UTAMAKAN MENGURUS DIRI SENDIRI LEBIH DAHULU
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sering kita menyaksikan di zaman ini, banyak
orang yang suka menyibukkan diri dengan urusan orang lain. Diantaranya adalah
dengan mencari kekurangan atau aib atau mencela keadaan orang lain. Memikirkan keburukan dalam berbagai hal tentang keadaan orang lain bahkan
membicarakan dan mengghibah dan juga menyebarkannya ke khalayak ramai. Pada
hal, hakikatnya kita tidak mengetahui banyak hal tentang orang lain.
Sementara itu mereka lupa dengan keadaan, kekurangan
serta aibnya sendiri. Mereka tak suka atau tak mau memperhatikan dirinya.
Kekurangannya dalam aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah seolah olah
dilupakannya.
Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah
mengingatkan agar orang orang beriman senantiasa menjaga dan MENGURUS DIRINYA
SENDIRI terlebih dahulu. Ketika seorang hamba telah mengurus dirinya dengan
benar maka kesesatan atau kekurangan orang lain tak akan membahayakannya. Allah
Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ
إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Wahai orang orang yang beriman !. JAGALAH
DIRIMU, (karena) orang orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila
kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali,
kemudia Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S al
Maidah 105).
Imam Ibnu Katsir berkata : Allah Ta’ala
memerintahkan hamba hamba-Nya yang beriman agar memperbaiki diri mereka dan
berbuat baik dengan sungguh sungguh dan sekuat tenaga. Allah Ta’ala juga
memberirahu mereka bahwa ORANG YANG MEPERBAIKI URUSANNYA SENDIRI tidak akan
mendapat mudharat dari kerusakan orang lain, baik orang yang (memiliki hubungan)
dekat maupun jauh. (Tafsir Ibnu Katsir).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata
: Maksudnya bersungguh sungguhlah (wahai orang orang beriman, pen.) dalam
memperbaiki, menyempurnakan dan mengharuskannya berjalan diatas jalan yang
lurus. Karena jika kamu baik maka kamu tidak akan terkena mudharat oleh orang
orang yang tersesat dari jaan yang lurus dan tidak mendapat petunjuk kepada
agama yang benar, dia hanya merugikan dirinya sendiri.
(Ayat) ini tidak menunjukkan bahwa
meninggalkan amar ma;ruf nahi mungkar tidak merugikan seorang hamba, karena
hidayahnya tidak sempurna kecuali dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar
yang wajib atasnya. Benar, jika dia tidak mampu mengingkari yang mungkar dengan
tangan dan lisannya lalu dia mengingkarinya dengan hatinya, maka kesesatan
orang lain tidak merugikannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketahuilah bahwa melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar bukanlah tugas orang orang yang baru belajar ilmu ataupun orang awam. Hakikatnya,
melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar adalah tugas atau kewajiban penguasa dan para ulama. Orang orang yang
awam, mungkin baru belajar ilmu maka cukuplah baginya untuk mengingkari dengan
hatinya. Seseorang janganlah memberat beratkan diri untuk sesuatu yang bukan
menjadi tugasnya.
Kenapa ?. Ketahuilah bahwa orang orang yang
baru belajar ilmu terkadang belum paham tentang sesuatu apakah sesuatu itu ma’ruf
ataupun mungkar menurut syariat. Jadi teruslah belajar ilmu sehingga menjadi
terang mana yang ma’ruf dan mana yang mungkar, mana yang halal mana yang haram.
Oleh karena itu seorang hamba hendaklah
mengutamakan mengurus dan termasuk memperbaiki dirinya terlebih dahulu
Diantaranya dengan memperbaiki akhlak serta terus belajar ilmu dan mengamalkan
ilmunya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.775)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar