Kamis, 04 Desember 2025

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

 

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat adalah ibadah paling utama dan pertama kali akan dihisab pada hari Kiamat. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan dalam sabda beliau :


 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihkan oleh al Hafizh Abu Thahir).

Tetapi melihat kepada kenyataan  amalan shalat yang pertama akan dihisab ini ternyata banyak saudara saudara kita suka telat melakukan shalat sesuai waktunya.  Ada diantara saudara saudara  yang melaksanakan shalat fardhu pada menjelang akhir waktunya.

Ketika seseorang telat melaksanakan shalat selagi dalam waktunya shalatnya tetap sah tetapi nilainya Allah Ta'ala yang Maha Mengetahui. Ketahuilah bahwa sesuatu ibadah  yang akan diperhitungkan pertama kali seperti ibadah shalat berarti ibadah itu adalah PALING UTAMA DAN  SANGATLAH PANTAS untuk segera diamalkan di awal waktu sebagaimana yang dilazimkan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabat serta orang orang shalih.

Selain itu ingatlah bahwa Allah Ta'ala mencintai hamba yang mengamalakn shalat di awal waktu yaitu sebagaimana   disebutkan dalam hadits berikut ini :  

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت النبي صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى الله؟ قال: “الصلاة على وقتها”, قلت: ثم أي؟ قال: “بر الوالدين”, قلت: ثم أي؟ قال: “الجهاد في سبيل الله”,

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dia berkata : Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam tentang amalan yang PALING DICINTAI    Allah Subhanahu wa Ta’ala ?. Beliau menjawab : SHALAT PADA WAKTUNYA. Kemudian apa ?, kataku.  Beliau menjawab : Berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian apa ?, kataku lagi. Beliau menjawab :  Jihad fi sabilillah.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaii Wasallam bersabda :

 لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ

 

Jika suatu kaum senantiasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka. (H.R Imam Muslim)

Atas dasar ini maka dikhawatirkan bagi seseorang jika ia telah membiasakan dirinya terlambat dalam ibadah, maka akan diuji Allah Azza wa Jalla akan mengakhirkannya semua peluang kebaikan baginya. Diantaranya telat turun rizkinya, telat dapat jalan keluar dari kesulitannya, telat ketemu barangnya yang hilang dan juga telat disembuhkan dari penyakit dan yang lainnya.

Wallahu A'lam. (3.635) 

 

 

 

Selasa, 02 Desember 2025

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

 

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu keadaan hati buruk yang dimiliki sebagian manusia di bumi ini adalah HATI YANG KERAS BAHKAN LEBIH KERAS DARI BATU. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu bahkan lebih keras. (Q.S al Baqarah 74).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala menerangkan kekerasan hati mereka yaitu bahwa ia “seperti batu” (bukan)  daripada besi karena besi dan timah apabila dibakar niscaya meleleh. Berbeda dengan batu, dan firman-Nya : “Atau lebih keras lagi”, maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya sekeras batu dan (atau) tidaklah bermakna “bal” (bahkan). Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Nah, ketika seseorang memiliki hati yang keras maka itu adalah musibah bahkan lebih besar dari musibah berupa bencana alam, penyakit, kehilangan harta, kehilangan mata pencaharian dan yang lainnya.

Malik bin Dinar rahimahullah berkata : Tidaklah seorang hamba ditimpa dengan suatu musibah yang lebih besar daripada hati yang keras. (Shifatush Shafwah).

Ketahuilah bahwa  bila hati seseorang semakin mengeras dan membatu maka disebut sebagai musibah karena ciri hati yang keras   adalah :

(1)  Sulit menerima kebenaran. (2) Senang dan  bahkan bangga dengan maksiat. (3) Melihat kebaikan sebagai keburukan dan melihat keburukan sebagai kebaikan. Akibatnya adalah  sulit untuk bertaubat. (4) Sangat berambisi dengan dunia dan lalai dengan  akhirat. (5) Merasa sangat berat jika diajak beribadah dan tidak memiliki keinginan untuk berbuat kebaikan. Dan juga mudah digelicirkan kepada masiat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata bahwa hati bisa mengeras seperti batu di antara penyebabnya adalah karena :

(1) Berpaling dari mengingat Allah (berdzikir dan menghadiri majelis ilmu)

(2) Jauh dari mentadabburi Al-Qur'an.

(3) Terlalu sibuk dengan urusan dunia.

(4) Dunia menjadi ambisi utama hidupnya sehingga tidak menganggap penting urusan akhiratnya.

Sedangkan ketaatan kepada Allah akan membuat hati menjadi tenang, lembut, dan mudah diajak kembali kepada Allah. (Fatawa Nur 'ala ad Darb).

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya tingkat penyakit hati, termasuk hati yang keras   pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi orang orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk mengobati   penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG DIPERINTAHKANNYA DAN BERHENTI DARI LARANGANNYA.

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya penyakit hati yang ada pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi  orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk  penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG ADA DI DALAMNYA.

Wallahu Alam. (3.634).