TANDA TAK BERSYUKUR DENGAN NIKMAT BISA BERBICARA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh semua nikmat adalah dari Allah Ta’ala yang Maha Pengasih Maha Penyayang terhadap hamba hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
Dan apa saja nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. Dan apabila kamu ditimpa kesengsaraan maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. (Q.S an Nahl 53).
Salah satu nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada manusia adalah NIKMAT BISA BERBICARA sebagaimana firman-Nya :
خَلَقَ الْإِنْسَانَ . عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S ar Rahman 3-4)
Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala benar benar telah menciptakan manusia dengan sempurna. Diberi-Nya keistimewaan yaitu pandai berbicara sehingga berbeda dengan hewan. Bisa berbicara untuk dapat menjelaskan apa yang ada di dalam hatinya. Hal ini termasuk pengajaran berbicara dan menulis. Ini adalah termasuk diantara nikmat yang paling agung dan paling besar. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketahuilah bahwa hakikat setiap nikmat, besar atau kecil adalah wajib diterima dengan rasa syukur diantaranya adalah dengan menggunakan nikmat itu sebagai sarana untuk mengabdikan diri dan beribadah kepada Allah serta mencari ridha-Nya. Sungguh, setiap kenikmatan yang kita peroleh pasti akan kita pertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah.
Sungguh sangat banyak manusia di zaman sekarang TAK BERSYUKUR DENGAN NIKMAT BISA BERBICARA. Mereka menggunakan nikmat ini untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Sebagian manusia dengan enteng, bicara sesuka-sukanya seolah-olah tidak akan dipertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. ITU ADALAH TANDA TAK BERSYUKUR DENGAN NIKMAT BISA BERBICARA.
Berbicara, berkomentar dengan lisan dan tulisan sesukanya di media sosial dan yang lainnya. Tidak ada keinginan sedikitpun untuk menjaga lisan dan tulisannya, diantaranya adalah :
Pertama : Berapa banyak orang berbicara tentang sesuatu yang sebenarnya dia tidak tahu, karena bukan bidangnya. Akibatnya, keluar perkataan yang aneh, lucu bahkan tidak masuk akal.
Kedua : Berapa banyak orang berbicara tentang sesuatu pada hal pembicaraan atau komentarnya tidak diperlukan. Kenapa tidak diperlukan. Ya karena tidak ada hubungan sedikitpun antara masalah yang dikomentari dengan yang memberi komentar.
Ketiga : Berapa banyak orang berbicara bohong, tidak objektif ada kepentingan pribadi atau kelompok yang tersembunyi ataupun yang tampak. Terkadang pesan sponsor juga berperan. Lalu merasa enteng untuk berbicara tidak jujur dan memutar balikkan fakta.
Keempat : Berapa banyak orang berbicara tapi tidak mampu berbuat. Kalaupun mampu tapi tidak mau berbuat. Maunya sebatas berbicara atau berkomentar saja.
Kelima : Berapa banyak orang yang berbicara kotor, mengghibah, menghina, mencela, menghasut dan merendahkan orang lain dengan menggunakan nikmat bisa berbicara yang diberi Allah Ta’ala kepadanya.
Itulah sebagian tanda tanda tak bersyukur dengan nikmat bisa berbicara. Wallahu A’lam. (2.403)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar