ORANG YANG DIMURKAI DAN YANG SESAT JANGAN
DIIKUTI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Empat belas abad yang lalu, Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan bahwa pada akhir zaman akan ada
diantara orang orang yang mengaku umat beliau tapi mengikuti jejak atau jalan
orang orang yang dimurkai dan orang orang yang sesat.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ
قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ
ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟
قَالَ فَمَنْ؟
“Sungguh kalian akan mengikuti
jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi
sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob
(yang sempit sekalipun, pen.), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami
(para sahabat) berkata : “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti
itu adalah Yahudi dan Nashrani? Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
(H.R Imam Muslim).
Ibnu Taimiyah berkata : Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada
yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nasrani dalam sebagian perkara.
(Majumu’ Fatawa).
Beliau, Imam Ibnu Taimiyah juga berkata :
Hadits ini menunjukkan bahwa kita dilarang mengikuti jejaknya orang sebelum
umat ini. Barangsiapa mengikuti jejak mereka (maka) tergolong orang jahil,
seperti mengikuti (acara) hari ulang tahun mereka dan upacara lainnya.
Beliau
juga berkata : Jika meniru mereka dalam urusan dunia akan menarik kecintaan dan
kasih saying maka bagaimana dengan mengikuti upacara keagamaan mereka, tentu
lebih berbahaya dan bisa jadi lenyap keimanan mereka. (Iqtidha’ ash Shirath al
Mustaqim)
Imam an Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas berkata : Yang
dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziraa’ (hasta) serta
lubang dhab (lubang hewan tanah yang penuh liku liku), adalah permisalan bahwa
tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan
Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai
penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan
beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan
telah terjadi saat-saat ini. (Syarh Shahih Muslim).
Oleh karena itu, agar terhindar
dari mengikuti jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat maka paling
kurang 17 kali sehari kita dalam shalat fardhu, yaitu :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّين
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Q.S al
Fatihah 6-7).
Namun demikian ketahuilah bahwa Rasulullah
juga menjelaskan bahwa pada akhir zaman masih ada sebagian umat beliau yang
tetap teguh membela Sunnah dan berada diatas kebenaran yang beliau bawa.
Dari Tsauban, Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Tetap ada golongan dari umatku ini yang membela
kebenaran. Tidaklah membahayakan bagi mereka orang yang menghinanya, sehingga
datang ketentuan Allah (Hari Kiamat) sedangkan mereka tetap berpegang kepada
kebenaran”. (H.R Imam Muslim).
Semoga kita tergolong orang orang
yang tetap teguh memegang kebenaran yaitu Sunnah Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam dan semua yang beliau ajarkan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (1.235)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar