BERUSAHALAH MENCEGAH KEMUNGKARAN SESUAI KEMAMPUAN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Hakikatnya kita tak boleh membiarkan kemungkaran yang kita lihat. Berusahalah mencegah kemungkaran sesuai kemampuan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
Dari Abu Sa’id al Khudri radhiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (H.R Imam Muslim).
Hadits ini diperkuat pula antara lain dengan riwayat dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam bersabda :
مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فيْ أُمَّةٍ قَبْلِيْ ، إلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُوْنَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ ، وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمٌ خُلُوْفٌ يَقُوْلُوْنَ مَا لَا يَفْعَلُوْنَ، وَ يَفْعَلُوْنَ مَا لَا يُؤْمَرُوْنَ، فَمَنْ جَا هَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَ مَنْ فَمَنْ جَا هَدَهُمْ بِقَلْبِهِ ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ ، لَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الْاِ يْمَنِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ.
Tidak ada seorang Nabi pun yang Allah utus pada suatu umat sebelumku, kecuali Nabi itu memiliki para pembela setia dari umatnya dan para sahabatnya yang mengikuti sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian setelah mereka datang generasi pengganti yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan.
Maka siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangan (kekuatan) nya maka dia adalah Mukmin. Siapa yang berjihad melawan mereka dengan lidahnya maka dia juga Mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya maka dia juga seorang Mukmin. Dan tidak ada iman setelah itu sekalipun sebesar biji sawi. (H.R Imam Muslim).
Lalu bagaimana hukumnya mengingkari kemungkaran. Imam Ibnu Rajab al Hambali dalam Jami’ul Ulum Wal Hikam berkata : Hadits ini menunjukkan WAJIBNYA MENGINGKARI KEMUNGKARAN SESUAI DENGAN KESANGGUPAN MASING MASING. Dan bahwasanya mengingkari kemungkaran DENGAN HATI (yaitu seorang hamba harus menumbuhkan perasaan di hatinya yaitu sangat membenci kemungkaran yang dilihatnya, peny.) ADALAH SESUATU YANG WAJIB sehingga siapa yang tidak mengingkari kemungkaran dengan hatinya maka itu menunjukkan hilangnya (kesempurnaan) iman dari hatinya.
Perkara ini adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Bakar, dari Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam :
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيْهِمْ باِلْمَعَاصِيْ هُمْ أَعَزُّ وَأَكْثَرُ مِمَّنْ يَعْمَلُهُ ، فَلَمْ يُغَيِّرُوْهُ ، إِلَّا عَمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ
Tidak ada suatu kaum yang maksiat maksiat dilakukan di tengah mereka, kemudian mereka mampu mengubahnya, tetapi mereka TIDAK MENGUBAHNYA, kecuali Allah akan menimpakan hukuman kepada MEREKA SECARA MERATA. (H.R Abu Dawud).
Kita bermohon semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada kita semua untuk mengingkari dan mencegah setiap kemungkaran sesuai kemampuan yang kita miliki. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. (2.392).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar