MANUSIA BINASA KARENA BERBICARA YANG DIHARAMKAN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Di zaman kita ini sangatlah banyak manusia yang berbicara sesukanya. Senang berbicara pada perkara perkara yang diharamkan Allah Ta’ala. Ketahuilah bahwa semua ucapan manusia pasti akan di pertanggung jawabkan.
Sering kita mendengar bahkan melihat bagaimana kehinaan dan kesengsaraan dialami oleh orang orang yang suka berbicara segala sesuatu yang diharamkan Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya. Semua itu adalah akibat yang ditimpakan kepada mereka di dunia sebagai hukuman. Sungguh itu sangatlah mudah bagi Allah Ta’ala.
Sungguh syariat Islam telah mengingatkan perkara perkara yang diharamkan jika diucapkan oleh manusia, diantaranya adalah :
Pertama : Suka berbicara bohong.
Sedikit sekali manusia yang bisa terhindar dari perbuatan bohong kecuali orang orang yang besar rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Sungguh, berbohong termasuk salah satu DOSA BESAR (Lihat al Kaba’ir, Imam adz Dzahabi).
Kenyataan saat ini sangatlah banyak manusia yang bermudah mudah untuk berbohong. Para pembohong ini ada di semua strata. Yang paling parah dan hina adalah pemimpin yang suka membohongi orang orang yang dipimpinnya.
Allah Ta’ala mengingatkan bahwa para pembohong adalah manusia terkutuk yaitu sebagaimana firman-Nya :
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ
Terkutuklah orang YANG BANYAK BERBOHONG. (Q.S adz Dzariyat 10).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga mengingatkan tentang salah satu akibat buruk berbohong yaitu sebagaimana sabda beliau :
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dan hindarilah olehmu berlaku bohong karena kebohongan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku bohong dan selalu berbohong sehingga dia tercatat di sisi Allah Ta’ala sebagai pembohong (H.R Imam Muslim).
Kedua : Suka melakukan ghibah.
Sungguh ghibah adalah termasuk perbuatan yang diharamkan dalam syariat Islam. Apa itu ghibah ?. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah menjelaskan makna ghibah adalah sebagaimana sabda beliau :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مِا تَقُوْلُ فَقَدِ اْغْتَبْتَهُ, وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tahukah kalian apakah ghibah itu ?. Sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : YAITU ENGKAU MENYEBUTKAN SESUATU YANG TIDAK DISUKAI OLEH SAUDARAMU.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya : Bagaimanakah pendapat engkau, jika itu memang benar ada padanya ?, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya. (H.R Imam Muslim, at Tirmidzi dan Abu Dawud).
Sungguh Allah Ta’ala melarang perbuatan ghibah sebagaimana firman-Nya :
وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمُ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُم أَنْ يَأكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۚ وَاتَّقُوْا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوّابٌ رَحيمٌ
DAN JANGANLAH DIANTARA KALIAN MENGGUNJING SEBAGIAN YANG LAIN. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ?. Tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang. (Q.S al Hujurat 12).
Ketiga : Suka Namimah.
Namimah diterjemahkan dengan adu domba dalam bahasa Indonesia, akan tetapi maknanya lebih luas dari sekedar adu domba. Pengertian namimah sebagaimana dijelaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau :
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻻَ ﺃُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﺍﻟْﻌَﻀْﻪُ ﻫِﻰَ ﺍﻟﻨَّﻤِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺎﻟَﺔُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ
Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Muhammad berkata, “Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu ? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia. (H.R Imam Muslim)
Keempat : Suka mencela
Suka mencela adalah PERBUATAN TERCELA yang tak patut dipelihara oleh orang orang beriman. Sungguh Allah Ta’ala telah melarang sifat yang buruk ini, sebagaimana firman-Nya :
وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Janganlah kamu SALING MENCELA SATU SAMA LAIN dan janganlah saling memanggil dengan gelar gelar yang buruk. Seburuk buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, Maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Q.S. al Hujraat 11).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga melarang orang orang beriman untuk menjadi manusia suka mencela. Beliau bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda, Bukanlah seorang mukmin, ORANG YANG SUKA MENCELA, orang yang suka melaknat dan orang yang suka berkata-kata kasar dan juga kotor. (H.R at Tirmidzi dan al Hakim, dishahihlan oleh Syaikh al Albani).
Itulah diantara bentuk bicara yang diharamkan dalam syariat Islam. Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah terus menerus menjaga lisannya agar tidak jatuh kepada yang haram. Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan kita semua bahwa berkata yang baik terkait dengan iman, sebagaimana sabda beliau :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.616)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar