TENTANG TITIP SALAM
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita sering mendengar bahkan
kita juga sering mengucapkan : Tolong sampaikan salam saya kepada Pak Fulan,
saya titip salam ya untuk bu Fulanah atau kalimat lain yang semakna dan
maksudnya titip salam.
Boleh jadi ada sebagian kita yang beranggapan bahwa titip
salam adalah satu budaya saja, sekedar etika saja, sekedar basa basi saja.
Ketahuilah bahwa titip salam disyari’atkan dalam Islam.
Jika disyari’atkan maka haruslah dilakukan sesuai yang
diajarkan sehingga akan menjadi ibadah bagi yang melaksanakannya. Untuk itu
paling tidak ada dua hal yang perlu kita perhatikan yakni :
Pertama : Titip salam haruslah dilakukan dengan niat ikhlas karena
Allah, bukan karena yang lain.
Kedua : Haruslah dilakukan dengan cara yang benar
sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah, bukan bagaimana
yang baik menurut seseorang.
Diantara sandaran syari’at tentang titip salam.
Pertama : Rasulullah pernah dititipi salam oleh Jibril untuk Khadijah dan
meminta Rasulullah menyampaikan berita gembira kepada Khadijah bahwa dia telah
dibuatkan sebuah rumah di surga.
Kedua : Sebuah hadits dari ‘Aisyah, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim : “Qala Rasulullahi salallahu ‘alaihi wa sallama yauman, Ya A’isyah;
Hadza Jibril yuqri-uki salaam”. Pada suatu hari berkata Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam : Ya ‘Aisyah ini ada Jibril titip salam buat engkau.
Jadi ternyata bukan hanya seorang Muslim yang dianjurkan
untuk titip salam, tapi Malaikat Jibril-pun pernah titip salam.
Ketiga : Pada suatu kali seorang laki laki mendatangi Rasulullah dan
berkata : “Ya Rasulullah ayahku titip
salam buat engkau”. Titip salam orang ini ditaqrir atau tidak diingkari oleh
Nabi.
Keempat : Titip salam juga merupakan kelaziman para sahabat. Pada saat sudah
banyak sahabat tinggal berjauhan karena tugas dakwah dan yang lainnya, maka disetiap kesempatan mereka tetap saling
titip salam. Kenapa, karena mereka paham betul bahwa titip salam bermakna titip doa
untuk saudaranya dan tentu ini sangatlah baik.
Sungguh titip salam adalah salah satu bagian dari adab Islam
yaitu menyebarkan salam dengan cara memberi dan mejawab salam. (Lihat Kitab
Ensklopedi Adab Islam, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Fathi Nada, jilid 2 fasal 2 Adab
as Salaam).
Titip salam melibatkan tiga pihak.
Proses titip salam
akan melibatkan tiga pihak. Semua pihak haruslah memahami adab adabnya, agar
titip salam memberikan manfaat yaitu :
Pertama : Pihak yang menitipkan salam.
Seorang yang menitipkan salam haruslah :
1. Menitipkan salam
dengan ikhlas karena Allah.
2. Dalam menitip
salam harus sungguh sungguh ingin mendoakan keselamatan, rahmat dan berkah bagi
saudaranya yang akan menerima titipan salam.
3. Harus bisa
memperkirakan apakah tidak akan memberatkan bagi yang menerima titipan untuk
menyampaikannya. Misalnya, jika ada yang mau pulang kampung lalu ada yang titip
salam : Tolong sampaikan salam saya untuk semua orang dikampung. Ini amamah yang
tidak bisa ditunaikan memberatkan bagi
yang mendapat amanah untuk menyampaikan titipan salam.
Kedua : Pihak yang mendapat amanah menyampaikan salam.
1.
Haruslah meyakinkan dirinya bahwa
titipan salam adalah amanah yang wajib ia tunaikan. Hendaknya dia takut
sekiranya jatuh pada salah satu sifat munafik yaitu tidak melaksanakan amanah.
2. Jangan sembarangan menerima amanah titipan salam.
Haruslah diperkirakan apakah dia mampu melaksanakannya atau tidak.
3. Agar tidak menjadi beban maka yang menerima amanah
untuk menyampaikan salam haruslah bisa mengatakan : Ya insya Allah akan saya
sampaikan titipan salam anda kalau saya
ketemu orangnya. Bisa juga terus terang dan mohon maaf jika memang tidak
sanggup menyampaikannya.
Ketiga : Pihak yang menerima titipan salam.
1.
Dia haruslah bergembira mendapat titipan salam dari
saudaranya. Bukankah dengan titipan salam itu berarti dia didoakan oleh
saudaranya untuk mendapat keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah. Para
sahabat dan orang orang shalih merasa sangat gembira mendapat titipan salam.
Bahkan kegembiraan mereka lebih besar dibanding mendapat titipan hadiah atau
oleh oleh dari saudaranya. Mereka paham betul bahwa tidak ada hadiah yang lebih
mahal dibanding titipan salam yang hakikatnya adalah doa dari saudaranya.
2. Dia harus menjawab titipan salam itu dengan cara yang
disyari’atkan. Jangan menjawab ttipan salam sekenanya saja sebagaimana
kebanyakan orang belum berilmu menjawabnya. Misalnya menjawab titipan salam
dengan mengatakan : Oh ya, terima kasih atas salamnya atau, ya titipan salamnya
diterima atau salam balik ya. Ada lagi yang menjawab : Ya titipan salamnya
diterima tapi dia titip oleh oleh nggak.
Ya cuma salam doang tidak ada oleh
olehnya. Dan berbagai jawaban lainnya.
Ketahuilah bahwa Rasulullah telah
mengajarkan kepada kita semua cara menjawab salam.
Menjawab titipan salam yang syar’i.
Mengucapkan dan menjawab salam dalam
Islam memiliki nilai ibadah. Oleh karenanya harus dilakukan dengan ikhlas sesuai
dengan petunjuk Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam agar betul betul menjadi
ibadah.
Diantara cara menjawab titipan salam
adalah :
Pertama : Seseorang yang menerima titipan
salam dari seseorang melalui orang lain, maka dia bisa menjawab sebagaimana
yang dicontohkan A’isyah. Pada waktu A’isyah menerima titipan salam dari
Malaikat Jibril melalui Rasulullah maka
A’isyah menjawab titipan salam Jibril dengan mengucapkan : “Wa ‘alaihis
salam wa rahmatullahi wa barakatuh”. Dan keselamatan, dan rahmat dan
berkah Allah baginya (bagi Jibril yang titip salam buat A’isyah). Jawaban titip salam ini diucapkan A’isyah
dihadapan Rasulullah dan ditaqrir oleh Rasulullah. Demikian sebagaimana yang di
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Kedua : Seseorang yang menerima titipan
salam dari seseorang melalui orang lain, maka dia bisa menjawab, disamping
membalas titipan salam juga sekali gus
mendoakan untuk yang menyampaikan salam. Ini adalah sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah. Sewaktu ada seseorang menemui Rasulullah dan
menyampaikan titipan salam dari ayahnya maka Rasulullah menjawab : “Alaika,
wa ‘alaihis salam”. Keselamatan bagimu dan keselamatan
baginya (ayahmu). Ini adalah riwayat Imam Abu Dawud.
Allahu a’lam. Semoga Allah selalu
menambahkan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Allahumma inni ‘ilman nafi’an. (014)
Allahumma inni ‘ilman nafi’an. (014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar