TAWAKAL TIDAK
SEMAKNA DENGAN PASRAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Salah satu cara untuk mendapatkan kebaikan
yang diinginkan adalah dengan bertawakal
kepada Allah Ta’ala. Sungguh Allah Ta’ala memerintahkan orang orang beriman
untuk bertawakal kepada-Nya :
Pertama : Dalam surat Huud ayat 123.
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُونَ
Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.
Dan Rabbmu tidak akan lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S
Huud 123)
Kedua : Dalam surat al Ahzaab
ayat 3.
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا
Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah
Allah sebagai Pemelihara. (Q.S al Ahzaab 3)
Ketiga : Dalam surat al Mujaadilah
ayat 9.
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Dan bertawakallah kepada Allah yang kepada-Nya
kamu akan dikumpulkan. (Q.S al Mujaadilah 9)
Lalu apa makna tawakal ?. Imam Ibnu Rajab al
Hambali berkata : Hakikat tawakal adalah hati benar benar bergantung kepada
Allah Azza wa Jalla guna memperoleh mashlahat
dan menolak mudharat dari urusan urusan dunia dan akhirat. (Jami’ul
Ulum)
Sebagian orang di zaman ini menyangka bahwa
tawakal adalah semakna atau identik dengan pasrah secara total. Ini persangkaan
yang keliru karena sifat tawakal
itu menuntut sikap optimis, aktif dan
dibarengi dengan upaya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
: Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah Ta’ala dalam
mengupayakan apa yang dicari dan menolak apa yang tidak disukai disertai
percaya penuh kepada Allah dengan MENEMPUH SEBAB yang disyariatkan. Jadi
tawakal harus memenuhi dua syarat : (1) Penyandaran kepada Allah Ta’ala dengan
sebenar benarnya dan nyata. (2) Harus menempuh sebab sebab yang diizinkan
syariat. (Al Qaulul Mufid, Syaikh Utsaimin).
Diantara keutamaan orang yang bertawakal
adalah sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ
Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (Q.S ath Thalaq 3).
Syaikh as Sa’di berkata : “Dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah” maknanya adalah (bertawakal) dalam
urusan agama dan dunianya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah Ta’ala
dengan maksud untuk mendapatkan apa apa yang bermanfaat dan menghindari apa apa
yang mudharat serta percaya sepenuhnya bahwa mereka akan diberi kemudahan.
Selanjutnya Syaikh berkata : “Niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan) nya” . Maksudnya adalah bahwa Allah akan
mencukupi keperluan yang disandarkannya kepada Allah. Dan ketika suatu urusan
berada dalam tanggungan Yang Mahakaya, Mahakuat, Mahaperkasa lagi
Mahapenyayang, maka Dia paling dekat dengan hambaNya melebihi segala sesuatu.
(Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Ketahuilah bahwa dalam surat ath Thalaq ayat 3
ini Allah Ta’ala berjanji memberi kecukupan kepada orang yang bertawakal
kepada-Nya termasuk rizki. Ini tidaklah bermakna bahwa rizki itu akan datang
dengan sendirinya tanpa ada usaha sedikitpun. Sebagaimana seseorang yang
menginginkan keturunan maka dia harus menikah dan mengumpuli istrinya lalu
bertawakal dan berserah diri kepada Allah Ta’ala.
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam
telah menjelaskan kewajiban bertawakal dengan melakukan sebab sebagaimana
perumpamaan burung yang berusaha mencari rizki. Dari
Umar bin al Khahthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ
تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ
بِطَاناً
Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah,
sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan
rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari
dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang. (H.R
Imam Ahmad, Ibnu Majah, at Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
Tentang hadits ini, Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin
berkata : Pada hadits ini terdapat dalil bahwa manusia ketika bertawakal kepada
Allah Ta’ala dengan sebenar benarnya maka HARUS MELAKUKAN SEBAB. Orang yang
berkata : Aku tidak akan menempuh sebab (tidak berusaha), aku akan bertawakal
saja kepada Allah Ta’ala. MAKA ADALAH SESAT, UCAPANNYA SALAH. Orang yang
bertawakal adalah orang yang mengupayakan sebab dengan menyandarkan diri kepada
Allah Azza wa Jalla. (Syarah Riyadush Shalihin).
Jadi, menempuh sebab atau melakukan usaha itu adalah
penting dan terkait dengan tawakal. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ada
seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : Wahai
Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla
ataukah saya lepas saja dan bertawakal kepada-Nya ?. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
إِعْقِلْهَا
وَتَوَكَّلْ
Ikatlah dulu untamu itu
kemudian baru engkau bertawakal !. (H.R at Tirmidzi, hadits hasan)
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.778)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar