MEMBUAT PERKARA BARU DALAM AGAMA MENDATANGKAN
KERUGIAN BESAR
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh
Islam adalah agama yang diridhai-Nya. Allah Ta’ala telah menegaskan pula
bahwa syariat Islam ini telah sempurna yaitu sebagaimana firman-Nya :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
دِينًا ۚ
Pada hari ini telah AKU SEMPURNAKAN AGAMAMU UNTUKMU dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu. Dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. (Q.S al Maidah 3).
Pada hari ini telah AKU SEMPURNAKAN AGAMAMU UNTUKMU dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu. Dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. (Q.S al Maidah 3).
Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : “Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu” Ini merupakan nikmat Allah
terbesar kepada umat (Islam) ini yaitu
Allah Ta’ala menyempurnakan agama mereka untuk mereka sehingga mereka tidak
membutuhkan agama apapun selainnya.
Semua yang dikabarkannya adalah al haq, benar
dan tidak ada kebohongan serta (di dalamnya) tidak ada pertentangan sama sekali.
Benar dalam kabar yang disampaikan dan adil dalam seluruh perintah dan
larangan. Dan setelah agama disempurnakan bagi mereka maka sempurnalah nikmat
yang diberikan kepada mereka.
Maka ridhailah Islam untuk diri kalian karena
Islam merupakan agama yang dicintai dan DIRIDHAI ALLAH TA’ALA, yang karenanya
Allah Ta’ala mengutus Rasul yang paling utama dan yang karenanya pula Allah
Ta’ala menurunkan al Qur an, yaitu Kitab yang paling mulia. (Tafsir Ibnu
Katsir).
Oleh karena itu orang orang beriman MEWAJIBKAN
DIRINYA UNTUK MENCUKUPKAN dengan ajaran
Islam ini karena telah sempurna dan Allah telah mencukupkan nikmat-Nya.
Dengan demikian SANGATLAH MERUGI bahkan
mendatangkan bahaya besar jika orang orang yang telah menerima Islam sebagai
agamanya tetapi mencampurnya dengan ajaran nenek moyang atau adat istiadat yang
tak sejalan dengan ajaran Islam ini.
Juga SANGATLAH MERUGI orang orang yang membuat
perkara baru dalam syariat Islam yang telah sempurna ini. Sungguh Allah Ta’ala
yang mengatakan telah sempurna. Nah, ketika seseorang menambah nambah dalam
syariat ini dengan suatu perkara baru maka : (1) Seolah olah dia mengatakan bahwa syariat
Islam ini belum sempurna. (2) Seolah olah dia menuduh Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam tidak menyampaikan syariat Islam ini dengan sempurna.
Na’udzubillah.
Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam telah mengingatkan bahwa semua perkara baru dalam agama adalah sesat.
Dalam sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah, disebutkan bahwa Rasulullah
bersabda :
أماَّ بعدُ. فإنَّ خيرَ الحديثِ كتاُ الله وخيرُ
الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثاتُها, وُكُلُّ بدْعَةٍ
ضَلاَلةٌ.
‘Amma
ba’du : Sesungguhnya perkataan paling baik adalah Kitab Allah, petunjuk paling
baik adalah petunjuk Muhammad. Seburuk buruk perkataan (di dalam agama) adalah
perkara yang baru dan semua perkara baru (di dalam agama) adalah KESESATAN.
(H.R Imam Muslim)
Sungguh ada banyak kerugian atau bahaya yang
akan mendatangi orang orang yang membuat
dan mengamalkan perkara perkara baru dalam syariat Islam, diantaranya
adalah :
Pertama : Yang membuat dan mengamalkan serta
mengajarkan perkara perkara baru menanggung dosa orang yang mengikutinya.
Dalam hadits dari Jabir yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim diatas disebutkan bahwa semua perkara baru adalah kesesatan. Nah
ketika seseorang membuat perkara baru lalu mengamalkannya dan mengajarkannya
lalu diikuti oleh orang lain maka dia yang membuat perkara perkara baru itu
ikut menanggung dosa.
Dalam satu hadits juga disebutkan
:
وَمَنْ
سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ
عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
Barangsiapa yang memberi petunjuk pada keburukan, maka ia akan
mendapatkan dosa dari perbuatan buruk tersebut dan juga dosa dari orang yang mengamalkannya
setelah itu tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun juga. (H.R Imam Muslim).
Ketika seseorang beribadah dengan
perkara perkara baru lalu mengajarkan pula kepada yang lain maka jatuhlah dia
kepada keadaan tolong menolong dalam berbuat keburukan. Allah Ta’ala berfirman
:
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ
وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).
Kedua : Beribadah dengan perkara perkara baru
tertolak.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda
:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa membuat suatu perkara
baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut
tertolak. (H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim)
Dalam satu riwayat disebutkan pula bahwa
Rasulullah Salallahu ‘aaihi Wasallam
telah mengingatkan :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa melakukan suatu amalan yang
bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak. (H.R Imam
Muslim).
Nah, ketika amal ibadah kita tertolak lalu apa
bekal kita menuju akhirat untuk mendapatkan surga-Nya. Sungguh Allah Ta’ala
telah mengingatkan bahwa seorang hamba yang melakukan AMAL SHALIH YANG
DILANDASI IMAN disediakan baginya surga. Allah Ta’ala berfirman :
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ
Dan sampaikanlah
KABAR GEMBIRA kepada orang orang yang beriman dan beramal shalih bahwa untuk
mereka (disediakan) surga surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai. (Q.S al Baqarah 25).
Allah Ta’ala
berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ
Sungguh orang orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya
sungai sungai. Itulah kemenangan yang agung. (Q.S al Buruj 11).
Ketiga
: Pembuat perkara baru dalam agama akan akan diusir dari telaga Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam.
Diantara penjelasan tentang telaga Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam di akhirat kelak yaitu al Kautsar disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dalam sabda beliau : “Apakah kalian
mengetahui apa al-Kautsar itu ?.” Para sahabat menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
al-Kautsar adalah sungai yang Allah Ta’ala janjikan kepadaku, padanya terdapat
banyak kebaikan, dan (airnya akan mengalir ke) telagaku yang akan didatangi
oleh umatku pada hari kiamat (nanti)…” (H.R Imam Muslim).
Ketika seseorang membuat perkara perkara baru dalam agama maka dia akan rugi karena tak boleh minum dari telaga Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam di akhirat. Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Ketika seseorang membuat perkara perkara baru dalam agama maka dia akan rugi karena tak boleh minum dari telaga Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam di akhirat. Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى
الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ
لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ
تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Ditampakkan
di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan
(minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas
berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman : Engkau
sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu. (H.R Imam Bukhari)
Imam
al Qurthubi berkata, para ulama (guru) kami
mengatakan : Semua orang yang murtad dari agama Allah, atau MEMBUAT
PERKARA BARU dalam agama yang tidak
diridhai dan diizinkan oleh Allah, merekalah orang-orang yang diusir dan
dijauhkan dari telaga Nabi.
Demikian pula orang-orang dzalim yang melampaui batas
dalam kedzalimannya, membasmi kebenaran, membantai penganut kebenaran, dan
menekan mereka. Atau orang-orang yang terang-terangan melakukan dosa
besar terang-terangan, menganggap remeh maksiat, serta kelompok menyimpang,
penganut hawa nafsu dan bid’ah. (Kitab at Tadzkirah).
Oleh karena itu, setiap hamba
haruslah menjauhkan diri dari amalan amalan yang tak ada tuntunannya yang shahih dari Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam sehingga mendatangkan keselamatan dan amalnya
bernilai di sisi Allah Ta’ala. Wallahu A’lam. (1.904)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar