SUKA BERBOHONG BUKANLAH AKHLAK ORANG BERIMAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Berbohong adalah salah satu akhlak buruk yang ternyata masih dipelihara
sebagian manusia di zaman ini. Sungguh sifat ini bukanlah akhlak orang orang
beriman.
Mereka yang berani berbohong
umumnya adalah untuk mendapat sesuatu yang tak seberapa, diantaranya : (1)
Untuk mendapatkan harta dan perhiasan dunia. (2) Untuk mengambil hak orang lain
secara zhalim. (3) Menyembunyikan keburukan dirinya. (4) Membela orang orang
yang bersalah dan mencelakakan orang orang yang jujur.
Sungguh Allah Ta’ala telah memerintahkan
manusia untuk berlaku jujur dan benar. Wahai orang-orang yang beriman !. Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar. (Q.S at Taubah 119).
Rasulullah
mengingatkan umatnya agar selalu berlaku jujur. Dengan kejujurannya dia
akan dicatat sebagai orang yang shiddiiq. Rasulullah bersabda : ’Alaikum bishshadqi, fainna shadqa yahdi
ilal birri. Wa innal birra yahdi ilal jannati. Wamaa yazaalu rajulu yashduqu wa
yataharaash shidqa hatta yuktaba ‘indallahi shiddiiqan. Kalian haruslah berlaku jujur karena
sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu
akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan
memelihara kejujuran maka ia akan dicatatat sebagai orang yang jujur disisi
Allah (Mutafaq ‘alaihi).
Diantara keutamaan orang yang jujur
adalah akan mendapat predikat shiddiqiyah yaitu suatu tingkatan dibawah
tingkatan para Nabi. Allah berfirman : “Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama
dengan orang orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu para Nabi,
shiddiqin, orang orang yang syahid dan orang orang shalih. Dan mereka itulah
teman yang sebaik baiknya”. (Q.S an Nisa’ 69)
Syaikh as Sa’di berkata : “Para shiddiqin” dalam ayat
ini disebutkan setelah urutan derajat kenabian. Mereka itu adalah orang orang
yang kepercayaan mereka sempurna terhadap apa yang dibawa oleh para Rasul.
Mereka mengetahui kebenaran dan mempercayainya dengan keyakinan diri mereka serta merealisasikannya dengan
perkataan, perbuatan, keadaan dakwah. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketahuilah
bahwa berbohong adalah kebiasaan yang melekat pada diri orang orang munafik.
Allah berfirman : “Wallahu yasyhadu innal
munaafiqiina la kaadzibuun”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang
orang munafik itu benar benar pendusta”. (Q.S al Munaafiquun 1).
Kita
mengetahui bahwa betapa banyak manusia yang tercemar kehormatannya karena
banyak berbohong. Mereka mendapat cemoohon dan olok olok dari orang banyak. Bahkan
melalui media social dan beredar sangat luas. Lalu dia dan keluarganya
menanggung malu yang luar biasa hebat. Tak tahu lagi bagaimana menyembunyikan
kebohongannya. Apalagi dia akan dicatat sebagai pembohong di sisi Allah Ta’ala.
Imam Ibnul Qayyim, dalam Madaarijus
Saalikin memberi nasehat tentang hakikat
dari kejujuran antara lain : Kejujuran, dengannya dapat dibedakan antara orang
munafik dan orang beriman, para penghuni surga dan penghuni neraka. Kejujuran
merupakan ruh amal, penjernih keadaan, penghilang rasa takut dan pintu masuk
bagi orang orang yang akan menghadap Rabb Yang Mahamulia. Kejujuran tidaklah ia
menghadapi kebatilan melainkan akan melawan dan mengalahkannya.
Oleh karena itu maka seorang
beriman selalu berusaha menjauhkan diri dari perbuatan bohong meskipun sepintas
kelihatan bisa mendatangkan manfaat duniawi baginya. Insya Allah ada manfaatnya
bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.172).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar