ORANG ‘ALIM BISA JUGA LUPA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Imam Malik dalam Kitab al Muwaththa’ menceritakan bahwa dulu
di zaman Bani Israil, ada seorang laki laki yang ‘alim (ahli ilmu), ‘abid (ahli
ibadah) memiliki seorang istri yang dicintainya. Lalu istrinya itu meninggal
dunia sehingga membuatnya sangat sedih. Dia berat menerima kenyataan ini,
kurang sabar. Sampai sampai dia mengurung diri di rumahnya dan tidak mau
bertemu dengan seorangpun.
Lalu ada seorang wanita yang cerdik mendengar berita ini. Kasihan
orang ‘alim ini, katanya. Dia ingin
menasehati orang ‘alim ini agar bersabar. Dia mendatangi orang ‘alim ini dengan
berpura pura ingin meminta fatwa tentang satu hal yang rumit. Setelah bertemu
dengan orang ‘alim ini dia berkata : Sungguh aku sengaja datang kepada engkau
untuk minta fatwa karena ada permasalahan yang berat menimpaku. Apa masalahmu,
kata orang ‘alim ini.
Wanita itu menyampaikan masalahnya : Sungguh beberapa waktu
yang lalu aku telah meminjam perhiasan milik tetanggaku. Aku telah memakai perhiasan
itu beberapa lama. Lalu masalahnya bagaimana kata orang ‘alim ini. Begini kata
wanita itu : Tetanggaku itu mengutus seseorang untuk mengambil barang perhiasan
yang telah aku pinjam itu, padahal aku masih sangat senang dengan perhiasan itu
dan aku masih ingin memakainya. Aku ingin minta fatwa : Apakah aku harus
mengembalikan barang perhiasan yang aku pinjam itu kepada pemiliknya.
Lalu orang ‘alim itu berfatwa : Iya, demi Allah engkau harus
mengembalikan kepada pemiliknya karena dia pemiliknya. Engkau hanya peminjam
dan pemiliknya yang lebih berhak atas perhiasan. Ketahuilah bahwa engkau hanya
peminjam dan bukan pemilik. Engkau tidak boleh berat hati untuk
mengembalikannya jika pemiliknya memintamu untuk mengembalikan.
Kemudian wanita yang cerdik ini berkata : Wahai hamba Allah yang
‘alim, semoga Allah merahmatimu. Engkau telah memberikan fatwa kepadaku. Dan aku ingin bertanya : Kenapa engkau merasa
berat hati untuk mengembalikan sesuatu yang Allah titipkan kepada engkau.
Bukankah Allah lebih berhak untuk mengambilnya.
Ternyata perkataan si wanita cerdik ini telah menggugah hati
orang ‘alim ini. Lalu dia menyesali ketidak sabarannya atas musibah yang
menimpanya.
Jadi kalau orang ‘alim bisa juga lupa dan tidak sabar
menerima ujian apalagi kita kita ini. Oleh karena itu banyaklah berdoa untuk
bisa diberi kesabaran dalam menerima
ujian dari Allah kepada kita.
Allahu 'Alam (013)
Allahu 'Alam (013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar