ISTIQAMAH DALAM BERIBADAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Makna istiqamah.
Secara bahasa, istiqamah bermakna
i’tidal atau lurus. Menurut syari’at, istiqamah adalah meniti jalan yang lurus
yaitu agama yang lurus yakni Islam tanpa menyimpang darinya ke kiri atau ke kanan.
Istiqamah mencakup seluruh ketaatan yang terlihat maupun yang tersembunyi serta
meninggalkan seluruh yang dilarang. (Imam Ibnu Rajab al Hambali). Sementara itu
Imam an Nawawi menjelaskan bahwa makna istiqamah adalah luuzumu tha’atillah
yaitu tetap konsekwen dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Ibnu Daqiqil dalam Syarah al Arba’in
menukil perkataan Imam al Qusyairi yang menjelaskan bahwa : “Istiqamah adalah
sebuah derajat yang dengannya sempurna berbagai urusan dan dengannya pula
diraih banyak kebaikan dan keteraturan. Barang siapa yang tidak istiqamah dalam
kepribadiannya dia akan sia sia dan gagal”.
Perintah untuk istiqamah
Seorang muslim hendaklah senantiasa
menjaga istiqamah dalam beramal. Sungguh sangatlah banyak dalil dari al Qur an
dan as Sunnah yang memerintahkan kita agar senantiasa menjaga istiqamah dalam
beramal. Diantaranya adalah sebagaimana firman Allah : “Wa a’bud rabbaka
hattata’tiyakal yaqiin” Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (kematian) Q.S al Hijr 99. Syaikh as Sa’di dalam Kitab Tafsir Karimur
Rahman menjelaskan maksud ayat ini bahwa kontinyulah engkau mendekatkan diri
kepada Allah dengan segala macam ketaatan.
Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman
: “Fastaqiim kamaa umirta waman taaba ma’aka walaa tathghau, innahu bima
ta’maluuna bashiir” Maka istiqamahlah (tetaplah) engkau (Muhmmad di jalan
yang benar) sebagaimana telah diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu. Dan janganlah
kamu melampaui batas. Sungguh Dia
Mahamelihat apa yang kamu kerjakan (Q.S Hud 112).
Imam Ibnu Katsir berkata : Dalam
ayat ini Allah memerintahkan Rasul dan hamba hambaNya agar teguh dan selalu
(tetap) istiqamah karena yang demikian itu merupakan sebab mendapat pertolongan
yang besar dari Allah. Sungguh istiqamah itu memang berat. Ibnu Abbas berkata :
Tidaklah diturunkan kepada Rasulullah di dalam al Qur an sebuah ayat yang lebih
memberatkan dan menyulitkan daripada ayat ini, yaitu surat Hud 112.
Rasulullah salalahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Qul amantu billahi tsummas taqiim” Katakanlah aku beriman
kepada Allah kemudian beristiqamahlah. (H.R Imam Muslim).
Sebuah hadits dari A’isyah
radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah bersabda : “Ahabbu a’mali ilallahi
adwaamuhaa wa inqalla.” Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang kontinyu
(terus menerus) dikerjakan walaupun sedikit. (H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim).
Keutamaan istiqamah dalam beribadah.
Sungguh istiqamah memiliki
keutamaan yang sangat banyak, sehingga tidaklah patut seorang hamba akan menyia
nyiakan atau mengabaikannya dalam beribadah. Diantaranya adalah :
Pertama : Memperoleh kecintaan
Allah. Seorang hamba yang melazimkan sikap istiqamah dalam melakukan
amal shalih maka dia akan dekat kepada Allah dan menjadi hamba yang
dicintai-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
Allah berfirman : “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan
sesuatu yang paling Aku cintai daripada kewajiban yang Aku bebankan kepadanya.
Dan senantiasa (terus menerus, istiqamah) hamba-Ku dengan amalan amalan sunnah
hingga Aku mencintainya.”
Kedua : Tetap
ditulis pahala meskipun berhalangan. Sungguh ini
bukan saja berupa keutamaan istiqamah tapi juga merupakan karunia yang amat
besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
bagi seorang hamba yang selalu istiqamah dalam beramal.
Ketahuilah bahwa apabila seorang
hamba senantiasa istiqamah dalam beramal, kemudian suatu saat dia tidak bisa
melakukan amalnya itu karena suatu halangan maka Alhamdulillah, Allah akan akan
tetap mencatat untuknya pahala amal shalih yang biasa dilakukannya itu.
Rasulullah bersabda : “Idza maridhal ‘abdu au safara kutiba lahu mitslu maa
kaana ya’malu muqiman au shahiihan” Apabila seorang hamba sakit atau sedang
bepergian, akan tetap ditulis pahalanya seperti ketika dia mukim (tidak
bepergian) dan sehat. (H.R Imam Bukhari).
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits yang
dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin al Albani bahwa Rasulullah bersabda : “Maa
min ri-in takuunu lahu shalaatun bilaillin yaghlibuhu ‘alaiha naumun ila kutiba
lahu ajru shalaatihi, wa kaana naumuhu ‘alaihi shadaqah”. Tidaklah seseorang
terbiasa mengerjakan shalat malam kemudian satu ketika dia tertidur, melainkan
akan tetap ditulis pahala shalatnya, sedangkan tidurnya adalah sedekah baginya.
Berkenaan dengan hadits ini, al
Hafidz Ibnu Hajar, dalam Fathul Bari menjelaskan : ini adalah untuk orang orang
yang biasa mengerjakan ketaatan, kemudian terhalangi sesuatu. Dan andaikan
tidak ada halangan, niatnya akan tetap dikerjakannya.
Ketiga : Akan turun Malaikat yang menghibur. Sungguh
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Rabb kami adalah Allah, kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka Malaikat akan turun kepada
mereka (dengan berkata) : Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah
dijanjikan kepadamu (Q.S Fusilat 30).
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir
dijelaskan bahwa para Malaikat akan turun menuju orang orang yang
istriqamah ketika kematian menjemput, ketika di dalam kubur dan ketika
dibangkitkan. Para Malaikat itu memberi rasa aman dari ketakutan ketika
kematian menjemput. Menghilangkan kesedihannya
disebabkan berpisah dengan keluarganya karena Allah pengganti dari hal itu.
Memberikan kabar gembira berupa dihilangkan keburukan dan mendapatkan kebaikan
dengan surga yang belum pernah dilihat mata, didengar telinga dan belum pernah
terlintas dalam hati manusia.
Semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada
kita untuk selalu istiqamah dalam melakukan amal amal shalih.(011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar