Senin, 30 September 2024

HAMBA ALLAH MESTI MEMELIHARA RASA TAKUT KEPADA ALLAH

 

HAMBA ALLAH MESTI MEMELIHARA RASA TAKUT KEPADA ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap hamba mestilah benar benar memelihara dan menjaga RASA TAKUT KEPADA Allah Ta'ala. Sungguh ini termasuk jalan yang akan menyelamatkan seorang hamba di dunia dan di akhirat kelak.

Ketahuilah bahwa satu jalan paling utama untuk memelihara rasa takut kepada Allah adalah dengan belajar ilmu syariat. Ketika seseorang semakin berilmu maka rasa takutnya kepada Allah Ta'ala semakin besar. Allah Ta'ala telah mengingatkan perkara ini dalam firman-Nya : 

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ 

Sesungguhnya  yang takut kepada Allah diantara hamba-Nya hanyalah orang orang yang berilmu (mengenal Allah). Sungguh Allah Mahaperkasa dan Maha Pengampun. (Q.S Faathir 28).

Tentang surat Faathir ayat 28 ini, Imam Ibnu Katsir berkata : Hanyalah orang orang yang berilmu dan mengenal Allah yang memiliki rasa takut yang sebenarnya kepada Allah karena semakin sempurna pemahaman dan pengetahuan (seorang hamba) terhadap Allah, Dzat Yang Mahamulia, Mahakuasa dan Maha Mengetahui yang memiliki sifat sifat yang Mahasempurna dan nama nama yang Mahaindah, maka ketakutan (hamba tersebut) kepada-Nya semakin besar pula. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang surat Fathir ayat 28 ini pula, Syaikh as Sa’di berkata : Maka setiap orang yang (berilmu) LEBIH MENGENAL ALLAH, dia akan menjadi lebih takut kepada-Nya. Dan takutnya kepada Allah Ta’ala menjadikannya menahan diri dari perbuatan maksiat dan selalu bersiap diri untuk perjumpaan dengan Rabb yang ditakutinya. Ini mrupakan dalil TINGGINYA KEUTAMAAN ILMU. Sebab ilmu mengajak kepada takut kepada Allah Ta’ala. (Tafsir Tisir Karimir Rahman).

Berkata Masruq rahimahullah : Cukuplah seseorang dikatakan berilmu  KETIKA DIA TAKUT KEPADA ALLAH TA'ALA, dan cukuplah seseorang dikatakan bodoh ketika dia ujub atau berbangga akan ilmunya. (Akhlaq al Ulama oleh al Ajurry)

Berkata Mujahid rahimahullah : Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah walaupun sedikit ilmunya. Dan orang yang bodoh adalah orang yang durhaka kepada Allah walaupun banyak ilmunya. (Al Bidayah wan Nihayah).

Ibnul Qayyim al Jauziyyah berkata : Dengan makin bertambah pengetahuan atau ilmu seorang hamba mengenai Allah Azza wa Jalla, maka makin bertambah pula rasa takut dan pengagungan hamba itu kepada-Nya.

Pengetahuan mengenai Allah, yakni makrifatullah, adalah ilmu paling mulia yang meliputi nama-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya. Maka orang yang memperoleh ilmu akan takut kepada Allah Ta'ala yang akan mengantarkan kepada ketaatan dan ketundukan kepada-Nya. (Raudhatul Muhibbin).

Oleh karena itu hamba hamba Allah dimana pun berada dan kapan pun  mestilah selalu berusaha belajar ilmu syar'i yang akan  mendatangkan rasa takut kepada Allah Ta'ala.

Wallahu A'lam (3.367)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

SUNGGUH BERUNTUNG HAMBA ALLAH YANG MEMOHON AMPUN

 

SUNGGUH BERUNTUNG HAMBA ALLAH YANG MEMOHON AMPUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, hamba hamba Allah sering  berbuat dosa, bahkan malam dan siang. Tetapi sungguh, Allah Ta'ala Maha Pengampun. Dalam satu hadits qudsi disebutkan

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ 

Wahai hamba hamba-Ku sesungguhnya KALIAN SEMUA BERBUAT SALAH  di waktu malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni segala dosa semuanya, maka MINTALAH AMPUN KALIAN SEMUA   kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu teruslah memohon ampun dan Allah Ta’ala Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Allah Ta’ala berfirman :  

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S an Nisa’ 110).

Bersandar kepada ayat ini maka ketahuilah bahwa hamba hamba Allah yang banyak memohon ampun tentu akan mendapat ampunan dari Allah Ta'ala. Selain itu ada banak keuntungan dan keutamaan yang akan diperoleh hamba hamba Allah yang selalu memohon ampun. Diantaranya adalah :

Pertama : Diberi jalan keluar dari kesulitan serta diberi rizki. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :  

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب

Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah akan menjadikan JALAN KELUAR PADA SETIAP KESULITAN, dan kelapangan untuk setiap kesempitan serta memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. (H.R Imam Ahmad).

Kedua : Dibebaskan dari adzab.

Ketahuilah bahwa  orang orang yang SELALU BERISTIGHFAR tak akan di adzab. Allah Ta’ala berfirman :  

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka sedang mereka (masih) memohon ampunan. (Q.S al Anfaal 33).

Syaikh as Sa’di berkata tentang ayat ini : Ini adalah pencegah adzab dari mereka padahal sebab sebab turunnya adzab telah terpenuhi. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Ayat ini sejalan pula dengan sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam yaitu :  

العبْدُ آمنٌ منْ عذابِ الله عَزّ وجلَّ ما استغفر

Hamba akan aman dari ADZAB ALLAH TA'ALA selama dia memohon ampun kepada Allah Ta'ala. (H.R Imam Ahmad).

Ketiga : Beruntung dengan mendapati banyak istighfar dalam catatan amalnya.

Perkara ini dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau.

(1) Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

طُوْبَى ِلمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا.

Sangat beruntunglah orang orang yang menemukan pada catatan amalnya terdapat banyak istighfar. (H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

(2) Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalla bersabda : 

مَنْ أَحَبَّ أَنْ تَسُرَّهُ صَحِيْفَتُهُ ، فَلْيُكْثِرْ فِيْهَا مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ

Barangsiapa yang ingin bahagia dengan catatan amalnya (pada hari Kiamat) hendaklah ia (banyak) beristighfar kepada Allah.(H.R ath Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Wallahu A'lam. (3.366).

ORANG ORANG SHALIH MEMBIASAKAN DIRI UNTUK SHALAT LAIL

 

ORANG ORANG SHALIH MEMBIASAKAN DIRI UNTUK SHALAT LAIL

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh shalat malam adalah shalat yang paling utama setelah shalat fardhu, sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي الصلاة أفضل بعد المكتوبة؟ قال: (الصلاة في جوف الليل

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya, shalat apakah yang paling utama setelah shalat fardhu  ?. Beliau  menjawab : Shalat yang paling utama  setelah shalat fardhu adalah shalat (sunnah) di tengah malam. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa orang orang shalih memiliki kebiasaan untuk mengamalkan shalat malam atau shalat lail ini.  Rasulullah Salllahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ

Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat lail  adalah KEBIASAAN ORANG SHALIH  sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa.  (Al Irwa’ no. 452, Syaikh al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Perhatikanlah saudaraku, dalam hadits ini Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menyebutkan tiga diantara keutamaan shalat tahajud : (1) Shalat tahajud adalah kebiasaan orang orang shalih. Nah ketika seseorang ingin menjadi shalih maka salah satu upaya adalah  membiasakan diri untuk shalat tahajud. (2) Membuat seorang hamba lebih dekat kepada Rabb-nya. (3) Shalat tahajud menghapus dosa dan kesalahan.

Ketahuilah bahwa  orang orang shalih mempunyai kedudukan yang  mulia di sisi Allah Ta'ala karena ORANG ORANG SHALIH TERMASUK KELOMPOK ORANG ORANG YANG DIBERI NIKMAT bersama para Nabi. Allah Ta'ala berfirman :

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) maka mereka itu akan bersama sama dengan ORANG DIBERIKAN NIKMAT OLEH ALLAH (yaitu) para nabi, para shiddiqin, orang yang mati syahid dan ORANG ORANG SHALIH. Mereka itulah teman yang sebaik baiknya. (Q.S an Nisa’ 69)

Oleh karena itu hamba hamba Allah yang ingin menjadi orang shalih dan diberi nikmat maka salah satu jalan hendaklah berusaha untuk senantiasa mengamalkan shalat malam atau shalat lail.

Wallahu A'lam. (3.365).

 

 

 

 

Minggu, 22 September 2024

HAMBA ALLAH BENAR BENAR BERHARAP AMALNYA DITERIMA

HAMBA ALLAH BENAR BENAR BERHARAP AMALNYA DITERIMA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hamba hamba Allah selalu berusaha sungguh sungguh melakukan amal shalih sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Sungguh, amal shalih yang dilandasi iman adalah MODAL PALING PENTING untuk keselamatan diri di akhirat yaitu mendapat surga-Nya. Dalam perkara ini, Allah Ta'ala berfirman, diantaranya  :

Pertama : Dalam surat an Nisa' 122.

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقًّا ۚ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلًا

Dan orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah ?. (Q.S an Nisa' 122).

Kedua : Dalam surat al Buruj 10.   

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ

Sungguh, orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih mereka akan mendapatkan surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai, itulah kemenangan yang agung. (Q.S al Buruj 11)

Syaikh as Sa’di berkata : Sesungguhnya iman  menjadi syarat sahnya amal shalih. Bahkan tak bisa disebut amal shalih kecuali disertai dengan iman. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Tetapi setelah beribadah atau melakukan amal shalih terkadang ada muncul perasaan APAKAH AMAL KEBAIKAN yang saya lakukan diterima. Namun demikian ketika kita telah melakukan amal shalih maka hati menjadi tenang. Lalu kedepankan dua perkara :

Pertama : Sikap berbaik sangka kepada Allah Ta'ala bahwa amal kita akan diterima.

Sungguh, Allah Ta'ala mengingatkan dalam satu hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman :

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ.

Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berbaik sangka, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Jika berprasangka buruk, maka ia mendapatkan keburukan. (H.R Imam Ahmad).

Syaikh Muhammab bin Shalih al Utsaimin mengatakan : Bahwa Allah akan berbuat mengikuti prasangkaan para hamba-Nya terhadap diri-Nya,  apabila ia berprasangka baik, maka Dia akan melakukannya (sesuai prasangkaan baik itu), dan jika ia berprasangka buruk maka Dia juga akan melakukannya (sesuai prasangkaan buruk itu). (Syarh Riyadhus Shalihin).

Kedua : Banyak berdoa agar amal diterima. Diantara lafazh doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah :

(1) Doa Nabi Ibrahim. Perhatikanlah kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam, yaitu setelah melakukan amalan  besar, yang diperintahkan Allah, yaitu meninggikan fondasi bangunan Ka’bah  atau ada yang menyebut   membangun Ka’bah bersama anaknya yaitu Nabi   Ismail, beliau berdoa :

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

 Ya Rabb kami terimalah amal kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Doa ini adalah potongan dari surat al Baqarah 127.

(2) Doa yang diajarkan Rasulullah salallahi wasallam dan biasa beliau baca  selesai shalat  subuh yaitu dalam rangkaian dzikir pagi :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah aku bermohon ilmu yang bermanfaat, rizki  yang  baik dan amalan yang diterima. (H.R. Ibnu Majah no. 925).

Apakah amal ibadah seorang hamba diterima tentu Allah Ta'ala yang Mahatahu. Tetapi ada ulama yang menjelaskan tentang TANDA TANDA AMALAN SEORANG HAMBA DITERIMA, diantaranya :

(1) Syaikh Muhammad bin al Mukhtar asy Syinqithi.

Beliau berkata : Jika seorang hamba beramal lalu dia istiqamah, diberi taufik untuk terus menjaga amal tersebut maka ini TANDA TERKUAT  bahwa amalnya diterima. Jika ada seorang hamba menjaga shalat dan tidak pernah menelantarkannya, semangat untuk berada di shaf pertama, dia tidak pernah meremehkannya.

Jika seorang hamba selalu terdepan dalam kebaikan, selalu rindu untuk beribadah, tidak kendor, tidak berkurang, tidak putus semangat, tidak futur atau lalai, KETAHUILAH BAHWA (ITU TANDA) AMALNYA DITERIMA. (Shahih Fiqih.Com)

(2) Imam Ibnu Rajab al Hambali.

Beliau berkata :  Sesungguhnya  jika Allah Ta’ala  MENERIMA AMAL IBADAH SEORANG HAMBA  maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shalih setelahnya. 

Sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka, yaitu ulama salaf : Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah  Ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu MERUPAKAN PERTANDA diterimanya amal kebaikannya yang pertama.

Sebagaimana, barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia  mengerjakan perbuatan buruk setelahnya, maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut. (Latha’if Ma’aarif).

Wallahu A'lam. (3.364)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 21 September 2024

BALASAN AMAL SHALIH JUGA DINIKMATI DI ALAM BARZAKH

 

BALASAN AMAL SHALIH JUGA DINIKMATI DI ALAM BARZAKH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh,  beberapa saat setelah berada di  kubur atau di alam barzakh manusia akan ditanya  dengan tiga pertanyaan.  Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

فِى الْقَبْرِ إِذَا قِيلَ لَهُ مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ

Di dalam kubur akan ditanyakan : (1)  Siapa Rabbmu. (2) Apa agamamu dan (3) Siapa Nabimu. (H.R Imam Bukhari, Imam Muslim dan juga at Tirmizi. At Tirmizi mengatakan bahwa hadits ini Hasan Shahih).

Sewaktu di dunia kita sudah dapat bocoran tentang pertanyaan yang harus kita jawab  di alam kubur. Dengan begitu mestinya bisa mudah menjawabnya. Tetapi sungguh TIDAKLAH MUDAH MENJAWAB TIGA PERTANYAAN ITU. Apalagi bagi orang orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat, orang munafik dan orang kafir.

Tiga pertanyaan itu hanya bisa dijawab dengan iman yang dimiliki seorang hamba. Sungguh bagi orang orang yang beriman maka Allah Ta'ala akan meneguhkan hati mereka dengan ucapan yang teguh. Allah Ta'ala berfirman :

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan (Allah) memperbuat apa yang Dia kehendaki. (Q.S Ibrahim: 27).

Syaikh as Sa'di berkata : Allah Ta'ala memberi tahukan bahwa Dia meneguhkan (hati) para hamba-Nya yang beriman. Yaitu orang orang yang melaksanakan kewajiban mereka berupa keimanan hati yang sempurna, yang berkonsekwensi pelaksanaan amalan amalan fisik dan mengembangkannya.

Syaikh menambahkan : Sedangkan di alam kubur nanti, saat menghadapi pertanyan dua malaikat (maka Allah Ta'ala meneguhkannya) dengan (memudahkannya untuk) menjawabnya dengan JAWABAN YANG BENAR ketika ditanyakan kepada mayit : Siapa Rabb-mu ?. Apa agama-mu ?. Dan siapakah Nabi-mu ?.

Allah Ta'ala memberi anugerah kepada mereka (orang orang yang beriman ini) untuk menjawab  dengan benar yaitu : Allah Rabb-ku, Islam agama-ku dan Muhammad Nabi-ku. (Tafsir Karimir Rahman)

Sungguh orang orang beriman dan beramal shalih juga akan mendapatkan balasan berupa nikmat kubur. Dari Bara’ bin ‘Azib, dia berkata bahwa  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda tentang orang orang beriman yang apabila telah menjawab pertanyaan dua Malaikat di alam kuburnya, maka :

فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَالسَمَاءِ أنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِ شُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدْ بَصَرِهِ

Terdengarlah suara yang memanggil dari langit : Sesungguhnya hamba-Ku telah berkata jujur. Maka hamparkanlah kepadanya hamparan dari surga. Pakaikan kepadanya pakaian dari surga dan bukakan baginya pintu menuju surga !.

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam melanjutkan sabda beliau : Maka sampaikan kepadanya keharuman bau surga serta lapangkan kuburnya sejauh mata memandang. (H.R Imam Ahmad dan Abu Dawud, dalam satu hadits yang panjang).    

Selain itu, diantara balasan berupa nikmat kubur adalah dibukakan pula baginya satu celah ke arah surga   sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :

 ثُمَّ يُفْرَجُ لَهُ قِبَلَ اْلجَنَّةِ فَيَنْظُرُ إِلىَ زَهْرَتِهَا وَ مَا فِيْهَا فَيُقَالُ لَهُ: هَذَا مَقْعَدُكَ وَ يُقَالُ لَهُ: عَلىَ اْليَقِيْنِ كُنْتَ وَ عَلَيْهِ مُتَّ و عَلَيْهِ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Lalu dibukakan untuknya satu celah ke arah surga maka ia melihat hiasan dan segala isinya. Dikatakan kepadanya : Inilah tempatmu, di atas keyakinan ini engkau dahulu berada, di atasnya pula engkau mati dan di atasnya pulalah engkau akan dibangkitkan insya Allah. (H.R Ibnu Majah  dan Imam  Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Sungguh beruntung orang orang yang beriman dan beramal shalih ketika di dunia. Wallahu A'lam. (3.363)

 

Sabtu, 14 September 2024

BEBERAPA DALIL YANG SHAHIH TENTANG PUASA AYYAMULBIDH

 

BEBERAPA DALIL YANG SHAHIH TENTANG PUASA AYYAMULBIDH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu PUASA SUNNAH yang sangat dianjurkan adalah puasa ayyamulbidh yaitu puasa tiga hari berturut turut dipertengahan bulan dari tahun hijriah. DALIL TENTANG PERINTAH PUASA INI sangatlah jelas dan kuat yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam   :

Pertama : Hadits dari Abu Dzaar,  Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :  

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Wahai Abu Dzaar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15.  (H.R at Tirmidzi  dan An Nasai, Abu Isa at Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini Hasan).

Kedua : Hadits dari Ibnu Milhan Al Qaisi, dari ayahnya, ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah). Dan beliau bersabda : Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun. (H.R Abu Daud  dan an Nasa-I, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketiga : Hadits dari Ibnu Abbas, ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar. (H.R an Nasa-i, Syaikh al Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan).

Keempat : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati : (1) Berpuasa tiga hari setiap bulannya. (2) Mengerjakan shalat Dhuha. (3) Mengerjakan shalat witir sebelum tidur. (H.R Imam Bukhari)

Oleh karena itu hamba hamba hamba Allah hendaklah berusaha untuk selalu bersemangat  mengamalkannya. Sungguh dalilnya shahih dari Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam.

Selain itu ketahuilah bahwa salah satu keutamaan berpuasa adalah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam :

قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ : الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Rabb kita ‘azza wa jalla berfirman, PUASA ADALAH PERISAI, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya. (H.R. Imam Ahmad).

Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan : Maksudnya puasa adalah penghalang antara dirinya dengan api neraka, ini mencakup puasa yang wajib seperti puasa Ramadhan dan juga puasa sunnah seperti puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari setiap bulan, puasa Dzulhijjah, puasa Arafah, dan puasa ‘Asyura. (Lihat al Minhatu ar Rabaniyyah fii Syarhi al Arba’in an Nawawiyyah).

Wallahu A'lam. (3.362)

 

ENGKAU RUGI JIKA TERGESA GESA BANGKIT DARI SUJUD

 

ENGKAU RUGI JIKA TERGESA GESA BANGKIT DARI SUJUD

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, sujud adalah salah satu rukun dalam shalat fardhu dan shalat sunnah, kecuali shalat jenazah Ketahuilah bahwa ketika bersujud posisi seorang hamba benar benar mununjukkan kerendahannya di hadapan Khaliq-nya.

Bagaimana tidak, kepala yang menjadi salah satu bagian paling penting pada tubuh dan berada di paling atas tubuh,    lalu  diposisikan begitu rendahnya hingga sampai ke tanah ketika sujud.

Ketika sujud dalam shalat, ada sebagian saudara saudara kita yang cepat bahkan sangat cepat bangkit dari sujud. Dengan begitu mereka telah rugi karena tak mengambil manfaat dari posisi sujudnya, diantaranya :

Pertama : Kehilangan tuma'ninah.

Sungguh tuma'ninah adalah salah satu rukun dalam shalat. Ketika seseorang tergesa gesa dalam sujudnya maka yang dikorbankan adalah tuma'ninahnya. Rasulullah telah mengingatkan bahwa orang yang mengabaikan  tuma’ninah disebut sebagai sejahat jahat pencuri dalam shalat. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 


أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا

Sejahat jahat pencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya. Mereka (para sahabat) bertanya : Bagaimana dia mencuri dalam shalatnya ? Beliau menjawab : (dia)  tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. (H.R  Imam Ahmad, lihat Shahihul Jami’).

Selain itu ketahuilah bahwa  jika kehilangan tuma'ninah bisa jadi shalat seseorang tak bernilai atau bernilai sangat rendah.  

Kedua : Seolah olah tidak suka berlama lama berada paling dekat dengan Allah Ta'ala.

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan dalam sabda beliau bahwa seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, beliau bersabda : 

أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدُ فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ

Sedekat-dekatnya seorang hamba dari Rabb-nya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah doa (pada waktu itu)H.R Imam Muslim.

Selain itu, dari zhahir hadits ini juga diketahui bahwa jika seseorang tergesa gesa bangkit dari sujud maka dia KEHILANGAN KESEMPATAN UNTUK BERDOA. Sungguh doa yang dipanjatkan ketika sujud adalah diijabah. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

وَأَمَّا السُّجُوْدُ فَاجْتَهِدُوْا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Adapun (di waktu) sujud maka bersungguh-sungguhlah untuk berdoa padanya, karena layak untuk dikabulkan doamu (pada waktu itu). H.R Imam Muslim.

Ketiga : Tidak mengambil kesempatan untuk digugurkan dosa ketika sujud.

Ketahuilah bahwa ketika seorang hamba shalat lalu Allah Ta'ala menempatkan dosa  dosanya di kepala dan di pundaknya. Dosa dosa itu berguguran  saat  dia rukuk dan sujud. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أُتِيَ بِذُنُوبِهِ فَوَضَعَتْ عَلَى رَأْسِهِ أَوْ عَاتِقِهِ فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تساقطت عنه

Sesungguhnya, tatkala seorang hamba berdiri shalat, didatangkanlah seluruh dosanya, kemudian diletakkan di atas kepala dan kedua pundaknya, maka ketika ia rukuk dan sujud, dosa-dosa tersebut berguguran. (H.R Ibnu Hibban, ath Thabrani, dan yang selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash Shahihah).

 Dari zhahir hadits ini kita mengambil  pemahaman bahwa sungguh rugi seseorang yang terburu bangkit dari sujudnya karena dosa dosa yang ditempatkan di kepala dan di pundaknya bisa jadi belum sempat berguguran.

Wallahu A'lam. (3.361).