MESTI ADA USAHA UNTUK
MEDAPATKAN RIZKI
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, Allah Ta'ala menjamin rizki setiap makhluk-Nya. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ
رِزْقُهَا
Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Huud 6).
Syaikh as Sa’di antara lain menafsirkan ayat ini bahwa semua (makhluk) yang merayap dimuka bumi baik manusia, binatang didaratan atau dilautan maka Allah telah menjamin rizki dan makan mereka. Rizki mereka menjadi kewajiban Allah. Semuanya diliputi oleh ilmu Allah dicatat oleh pena-Nya. Berlaku padanya kehendak Allah dan manusia tetap harus yakin kepada Allah yang menjamin rizkinya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Tetapi ingatlah bahwa untuk mendapat rizki maka hamba hamba Allah harus melakukan sebab atau berusaha untuk mendapatkannya.
Pertama : Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menyebutkan perumpamaan tentang bagaimana burung keluar dari sarangnya di pagi hari dan berusaha mencari rizki bagi dirinya. Beliau bersabda :
لَوْ
أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا
يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut PERGI PADA PAGI HARI dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang. (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah, at Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Kedua
: Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan kita
semua untuk berusaha atau bekerja mencari rizki walaupun dengan usaha yang
mungkin dianggap rendah oleh sebagian manusia. Beliau bersabda :
لأَن يأخذ أحدكم أُحبُلَهُ ثم يأتي الجبل، فيأتي
بِحُزْمَة من حطب على ظهره فيبيعها، فَيَكُفَّ الله بها وجهه، خيرٌ له من أن يسأل
الناس، أعْطَوه أو مَنَعُوه
Sungguh seandainya salah
seorang di antara kalian mengambil beberapa utas
tali, lalu ia pergi ke gunung, kemudian ia kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan
menjualnya, sehingga dengan hasil itu Allah mencukupkan
kebutuhan hidupnya. Itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada sesama
manusia, baik mereka memberinya ataupun tidak. (H.R Imam Bukhari)
Ketiga
: Ingatlah kisah ketika Maryam akan melahirkan dia menyisihkan diri. Allah
Ta’ala menjelaskan dalam fiman-Nya :
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. (Q.S Maryam 22).
Dalam keadaan susah payah dan lemah, ketika akan tiba waktu
melahirkan serta datang nyeri menjelang melahirkan, Maryam menuju ke pohon
kurma.
Syaikh As-Sa’di menjelaskan dalam tafsirnya : Tatkala waktu
melahirkan sudah dekat, rasa sakit menjelang melahirkan membuat Maryam menuju
ke bawah pohon kurma dan merasakan nyeri melahirkan. (Tafsir Taisir Karimir
Rahman).
Dan Allah Ta'ala berfirman :
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا
جَنِيًّا.
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon
itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. (Q.S Maryam 26).
Maryam tahu bahwa buah kurma ini tidak mungkin
jatuh dengan goyangan tangan yang lemah sambil menahan sakit menjelang
melahirkan. Akan tetapi ini bentuk tawakkal yang besar dari Maryam, tetap
berusaha mengambil sebab untuk terjadi sesuatu, tidak pasrah saja tanpa berbuat
apa-apa.
Oleh karena itu untuk mendapatkan rizki
yang telah dijanjikan Allah Ta'ala maka hamba hamba Allah mestilah melakukan
upaya, tidak hanya berserah diri saja.
Wallahu A'lam. (3.552)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar