PENGGEMBALA KAMBING DIMERDEKAKAN
KARENA MENJAGA AMANAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Dalam satu riwayat dari Nafi’, dia berkata : Aku
keluar bersama Abdullah bin Umar bin Khaththab ke pelosok Madinah bersama
beberapa orang sahabat. Lalu mereka menggelar makanan. Lewatlah seorang
penggembala.
Umar berkata : Wahai penggembala !. Mari ikut menikmati hidangan
kami. Si penggembala menjawab : Saya sedang berpuasa. Ibnu Umar berkata : Di
bawah panas terik ini, di jalan perbukitan menggiring kawanan kambing diantara
bukit bukit, engkau menggembalakan kambing dalam keadaan berpuasa ?. Sipenggembala itu berkata : Aku ingin mengejar hari hariku yang telah berlalu.
Ibnu Umar pun takjub dengan penggembala itu. Dia
berkata : Maukah engkau menjual kepada kami seekor kambingmu. Kami akan potong
dan kami akan memberimu dagingnya untuk berbuka puasa dan uang harganya akan
kami berikan kepadamu ?.
Ia berkata : Kambing kambing ini bukan milikku
tapi milik tuanku. Lalu Ibnu Umar berkata : Apa yang akan dikatakan tuanmu
kalau engkau mengatakan bahwa kambing tersebut dimakan serigala ?. Si
pengembala pun pergi seraya mengangkat jarinya ke langit dan berkata : Lalu
dimana Allah ?.
Nafi’ berkata : Ibnu Umar pun terus saja
mengulang ulang perkataan si penggembala : Lalu dimana Allah ?. Setelah kembali
ke Madinah Ibnu Umar segera mengutus seseorang kepada pemilik budak penggembala
itu. Ia membeli budak penggembala tadi dan semua kambing gembalaannya. Kemudian
Ibnu Umar memerdekakannya dan memberikan semua kambing tersebut kepadanya.
(Shifatush Shafwah).
Lalu bagaimana dengan keadaan di zaman ini
jika dihadapkan kepada kisah dari Nafi’ diatas. Lihatlah seorang budak
penggembala kambing tak mau mengkhianati amanah yang dipegangnya karena takut
kepada Allah Ta’ala. Akhirnya dia dimerdekakan dan diberi harta berupa kambing
yang banyak oleh Ibnu Umar. Sungguh jika seseorang meninggalkan yang haram
karena Allah maka Allah akan mengganti
dengan yang halal.
Kita mengetahui berapa banyak manusia di zaman
ini yang berpangkat, punya jabatan tinggi DAN PASTI BUKAN PENGGEMBALA KAMBING, tersungkur, terhina dan memalukan karena tak menjaga sesuatu yang diamanahkan kepadanya. Kenapa ?,
karena diantara mereka ada yang berlaku buruk. Harta milik perusahaan, milik
atasan, bahkan milik negara, milik orang banyak dikorup, diselewengkan untuk
memperkaya diri. Mereka bisa jadi lebih hina dari penggembala kambing.
Pada hal umumnya mereka adalah orang orang
yang berkecukupan bahkan diantaranya ada yang sudah memiliki harta berlimpah. Diantara penyebabnya adalah karena
BERLEBIHAN MENCINTAI HARTA DUNIA. Sungguh mereka lupa bahwa dunia ini hanyalah
senda gurau dan permainan. Yang namanya senda gurau dan permainan pastilah
hanya sesaat. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ
كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan
permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya,
sekiranya mereka mengetahui. (Q.S al Ankabut 64).
Ketahuilah bahwa dunia ini tak lebih berharga
dari sayap nyamuk. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan hal
ini. Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا
تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ
مَاءٍ
Seandainya dunia ini di sisi Allah
senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum
barang seteguk pun kepada orang kafir. (H.R at Tirmidzi. Hadits hasan sahih).
Semoga kisah penggembala kambing
ini menjadi ibrah bagi kita semua agar tetap menjaga amanah yang dibebankan
kepada kita karena semua yang kita katakan dan lakukan pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan
Allah Ta’ala. Wallahu A’lam. (1.792)
Konten Bagus. bermanfaat sekali
BalasHapus