ اللهَ لا يُحِبُّ الْمُسْبِلِيْنَ
Wahai
Sufyan bin Sahl, Janganlah engkau isbal ! Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang isbal. (H.R Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Dalam satu kisah yang
lain disebutkan pula bahwa seorang
jamaah yang rumahnya dekat masjid hampir tidak pernah kelihatan shalat sunnah
rawatib qabla shalat fardhu di masjid. Lalu orang orang ada yang berkomentar
bahkan menyalahkan : Kenapa si Fulan itu tidak pernah terlihat shalat sunnah
rawatib. Setelah salam berdzikir sendirian, lalu langsung pulang.
Komentar atau ucapan menyalahkan ini muncul karena dia tidak tahu bahwa orang ini shalat sunnah rawatib di rumahnya. Dan juga yang menyalahkan ini belum mengetahui bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
صَلُّوا
أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ المَرْءِ
فِي بَيْتِهِ إِلَّا المَكْتُوبَةَ
Wahai umat manusia, shalatlah kalian di rumah kalian. Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah shalat yang dilakukan di rumahnya, kecuali shalat wajib. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim, dan juga yang selainnya).
Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah berusaha menahan diri untuk tidak suka menyalahkan karena bisa jadi sesuatu yang kita anggap salah ternyata benar.
Ketahuilah
bahwa guru guru kita sering memberi nasehat agar tidak membiasakan diri
menyalahkan orang lain, karena : (1) Sebagai manusia biasa engkau hampir tak
pernah luput dari kesalahan. (2) Sangatlah bermanfaat kalau engkau selalu
melihat kesalahan pada dirimu dan BERSEGERA MEMPERBAIKINYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar