HAMBA ALLAH HARUSLAH BERUSAHA KERAS MENJAGA LISANNYA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh Rasulullah Salallahu alaihi Wassalam telah mengingatkan kita semua agar senantiasa menjaga lisan. Berbicaralah yang baik atau diam. Dalam hal ini beliau bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah).
Tentang hadits ini, Ibnu Hajar Ashqalani antara lain menjelaskan : Perkataan itu jika tidak baik pasti jelek, atau bermuara kepada kepada salah satunya. Termasuk perkataan yang baik adalah segala perkataan yang dianjurkan dalam syari’at baik yang wajib maupun yang sunnah.
Begitu pula semua perkataan yang mengarah kepadanya. Adapun perkataan yang buruk dan segala yang mengarah kepada keburukan, maka diperintahkan untuk diam. (Fathul Bari).
Imam an Nawawi berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar-benar baik dan berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan ia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya.
Berdasarkan hal ini, maka perkataan yang mubah tetap dianjurkan untuk ditingggalkan dan disunnahkan menahan diri untuk tidak mengatakannya, karena khawatir akan terjerumus kepada perkataan yang haram dan makruh. Inilah yang sering terjadi (Syarah Shahih Muslim)
Umar bin Khaththab berkata : “Semoga Allah merakhmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal”. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah).
Coba kita perhatikan kebanyakan manusia sekarang ini. Sungguh akan kita dapati sebaliknya. Mereka lebih mengutamakan banyak berbicara sementara amal mereka mungkin dipertanyakan.
Ibnu Mas’ud berkata : “Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam berbicara. Cukuplah bagi seseorang untuk berbicara seperlunya” (Jami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab al Hambali).
Abu Darda’ berkata : “Lebih berlaku adillah terhadap telingamu daripada lidahmu. Karena tidaklah diciptakan telinga itu dua kecuali agar kamu lebih banyak mendengar daripada berbicara” (Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah).
Ketahuilah bahwa
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan kita umat beliau untuk
berhati hati menggunakan lisan karena bisa mengangkat derajatnya. Sebaliknya bisa
pula melemparkannya ke neraka Jahannam. Beliau bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat.
Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam. (H.R Imam Bukhari).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.460)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar