Rabu, 19 April 2023

MENJAGA DAN MEMELIHARA KETAKWAAN SETELAH RAMADHAN

 

 

MENJAGA DAN MEMELIHARA KETAKWAAN SETELAH RAMADHAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh tujuan paling terdepan berpuasa di bulan Ramadhan adalah untuk mendapat PREDIKAT TAKWA, yaitu sebagaimana firman-Nya : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman !.  Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S al Baqarah 183).

Dengan izin Allah Ta'ala, semoga sangatlah banyak orang orang beriman  yang bisa  mendapatkan predikat takwa dengan puasa Ramadhannya. Diantaranya adalah orang orang yang berkeinginan kuat untuk mendapatkannya dan dibuktikan dengan usaha yang sungguh melaksanakan puasa Ramadhan serta mengisi Ramadhan dengan berbagai amal ibadah yang disyariatkan.

Jika predikat takwa telah ada dalam diri seorang hamba maka kewajiban berikutnya, yang juga tidak ringan adalah berusaha menjaga dan memeliharanya bahkan harus meningkatkannya setiap saat. Jika sikap takwa yang sudah ada lalu terlepas sungguh merupakan kerugian yang amat besar dan membahayakan kehidupan dunia dan akhiratnya.

Ketahuilah bahwa beberapa  cara yang bisa dilakukan untuk menjaga, memelihara bahkan meningkatkan ketakwaan  adalah :

Pertama : Selalu merasa diawasi Allah Ta’ala.

Sungguh kita sakksikan banyak orang yang melalaikan kewajibannya terhadap hak hak Allah atas dirinya utama sekali karena merasa Allah tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Pada hal sungguh Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Mahaluas, mengetahui segala sesuatu yang mereka lakukan. Allah Ta'ala berfirman :

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“... Dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S. al Hadid:4)

Al Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Maksudnya adalah Allah senantiasa menyaksikan kalian dan menyaksikan amal kalian. Bagaimanapun keadaan kalian dan dimana saja kalian berada didaratan atau dilautan, siang ataupun malam dirumah ataupun dipadang pasir. Semua itu berada dalam pengetahuan, pengawasan dan pendengaran-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Seorang yang merasa yakin selalu dilihat dan diawasi Rabb-nya, tentu akan  selalu mendorongnya untuk terus bertakwa baik dalam keramaian dan juga dalam kesendirian.

Kedua : Belajar ilmu syar’i dan mengamalkannya.

Bahwa salah satu makna takwa secara istilah adalah sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud  : Hendaklah Allah ditaati tidak dimaksiati, diingat tidak dilupakan, disyukuri tidak diingkari.

Ketahuilah bahwa tidaklah seorang hamba : (1) Bisa mentaati Allah secara benar kecuali dengan ilmu. (2) Bisa mengingat Allah secara benar kecuali dengan ilmu. (3) Bisa mensyukuri nikmat Allah secara benar kecuali dengan ilmu.

Sufyan ats Tsauri  berkata : Bahwa sungguh ilmu dipelajari untuk dijadikan sarana bertakwa kepada Allah.

Ketahuilah bahwa ilmu yang benar di dapat dengan belajar. Dan belajar adalah kewajiban setiap muslim. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

 Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. (H.R Imam Ahmad dan Ibnu Majah).

Ketiga : Terus menerus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah

Ini adalah aplikasi dari takwa. Tidaklah dikatakan bertakwa jika menyelisihi perintah Allah dan mengabaikan larangannya. Allah berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasulnya, serta takut kepada Allah dan bertakwa kepadanya, maka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. an Nur 52).

Keempat : Bergaul dengan orang orang yang selalu menjaga ketakwaan.

Termasuk cara yang sangat dianjurkan dalam menjaga ketakwaan adalah berteman dengan orang orang yang selalu menjaga ketakwaan.

Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Seseorang sesuai dengan agama teman akrabnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman akrabnya. (H.R Abu Daud dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Ketahuilah bahwa : (1) Pertemanan dengan orang bertakwa adalah suatu nikmat yang besar karena pertemanan dengan orang bertakwa itu karena Allah bukan karena yang lain. (2) Pertemanan dengan orang bertakwa insya Allah akan langgeng dari dunia sampai akhirat. (3) Pertemanan dengan orang bertakwa akan selalu saling mendoakan untuk kebaikan. (4) Pertemanan dengan orang bertakwa akan selalu saling ingat mengingatkan tentang kebaikan. (5) Pertemanan dengan orang bertakwa akan saling memberi udzur dan memaafkan jika ada kesalahan.

Kelima : Selalu berdoa agar diberi sifat takwa.

Salah satu jalan untuk meraih ketakwaan adalah dengan banyak berdoa kepada Allah Ta'ala. Diantara doa yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alahi Wasallam adalah :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Ya Allah sesungguhnya aku memohon engkau agar diberi petunjuk, ketakwaan, kesucian diri dan kecukupan (H.R Imam Muslim).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.982)

Selasa, 11 April 2023

JANGAN KELIRU MEMAHAMI HAKIKAT KEBERUNTUNGAN

 

 

JANGAN KELIRU MEMAHAMI HAKIKAT  KEBERUNTUNGAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Mungkin banyak manusia yang keliru dalam memahami dan memberi nilai tentang makna hakiki keberuntungan.  Bisa jadi karena telah tertipu dengan kehidupan dunia. Sungguh dunia keberuntungan berupa perhiasan dan segala pernak perniknya  adalah semu, fatamorgana dan fana. 

Namun demikian, ternyata sebagian manusia tetap saja  berlomba mengejar harta dunia dengan segala kenikmatan dan kelezatannya. Mereka merasa bahwa dunia ini adalah segalanya sehingga harus diburu dengan segala cara. Jika tidak bisa meraih dunia berarti mereka merasa telah memperoleh kerugian bukan keberuntungan. Benar,  kita harus mengejar keberuntungan di dunia dan tidak ada yang mau rugi.

Hanya saja, seorang muslim tidaklah boleh  salah dalam memahami makna keberuntungan yang hakiki.  Allah Ta'ala telah menjelaskan makna keberuntungan  yaitu sebagaimana firman-Nya : 

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.S Ali Imran 185).

Syaikh as Sa’di berkata : Bahwa ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat sementara dan tidak kekal. Dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah dengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju negeri yang abadi. Jiwa jiwa manusia akan dipenuhi dengan dengan apa yang telah diperbuatnya di dunia ini berupa kebaikan maupun keburukan. 

Selanjutnya dijelaskan pula oleh beliau bahwa : Maka barang siapa dijauhkan, artinya dikeluarkan, dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh dia telah beruntung,  maksudnya dia telah memperoleh kemenangan yang besar dan selamat dari  siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang penuh nikmat. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Jadi bersegeralah mengejar akhirat untuk mendapatkan  keuntungan yang hakiki. Sungguh akhirat itu lebih baik dan kekal. Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُالْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? (Q.S al An’aam 32).

Allah Ta’ala juga menjelaskan dalam firman-Nya :

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ

Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. (Q.S adh Dhuha 4). 

Wallahu A'la. (2.981).

 

 

 

Sabtu, 08 April 2023

KEWAJIBAN MENYURUH KEPADA YANG MA'RUF DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN

 

KEWAJIBAN MENYURUH KEPADA YANG MA'RUF DAN MENCEGAH  KEMUNGKARAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, salah satu kewajiban terpenting yang harus dilakukan oleh orang orang beriman adalah MENYURUH KEPADA YANG BAIK ATAU MA'RUF DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN. Allah Ta’ala berfirman : 

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung. (Q.S Ali Imran 104)

Dan Allah Ta’ala berfirman : 

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. (Q.S Ali Imran 110)

Syaikh Abdul Aziz as Sayyid Nada berkata : Ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh kaum muslimin SESUAI DENGAN KEMAMPUAN MASING MASING.

Tentang surat Ali Imran 110 ini,  Syaikh as Sa'di berkata :  Inilah keutamaan yang diberikan kepada umat ini dengan sebab sebab tersebut yang menjadikan mereka unggul diatas seluruh umat. Mereka adalah sebaik baik manusia untuk manusia dalam nasehat dan cinta kepada kebaikan, dakwah, pengajaran dan bimbingan, PERINTAH KEPADA KEBAIKAN DAN MELARANG DARI KEMUNGKARAN. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selanjutnya ketahuilah bahwa menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar hakikatnya adalah memberi nasehat, saling mengingatkan dan berdakwah. Dalam melaksanakan kewajiban ini mestilah dengan menjaga beberapa adab. Dua perkara diantaranya adalah :

Pertama : Dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala.

Sesungguhnya niat adalah perkara yang utama sebelum melakukan suatu amal kebaikan. Niat yang baik akan memberikan manfaat yang baik pula begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, dalam memberi nasehat seseorang perlu lebih dahulu meluruskan niatnya. Tiada tujuan memberi nasehat kecuali ikhlas semata mata  ingin mengharapkan  Wajah-Nya dan pahala dari-Nya serta mencari keridhaan-Nya.

Janganlah memberi nasehat karena tujuan yang lain. Ingin dinilai sebagai orang yang berilmu. Ingin pujian manusia atau ingin mendapatkan keuntungan dunia, apalagi materi dan yang lainnya. 

Kadang kadang kita mendengar keluhan dari  yang sudah memberi nasehat kepada seseorang atau sekelompok orang. Saya sudah berkali kali memberi nasehat tapi tidak didengar. Jika ini terjadi maka jangan tergesa gesa menyalahkan orang orang yang dinasehati. Adalah sangat baik jika sebagai   pemberi nasehat memeriksa kembali niatnya apakah sudah lurus atau belum. Ketahuilah bahwa sesuatu yang keluar dari hati yang tulus akan mencapai hati yang tulus pula, insya Allah.

Kedua : Memberi nasehat harus dengan ilmu.

Suatu hal yang sangat penting dalam kewajiban menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran  adalah haruslah berilmu dulu sebelum berkata, sebelum berbuat. Sungguh   memberi nasehat tidak cukup dengan niat baik saja.

Seorang yang tidak bisa berenang seharusnya tidak menasehati orang lain tentang cara berenang yang baik. Ini untuk urusan dunia. Apalagi urusan akhirat. Kalau mau memberi nasehat tentang cara shalat yang baik, maka harus punya ilmu tentang cara shalat yang benar. Jika tidak, maka bisa jadi  mendatangkan kesalahan bahkan kesesatan.

Sungguh, Imam Bukhari memberi nasehat dalam kitab shahihnya dengan membuka satu bab tentang : ILMU SEBELUM PERKATAAN DAN PERBUATAN.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا 

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kami ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani , semua itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S al Isra’ 36).

Syaikh as Sa'di berkata : Sudah sepantasnya seseorang akan diminta pertanggung jawaban tentang segala yang telah dia KATAKAN DAN PERBUAT serta (cara) pemanfaatan anggota badan yang telah Allah ciptakan untuk beribadah kepada-Nya.

Wallahu A'lam. (2.980)

  

Jumat, 07 April 2023

MUSIBAH DAN BENCANA DATANG TERSEBAB DOSA MANUSIA

 

MUSIBAH DAN BENCANA DATANG TERSEBAB DOSA MANUSIA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Pada waktunya musibah dan bencana (alam) akan mendatangi manusia. Bisa jadi berupa gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir besar bahkan tsunami dan yang lainnya. Sungguh semua bencana itu terjadi sesuai dengan ketetapan Allah Ta'ala yaitu sebagaimana firman-Nya :

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. (Q.S al Hadid 22).

Diantara orang berilmu tentang alam dunia ada yang mengatakan bahwa bencana itu adalah gejala alam. Diantaranya dikatakan bahwa :

(1) Ketika terjadi gempa bumi  karena pergerakan kerak atau lempeng bumi.

(2) Ketika gunung meletus dikatakan bahwa diantara faktor penyebab adalah karena magma yang terkumpul di dapur magma yang terletak di bawah gunung berapi sudah penuh dan akhirnya terdorong keluar dari gunung berapi.

(3) Ketika banjir terjadi disebabkan buang sampah dan limbah sembarang termasuk pembabatan hutan dan yang lainnya.

Tetapi ketahuilah bahwa penyebab terjadinya berbagai musibah berupa bencana alam dan yang lainnya adalah adalah perbuatan tangan  manusia. DOSA DOSA MANUSIA. Allah Ta’ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S. ar Rum  41.

Syaikh as Sa’di berkata : Kerusakan penghidupan dan berkurangnya serta terjadi bencana seperti sakit dan musibah lainnya karena PERBUATAN DOSA MANUSIA. Agar mereka sadar bahwa dia disegerakan hukumannya di dunia agar mereka memperbaiki diri. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)   

Allah Ta’ala  berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ    

Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahanmu). Q.S asy Syuura 30.

Tentang surat asy Syuura ayat 30 , Imam Ibnu Katsir berkata : Wahai manusia, musibah apapun yang menimpa kalian, SEMATA MATA KARENA KEBURUKAN (DOSA) YANG KALIAN LAKUKAN. Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah rahimahullah mengatakan : Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa. (Al Jawabul Kaafi)

Ketahuilah bahwa pada zaman Nabi Nuh terjadi banjir bandang sebagai adzab terhadap kaum Nabi Nuh yang zhalim yaitu  ingkar terhadap dakwah Nabi Nuh. Padahal di zaman Nabi Nuh belum ada pembuangan sampah sembarangan dan belum ada PEMBABATAN ATAU PENGGUNDULAN  HUTAN. Tetapi Allah Ta'ala datangkan banjir besar yang paling besar karena kezhaliman mereka,  sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah : 

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ 

Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar,  sedangkan mereka adalah orang orang yang zhalim. (Q.S al Ankabut 14).

Sungguh diantara cara yang sangat dianjurkan agar terhindar dari adzab tersebab musibah dan bencana adalah DENGAN BANYAK DAN TERUS MENERUS MEMOHON AMPUN kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka sedang mereka (masih) memohon ampunan. (Q.S al Anfaal 33). 

Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah pencegah adzab dari mereka pada hal sebab sebab turunnya adzab itu telah tercapai. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.979).    

Selasa, 04 April 2023

INFAK DAN SEDEKAH AKAN DIGANTI BERLIPAT GANDA

 

INFAK DAN SEDEKAH AKAN DIGANTI BERLIPAT GANDA

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Berinfak dan bersedekah adalah satu perbuatan mulia dan sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Manfaat dari infak dan sedekah akan dirasakan orang orang fakir dan miskin untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu, sungguh banyak manfaat atau keutamaan bersedekah akan mendatangi orang orang yang melakukannya.

Diantara keutamaan itu akan dirasakan orang yang suka berinfak  adalah bahwa Allah Ta'ala akan mengganti dengan berlipat ganda. Allah Ta'ala berfirman : 

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.(Q.S al Baqarah 261).

Syaikh as Sa’di berkata : Nafkah nafkah seperti ini (infak di jalan Allah) akan dilipat gandakan. Kelipatan ini dengan tujuh ratus kali lipat hingga berlipat ganda lagi banyaknya  dari itu. Karena itu Allah berfirman : “Allah melipat gandakan (balasan) bagi siapa yang Dia kehendaki. Itu tentunya sesuai dengan apa yang ada dalam hati orang yang berinfak tersebut dari keimanan dan keikhlasan yang tulus. Juga sesuai dengan kebaikan dan manfaat yang dihasilkan dari infaknya tersebut. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Dan juga, tentang penggantian berlipat ganda ini, disebutkan pula dalam satu hadits  dari jalan Abu Mas’ud, dia berkata :    Seorang laki-laki datang dengan membawa (seekor) unta yang  di hidungnya yang telah diberi tali kekang. Laki-laki itu berkata (kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam) : Unta ini saya sedekahkan di jalan Allah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam : 

لَكَ بِهِا يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَبْعُ مِائَةِ نَاقَةٍ كُلُّهَا مَخْطُومَةٌ

Dengan sedekahmu ini maka pada hari kiamat kamu akan mendapatkan 700 ekor unta, semuanya telah diberi tali kekang pada hidungnya. (H.R. Imam Muslim,  an Nasai  dan Imam Ahmad).

Cuma saja, ada diantara saudara saudara kita yang merasa berat untuk berinfak dan  bersedekah karena ditakut takuti oleh syaithan yang membisikkan kepadanya bahwa orang yang banyak bersedekah akan jatuh miskin.   Allah Ta’ala berfirman : 

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Syaithan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-Baqarah 268)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah Ta'ala : "Syaithan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan", maksudnya, dia menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam tangan kalian (menahan harta), sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.

“Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)” maksudnya, bersamaan dengan melarang kalian berinfak karena takut miskin, syaithan menyuruh kalian berbuat maksiat, dosa, keharaman, dan menyelisihi keridhaan Pencipta (Allah). Lihat Tafsir Ibnu Katsir.

Sungguh, tidak ada riwayat dari dahulu sampai sekarang bahwa   hamba hamba Allah jatuh miskin tersebab banyak bersedekah.  Sungguh  Allah Ta'ala berjanji akan memberi ganti infak dan sedekah hamba hamba-Nya DENGAN BERLIPAT GANDA.

Wallahu A'lam. (2.978)

 

 

Minggu, 02 April 2023

SEMUA KEBERKAHAN HANYA ADA PADA ALLAH TA'ALA

 

SEMUA KEBERKAHAN HANYA ADA PADA ALLAH TA'ALA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Apa makna  kata berkah atau barakah ?. Dalam Syarah Shahih Muslim oleh  Imam Nawawi disebutkan  bahwa berkah memiliki dua arti yaitu : (1) Tumbuh, berkembang, atau bertambah,  dan (2) Kebaikan yang selalu ada.

Oleh karena itu maka hamba hamba Allah berharap sangat untuk mendapatkan berkah dari-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala dan Rasul-Nya telah menunjukkan banyak jalan untuk mendapat berkah. Diantaranya adalah :

Pertama : Beriman dan beramal shalih. Allah Ta'ala berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, PASTI KAMI akan melimpahkan kepada mereka BERKAH dari langit dan dari bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.  (Q.S al A’raf 96).

Kedua : Berpagi pagi mencari rizki. Dari sahabat Shakhr Al Ghamidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya. (H.R Abu Dawud)

Ingatlah bahwa burung pun berpagi pagi mencari rizki. Dari Umar bin al Khahthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut PERGI PADA PAGI HARI dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang. (H.R Imam Ahma, Ibnu Majah, at Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketiga : Ridha dengan pemberian dari Allah Ta'ala.

Sungguh, orang orang beriman haruslah ridha dengan pemberian Allah. Apakah banyak atau sedikit sehingga mendatangkan berkah. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Sungguh Allah menguji hamba dengan pemberian-Nya. Barangsiapa ridha dengan pembagian Allah maka ALLAH AKAN MEMBERIKAN KEBERKAHAN BAGINYA dan memperluasnya. Barang siapa yang tidak ridha maka tidak mendapat keberkahan”. (H.R Imam Ahmad).

Itulah sebagian diantara jalan untuk mendapatkan keberkahan dari Allah Ta'ala. Namun demikian ternyata sebagian orang orang di zaman ini mencari berkah atau dengan bahasa yang populer di sebut NGALAP BERKAH dengan cara cara yang keliru bahkan bisa jatuh kepada kesyirikan. 

Ada yang mencari berkah ketempat tempat yang diangap keramat, mencari berkah ke kuburan orang yang dianggap wali Allah (?). Berdoa dengan minta berkah, minta rizki bahkan minta jodoh di situ.

Sungguh pasti bahwa keberkahan itu milik Allah Ta'ala semata  maka mintalah berkah kepada-Nya. Jangan minta kepada selain-Nya. Bahkan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya juga telah menjelaskan jalan jalan untuk mendapatkan berkah dari Allah Ta'ala.

Wallahu A'lam. (2.977).

 

 

Sabtu, 01 April 2023

WAHAI PARA PEMBOHONG KALIAN SEDANG MENUNGGU ADZAB

 

WAHAI PARA PEMBOHONG KALIAN SEDANG MENUNGGU ADZAB

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Di zaman ini banyak orang bermudah mudah dan sangat lancang untuk berbohong. Bahkan para pembohong itu ada pula yang berpangkat dan memiliki jabatan tinggi dan sangat tinggi. Nah, semakin tinggi jabatan maka bohongnya semakin parah karena semakin  banyak pula orang yang bisa mereka bohongi. Kalau orang tak berpangkat paling mereka bisa membohongi satu dua orang. Barangkali, terkadang dia berbohong kepada salah satu tetangganya.

Lalu apa makna berbohong ?. Dalam KBBI disebutkan : Berbohong adalah verb atau kata kerja YANG MANYATAKAN SESUATU YANG TIDAK BENAR. Berbohong,  berdusta.

Ketahuilah bahwa salah satu ciri khas  berbohong adalah jika seseorang memulai perbuatan bohong maka bohong itu akan terus berlanjut. Kenapa bisa begitu ?. Iya karena : (1) Sebagai cara menjaga atau menutup kebohongan sebelumnya. (2) Ketika seseorang sering berbohong maka akhirnya merasa tidak ada beban untuk berbohong lagi, berbohong lagi.

Sungguh, berbohong adalah perbuatan buruk yang sangat tercela termasuk salah satu DOSA BESAR sebagaimana dikatakan oleh Imam Adz Dzahabi dalam kitabnya al Kabair. Ketahuilah bahwa sifat suatu dosa besar tak bisa dihapus dengan memohon ampun dan melakukan amal shalih tetapi HARUS DENGAN TAUBAT NASUHA.

Kita mengetahui ada banyak orang yang bertahun tahun berbuat bohong termasuk membohongi orang banyak tetapi TERLIHAT HIDUPNYA biasa biasa saja bahkan pangkat, jabatan dan hartanya bertambah terus. Ketahuilah bahwa hakikatnya mereka terus menerus memiliki perasaan yang gundah gulana, dihantui ketakutan, sering membuat malu diri dan keluarganya dan menjatuhkan kehormatan dirinya.

Dan yang paling mengerikan, sebenarnya para pembohong itu sedang menunggu adzab Allah dari Allah Ta'ala  di dunia dan diakhirat kelak. Kenapa ?, karena mereka telah melakukan perbuatan yang sangat tercela dan sangat pantas mendapat hukuman dari Allah Ta'ala. Allah Ta'ala telah mengingat mereka, diantaranya :

Pertama : Menjadi manusia terkutuk. Allah Ta’ala berfirman :

قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ

Terkutuklah orang YANG BANYAK BERBOHONG. (Q.S adz Dzariyat 10)

Kedua : Mendapat laknat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :

ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ

Kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang orang yang berbohong. (Q.S Ali Imran 61).

Ketiga : Menuntun  diri  ke neraka.

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam mengingatkan tentang salah satu akibat buruk berbohong yaitu sebagaimana sabda beliau : 

وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dan hindarilah olehmu berlaku bohong karena kebohongan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku bohong dan selalu berbohong sehingga dia tercatat di sisi Allah Ta’ala sebagai pembohong (H.R Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (2.976)