JANGAN PUTUS
ASA KARENA BANYAK DOSA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Allah melarang manusia untuk berputus
asa dari ampunan-Nya meskipun telah memiliki dosa melebihi gunung yang paling
tinggi sekalipun. Allah Ta’ala selalu membuka pintu ampunan terus menerus siang
malam.
Allah
berfirman : Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri !. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa semuanya.” (Q.S az-Zumar 53).
Syaikh as Sa’di
berkata : “Janganlah berputus asa dari rahmat Allah”, maksudnya
janganlah berputus harap dari-Nya, lalu kalian (terus) meceburkan diri kalian
ke dalam kebinasaan dan kalian mengatakan : Dosa dosaku sudah terlanjur sangat
banyak dan keburukan keburukan sudah menggunung maka sudah tidak ada lagi jalan
untuk menghilangkannya dan tidak ada cara untuk menjauhinya. Lalu kalian tetap
melakukan maksiat (berarti) membekali diri dengan apa yang menyebabkan murka
Allah terhadap kalian. Dan ketahuilah bahwa Dia mengampuni semua dosa. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Namun
demikian memang ada diantara manusia yang berputus asa dari rahmat Allah,
diantaranya adalah :
Pertama : Orang orang kafir.
Allah
berfirman : “Innahu laa yaiasu min
rauhillah illal qaumul kaafiruun” Sesungguhnya yang berputus asa dari
rahmat Allah hanyalah orang orang yang kafir. (Q.S Yusuf 87).
Kedua : Orang orang yang sesat.
Allah
berfirman : “Qaala waman yaqnathu min
rahmati rabbihii illadh dhaalluun. Dia (Ibrahim) berkata, tidak ada yang
berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang yang sesat. (Q.S al Hijr 56).
Jadi
kalau seseorang putus asa dari rahmat Allah maka dia akan jatuh kepada dua
keadaan ini yaitu menjadi kafir atau sesat. Na’udzubillahi min dzaalik.
Saudaraku,
sungguh kita memiliki Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba
hamba-Nya. Bahkan Allah menyayangi kita melebihi sayang kita kepada diri
sendiri. Jadi sungguh tidaklah tepat bahkan keliru berat jika ada diantara kita
yang merasa putus asa dari rahmat-Nya.
Dalam
sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia
berbuat dosa siang dan malam artinya terus atau sering berbuat dosa. Allah
berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum
tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuba jamii’a. Fastaghfiruni,
aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa
(kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Maha Pengampun, semua dosa. Minta ampunlah
kepada-Ku, Aku akan ampuni kalian.
Bahkan
untuk keselamatan hamba hamba-Nya, Allah Ta’ala menyuruh kita untuk segera
memohon ampun agar kita menjadi orang yang beruntung. Allah Ta’ala berfirman : “Wa
tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan
bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu
beruntung. (Q.S an Nuur 31).
Dalam satu hadits
Qudsi, disebutkan pula bagaimana besarnya kasih sayang Allah jika seorang hamba
berdoa dan memohon ampun kepada-Nya : “Wahai anak Adam, selama engkau
berdoa dan berharap kepada-Ku, aku akan mengampunimu sebanyak apapun dosamu dan
Aku tidak peduli. Wahai anak adam, kalau toh dosa-dosamu setinggi langit
kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampunimu dan aku tidak
peduli. Wahai anak adam, jika engkau mendatangiku dengan membawa dosa sepenuh
bumi, kemudian engkau bersua dengan-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu
apapun maka Aku pasti akan mendatangimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi
juga.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani).
Selanjutnya
seorang hamba haruslah memperkuat azzam atau tekadnya dalam bertaubat kepada
Allah dengan mencari lingkungan yang shalih. Bergaul dengan orang-orang shalih.
Dalam satu hadits yang cukup panjang yaitu kisah seorang yang telah membunuh
100 nyawa terdapat dua pesan utama yaitu bertaubat dan mencari lingkungan yang shalih. tertera dalam hadits Nabi yang
panjang mengajarkan dua hal itu. “Pergilah
ke negeri ini dan ini karena di sana ada manusia-manusia yang menyembah Allah
Ta’ala. Maka sembahlah Allah bersama mereka, dan jangan pernah lagi kembali ke
negerimu karena ia adalah negeri yang buruk.” (HR.
Bukhari-Muslim).
Tentang
hadits ini, Ibnu ‘Allan rahimahullah berkata : Di dalam hadits ini ada anjuran untuk berlepas diri dari teman yang
buruk, memutus hubungan dengan mereka selama mereka masih tetap seperti itu,
dan mengganti mereka dengan bersahabatkan orang-orang yang baik, rajin beribadah
dan wara’ serta orang-orang yang bisa dijadikan teladan, dan bersahabat dengan
orang-orang yang
mendatangkan manfaat. Agar taubatnya semakin mantap dan kuat,
karena setiap orang akan meniru temannya. (Dalilu al-Falihin li Thuruqi Riyadhi ash-Shalihin).
Oleh karena itu jangan pernah berputus
asa dari rahmat Allah. Mohonlah ampunan dan bertaubatlah pada setiap saat
sebelum pintu taubat ditutup. Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua.
Wallahu A’lam. (1.058).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar