KESEMPITAN DAN KELAPANGAN HIDUP ADALAH UJIAN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Mungkin ada sebagian orang yang kurang paham tentang makna ujian dalam kehidupan di dunia. Mereka beranggapan bahwa ujian adalah ketika didatangi sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya karena kehilangan sebagian sumber penghasilan, kehilangan harta, kehilangan pangkat, jabatan, didatangi penyakit dan yang lainnya.
Anggapan ini tidak benar secara mutlak karena ketika seseorang mendapat kebaikan dengan rizki yang selalu bertambah, jabatan dan pangkat yang selalu meningkat, badan yang selalu sehat itu juga adalah ujian. Perhatikanlah firman Allah berikut ini :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (Q.S al Anbiyaa’ 35).
Tentang ujian kebaikan dan keburukan yang dimaksud dalam ayat ini, dijelaskan oleh Syaikh as Sa’di : Allah menciptakan manusia para hamba-Nya di dunia untuk diperintah dan dikekang dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan takdir yang baik dan yang buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan kemuliaan dan kehinaan, dengan kehidupan dan kematian sebagai bentuk ujian dari Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Kariimir Rahman).
Selain itu ada pula yang mengira bahwa jika mendapat kebaikan, kelapangan atau kesenangan itu berarti Allah Ta’ala telah memuliakannya. Jika mendapat kesulitan atau kesempitan itu berarti Allah Ta’ala telah menghinakannya. Tidak, tidak demikian.
Perhatikanlah firman Allah berikut ini :
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ فَقَدَرَ
عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَٰنَنِ
Adapun manusia apabila Rabb-nya
mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan maka dia berkata :
RABB-KU TELAH MEMULIAKANKU. Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi rizkiny
maka dia berkata : RABB-KU MENGHINAKANKU. (Q.S al Fajr 15-16)
Syaikh Utsaimin berkata : Allah akan menguji (kamu) dengan kebaikan dan limpahan karunia. Apakah bersyukur atau kufur ?. Allah juga akan menguji dengan keburukan dan perkara perkara yang menyakitkan. Apakah dia bersabar atau membangkang ?.
Tabiat manusia yang selalu berbuat zhalim dan jahil. Jika diuji Rabb-nya dengan nikmat dan kemuliaan biasanya dia berkata : “Rabb-ku telah memuliakanku”. Seolah olah dia berkata : Aku memang pantas mendapatkan karunia ini. Apabila disempitkan rizkinya dia berkata : “Rabb-ku telah menghinakanku”.
Seolah olah dia berkata : Allah telah menzhalimiku dan menghinakanku. Tidak memberi rizki seperti yang diberikan kepada si Fulan dan Dia tidak memuliakanku seperti Dia memuliakan si Fulan. Inilah tabiat manusia pada umumnya.
Adapun orang beriman jika diberi kemuliaan dan kenikmatan dari Rabb-nya maka akan segera bersyukur dan menganggap bahwa semua itu diberikan karena rahmat dan kebaikan-Nya semata, bukan beranggapan bahwa semua itu didapat karena hak dan kemuliaan dirinya.
Dan jika mendapat ujian dari Rabb-nya dengan menyempitkan rizkinya dia akan selalu bersabar sambil mengharapkan balasan pahala. Dan segera introspeksi diri sambil berkata : Ini semua karena dosa dosaku. Allah tidak akan menghinakan dan menzhalimi diriku. Dia akan menjadi orang yang paling bersabar ketika diuji dengan kesengsaraan dan bencana. Dia paling bersyukur ketika diuji dengan kelapangan dan kenikmatan.
Jadi kedua ayat ini (Q.S al Fajr 15-16) menganjurkan manusia untuk selalu berusaha untuk sabar dan menyabarkan diri. Hendaknya selalu bertanya :
(1) Apa hikmahnya Allah Ta’ala memberiku harta ini ?. Apa yang Dia kehendaki dariku. Allah Ta’ala ingin agar aku bersyukur.
(2) Apa hikmahnya Allah mengujiku dengan kefakiran, dengan penyakit, dengan ini dan itu ?. Allah ingin agar aku bersabar. (Tafsir Juz ‘Amma, dengan diringkas)
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.482)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar