WASPADA TERHADAP PUJIAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Dalam menjalani kehidupan ini tidak ada manusia yang
terhindar dari dua keadaan yaitu pernah memuji dan pernah dipuji.
Pada beberapa keadaan mungkin pujian ada sedikit manfaat tapi bisa pula mendatangkan
mudharat bagi yang memuji maupun yang dipuji.
Bagi seseorang yang imannya kuat, maka pujian tidak merupakan
sesuatu yang perlu dianggap tetapi dia abaikan saja sehingga tidak mendatangkan
mudharat baginya. Para
ulama yang mumpuni ilmunya, terutama ulama ulama salaf menganggap pujian
dan hinaan bagi dirinya sama saja. Kenapa, karena secara umum tidak ada
seorangpun yang pujiannya bermanfaat bagi anda. Pujian yang bermanfaat adalah
pujian yang datang dari Allah Ta’ala.
Bahaya pujian.
Imam al Gazali dalam Kitab Ihya, memasukkan pujian sebagai salah
satu bahaya lisan. Bahaya pujian, kata beliau, berada pada
dua pihak yaitu pada pihak yang memberikan pujian dan pada pihak
yang menerima pujian. Diantara bahaya pujian adalah :
Pertama : Bahaya bagi yang memberi pujian.
(1) Orang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji,
apalagi jika ada maunya. Memang jika seseorang memberikan pujian baru merasa
puas jika pujiannya agak dilebih lebihkan. Akibatnya, pujian yang diberikan
tidaklah menjadi benar semua sehingga bisa jatuh kepada dusta.
(2) Sering terjadi, orang yang memuji tidak tahu
betul tentang orang orang yang dipujinya sehingga timbul pujian pujian semu.
(3) Orang yang memuji belum tentu menyenangi orang
yang dipujinya. Dia hanya menunjukkan senang sesaat dan ada maksud atau harapan tertentu. Akibatnya bisa
jatuh pada kemunafikan.
(4) Bisa jadi yang
dipuji itu sebenarnya adalah orang zhalim atau orang fasik dan ini dilarang.
Sebab jika orang zhalim atau orang fasik dipuji maka yang memuji telah ikut mendorongnya
untuk meneruskan kezhaliman dan kefasikannya.
Kedua : Bahaya bagi
yang menerima pujian.
(1) Bisa mendatangkan ujub dan sombong bagi yang dipuji. Ujub dan sombongadalah dua penyakit hati yang berbahaya. Salah satu pemicu penyakit ujub dan sombong ini adalah pujian yang tidak disikapi secara proporsional. Seseorang yang memiliki dua jenis penyakit ini maka pada gilirannya akan sulit menerima kebenaran dan akhirnya meremehkan orang lain. Rasulullah bersabda : “Al kibru batharul haqqi wa ghamdunnas”. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (H.R Imam Muslim).
(2) Bisa menimbulkan sikap lemah. Seseorang yang dipuji umumnya akan berbesar hati dan merasa sudah lebih dari orang lain. Akibatnya bisa melemahkan semangatnya untuk memperbaiki diri. Padahal yang dipujikan kepadanya belum tentu benar semua. Dalam beberapa kasus pujian memang memberikan kebaikan, namun sangat disarankan untuk berhati hati dan tidak terlalu banyak memberikan pujian.
(1) Bisa mendatangkan ujub dan sombong bagi yang dipuji. Ujub dan sombongadalah dua penyakit hati yang berbahaya. Salah satu pemicu penyakit ujub dan sombong ini adalah pujian yang tidak disikapi secara proporsional. Seseorang yang memiliki dua jenis penyakit ini maka pada gilirannya akan sulit menerima kebenaran dan akhirnya meremehkan orang lain. Rasulullah bersabda : “Al kibru batharul haqqi wa ghamdunnas”. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (H.R Imam Muslim).
(2) Bisa menimbulkan sikap lemah. Seseorang yang dipuji umumnya akan berbesar hati dan merasa sudah lebih dari orang lain. Akibatnya bisa melemahkan semangatnya untuk memperbaiki diri. Padahal yang dipujikan kepadanya belum tentu benar semua. Dalam beberapa kasus pujian memang memberikan kebaikan, namun sangat disarankan untuk berhati hati dan tidak terlalu banyak memberikan pujian.
Penutup
Ketahuilah bahwa sangat sedikit manusia yang bisa terbebas
sama sekali dari dampak buruk pujian. Oleh sebab itu jangan sembarangan dalam
memuji. Berhati hatilah bila memuji ataupun memberikan pujian. Pertimbangankanlah
keadaan orang yang akan dipuji dan pertimbangkan pula manfaat dan mudharatnya.
Sesungguhnya segala pujian itu hanya untuk Allah karena Allah
yang Mahasuci dan tidak memiliki sedikitpun kekurangan. Alhamdulillahi rabbil
‘alamin.
Allahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar