AMPUNAN ALLAH ADA TERUS BUKAN DI 10 HARI PERTENGAHAN RAMADHAN SAJA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Menjelang datangnya bulan Ramadhan ada diantara ustadz, juru dakwah atau penceramah menjelaskan bahwa keutamaan bulan Ramadhan dibagi menjadi tiga fase atau tahapan yaitu : (1) Awalnya atau sepuluh hari pertama adalah rahmat atau kasih sayang. (2) Pertengahannya atau sepuluh hari kedua adalah maghfirah atau ampunan. (3) Akhirnya yaitu sembilan atau sepuluh hari terakhir adalah ‘itqun minannaar atau terbebas dari api neraka.
Allahu a’lam, maksud penceramah tersebut tentulah baik, yaitu dalam rangka memotivasi jamahnya agar senantiasa memelihara shaumnya sebulan penuh sehingga bisa memperoleh ketiga macam kebaikan tersebut. Barangkali juga, sebagai pesan kepada orang-orang yang suka melaksanakan shaum Ramadhan pada awal awalnya saja. Akibatnya tidak mendapat tiga kebaikan Ramadhan berupa rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka.
Untuk menguatkan hujjah maka penceramah biasanya membacakan hadits yaitu yang dimaksud pada hadits : “Syahrun auwaluhu rahmatun, wa auwasathuhu maghfiratun, wa aakhirahu ‘itqun minannar”. (Bulan Ramadhan adalah) bulan yang awalnya rahmat, PETENGAHANNYA AMPUNAN dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.
Hadits ini adalah penggalan dari suatu hadits yang cukup panjang. Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dalam Kitab Shahihnya. Hadits ini juga diriwayatkan dari Abu Hurairah dengan redaksi sedikit berbeda yaitu : “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, PERTENGAHANNYA ADALAH MAGHFIRAH dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”
Para ulama ahli hadits telah menjelaskan kedudukan hadits ini. Ketahuilah bahwa hadits dengan matan ini dikeluarkan oleh al Uqaili, Ibnu ‘Adi, al Khatib , ad Dailami dan Ibnu Asakir. Kedudukan hadits ini telah dijelaskan oleh para ahli hadits, diantaranya : (1) Dalam sanadnya ada Salam bin Sulaiman bin Siwar. Ibnu Adi berkata : Menurutku , haditsnya mungkar. (2) Juga terdapat Maslamah bin Shalt dan Maslamah itu tidak dikenal. Abu Hatim mengomentarinya : Haditsnya ditinggalkan. (3) Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, seorang ahli hadits abad ini, menyebutkan bahwa : Hadits ini mungkar. (Lihat Kitab Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’)
Selanjutnya, tentang lafazh atau redaksi hadits ataupun makna hadits ini ternyata
berseberangan dengan banyak hadits yang jelas keshahihannya. Diantaranya adalah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Hadits ini menegaskan bahwa maghfirah atau ampunan akan diperoleh setiap orang yang berpuasa jika melaksanakan puasa dengan iman dan ikhlas karena Allah. Jadi jika dikatakan bahwa maghfirah hanya ada pada penggalan 10 hari kedua Ramadhan berarti kita telah mempersempit nikmat Allah yang Mahaluas.
Selain itu, ketahuilah bahwa ampunan Allah Ta’ala kepada hamba hamba-Nya datang setiap saat ketika seorang hamba selalu memohon ampun dan beribadah sesuai yang disyariatkannya. Diantaranya adalah sabda Rasulullah Sallahu ‘alaihi Wasallam :
الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ ، وَالجُمُعَةُ
إِلَى الجُمُعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّراتٌ مَا بَيْنَهُنَّ
إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ
Shalat lima waktu, hari Jumat ke Jumat berikutnya dan bulan Ramadhan ke
Ramadhan berikutnya dapat menghapus berbagai dosa yang terjadi diantara semua
itu selama dosa dosa besar tidak dilakukan. (H.R Imam Muslim dan at Tirmidzi).
Bahkan dalam satu hadits disebutkan pula bahwa bila seorang muslim membaguskan wudhu’nya dan khusyu’ dalam shalatnya, maka akan diampuni segenap dosanya di masa lalu.
مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
Tidak seorangpun yang bilamana tiba waktu shalat fardhu lalu ia membaguskan wudhunya, khusyu’nya, rukuknya, melainkan shalatnya menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lampau, selagi ia tidak mengerjakan dosa yang besar. Dan yang demikian itu berlaku untuk seterusnya. (H.R Imam Muslim)
Jadi sungguh sangatlah jelas bahwa ampunan Allah Ta’ala terus menerus ada, bukan hanya di penggalan kedua 10 hari bulan Ramadhan saja. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.586).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar