HARUSKAH MEMINTA MAAF DAN MEMBERI MAAF
SEBELUM RAMADHAN ?
Oleh : Azwir B. Chaniago
MEMINTA MAAF ketika seseorang telah melakukan
kesalahan atau berbuat buruk kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan
sangat dianjurkan.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda
: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa
kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya SEGERA MEMINTA HALAL
(MAAF) NYA SEKARANG JUGA, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar
atau dirham.
Jika ia punya amal shalih, maka akan diambil
menurut penganiayannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka
diambilkan dari kejahatan orang yang dia aniaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu
Hurairah).
Ketahuilah bahwa MEMBERI MAAF juga sangat
ditekankan dalam syariat Islam. Allah Ta’ala bahkan memerintahkan manusia menjadi
pemaaf secara jelas dalam firman-Nya :
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ
اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22).
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Allah berfirman : Jadilah engkau pemaaf dan
suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh. (Q.S Al A’raf 199).
Allah Ta’ala berfirman :
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا
تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22).
Rasululllah
Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
ثَلَاثٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
Ada tiga golongan yang berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang
harta karena shadaqah, dan tidaklah menambah bagi seorang pemaaf melainkan
kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan
diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. (H.R at Tirmidzi)
Berbicara tentang meminta dan memberi maaf, kita
mengetahui bahwa sebagian saudara saudara kita memiliki kebiasaan bahkan seolah
olah mengharuskan dirinya UNTUK SALING MEMINTA DAN MEMBERI MAAF baik secara
langsung, melalui alat komunikasi
ataupun media sosial menjelang bulan Ramadhan.
Kebanyakan saudara saudara kita ini
melakukannya mungkin (?) karena mengikuti kebanyakan manusia. Sebagian ada yang
bersandar kepada riwayat berikut ini :
Ketika Rasulullah sedang berkhutbah pada suatu
shalat Jum'at (dalam bulan Sya'ban), beliau mengatakan Aamiin sampai tiga
kali. Dan para sahabat begitu mendengar
Rasulullah mengatakan aamiin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan aamiin. Tapi
para sahabat bingung, kenapa Rasulullah berkata aamiin sampai tiga kali.
Ketika selesai shalat Jum'at para sahabat
bertanya kepada Rasulullah, kemudian menjelaskan : Bahwa ketika aku sedang
berkhutbah, datanglah malaikat Jibril dan berbisik : Wahai Rasulullah amin-kan
doaku ini, jawab Rasulullah.
Doa Malaikat Jibril adalah : Yaa Allah tolong
abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak
melakukan hal-hal yang berikut : (1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu
kepada kedua orang tuanya. (2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami
istri. (3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Ketahuilah bahwa ternyata hadits dengan lafazh
seperti ini tak jelas asal usulnya.
Adapun salah satu hadits yang shahih disebutkan
malaikat Jibril tentang Ramadhan adalah
dengan lafazh :
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى
الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له يارسول الله ما
كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم
يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله
الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت :
آمين قال الأعظمي : إسناده جيد
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam naik mimbar lalu bersabda : Aamiin … aamiin … aamiin.
Para sahabat bertanya : Kenapa engkau berkata
demikian wahai Rasulullah ?. Kemudian, beliau bersabda : Baru saja Jibril datang
kepadaku dan berkata :
(1) Allah melaknat seorang hamba yang melewati
Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan : Aamiin.
(2) Kemudian, Jibril berkata lagi :
Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun
itu tidak membuatnya masuk Jannah maka aku berkata : Aamiin.
(3) Kemudian, Jibril berkata lagi : Allah
melaknat seorang hamba yang tidak bersalawat ketika disebut namamu. Maka
kukatakan : Aamiin. (H.R Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh
al Albani dalam Shahih at Targhib.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa orang orang beriman senantiasa BERSEGERA memohon maaf ketika bersalah
kepada saudaranya. Janganlah menunggu waktu atau momen tertentu untuk meminta
maaf.
Sementara itu orang orang beriman haruslah
suka memaafkan kesalahan saudaranya
SETIAP SAAT, KAPAN PUN BAIK DIMINTA ATAU TIDAK tanpa menunggu saat event
tertentu.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.618).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar