TERTIB SHALAT SUNNAH RAWATIB DAPAT RUMAH DI SURGA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Apa yang dimaksud dengan shalat sunnah rawatib ?. Shalat sunnah rawatib yaitu shalat shalat yang dilakukan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dan dianjurkan bersama shalat wajib, baik sebelum maupun sesudahnya. Ada yang mendefinisikannya dengan shalat sunnah yang mengikuti shalat wajib. (Shahih Fiqih Sunnah).
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : (Shalat sunnah rawatib) Yaitu shalat yang TERUS DILAKUKAN secara kontinyu yang mendampingi shalat fardhu. (Asy Syahr al Mumti’).
Kalau kita perhatikan di zaman ini ada sebagian saudara saudara kita yang sepertinya merasa berat melaksanakan shalat sunnah rawatib ini. Bahkan ada yang berniat shalat sunnah rawatib qabli’ya zhuhur misalnya, tapi tak bisa dilaksanakan karena sering terlambat datang ke masjid.
Ada juga saudara kita yang ketika selesai melaksanakan shalat fardhu yang ditandai dengan salam lalu mereka langsung berdiri untuk melanjutkan urusan dunianya. Bahkan ada pula yang tak sempat membaca dzikir setelah shalat apalagi dzikir pagi ataupun dzikir petang.
Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam beserta sahabat, ulama terdahulu serta orang orang shalih dari zaman ke zaman senantiasa mengamalkan ibadah ini. Sungguh shalat sunnah rawatib ini memiliki banyak keutamaan yang disediakan bagi hamba hamba Allah Ta’ala yang istiqamah atau tertib mengamalkannya. Satu diantara keutamaannya adalah dibangunkan rumah di surga.
Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘Anha, berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
Siapa yang shalat 12 rakaat shalat sunnah rawatib) dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga. (H.R Imam Muslim).
Shalat 12 raka’at yang dimaksud adalah empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh sebagaimana yang terdapat dalam hadits Aisyah dalam Sunan at Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Sungguh rumah di surga tak bisa dibanding dengan rumah di dunia. Paling tidak ada dua hal.
Pertama : Rumah di dunia, sebesar dan semewah apapun hanya bisa ditempati paling lama antara 60 -70 tahun atau sedikit lebih dari itu. Rumah di akhirat kelak adalah untuk selama lamanya, abadi tak pernah berakhir karena hari akhirat itu kekal. Allah berfirman :
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ
Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. (Q.S al Baiyinah 8).
Kedua : Rumah di dunia dibangun oleh manusia yang sifatnya lemah dan serba kekurangan. Umumnya memakai batu bata, pasir. semen, genteng dan keramik serta material lainnya. Sungguh rumah di akhirat tak terkira hebatnya karena diciptakan oleh Allah Ta’ala Yang Mahakaya.
Abu Hurairah berkata bahwa kami pernah bertanya kepada Rasulullah Salallahu ‘alahi Wasallam tentang bangunan surga. Beliau bersabda :
لبنه من فضّة لبنة من ذهب و ملاطها المسك الأذفر وحصباؤها اللّؤلؤ والياقوت وتربتها الزّعفران
Surga itu bangunannya tersusun dari bata yang terbuat dari emas dan perak. Adukan semennya adalah campuran misk al adzfar. Batu kerikilnya adalah permata dan yaqut dan pasirnya za’faran. (H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Oleh sebab itu hamba hamba Allah berusaha melaksanakan shalat sunnah rawatib dengan tertib dan merasa sangat sedih juga tak mengamalkannya. Wallahu A’lam. (2.247).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar