BERAGAM KEADAAN HATI MANUSIA
Imam Ibnul Qayyim
al Jauziyah membagi hati manusia menjadi
tiga keadaan yaitu :
Pertama : Hati yang sehat disebut juga dengan hati yang selamat (qalbun salim). Dia selamat karena dia sehat. Orang yang hatinya sehat akan selalu beramal shalih serta menjaga ketaatannya kepada Allah. Beramal dengan ikhlas karena Allah dan dengan cara ber-ittiba’ kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasalam.
Kedua : Hati yang sakit. Yaitu hati yang masih ada kehidupan padanya, tetapi berpenyakit. Kadang-kadang sadar untuk berbuat ketaatan terkadang lalai. Kalau banyak lalainya berarti sakitnya parah. Jiika sedikit lalainya berarti sakitnya tidak berat.
Ketiga : Hati yang mati. Yaitu hati yang tiada lagi kehidupan padanya. Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Allah. Dia berdiri diatas syahwat dan segala kelezatannya. Senantiasa mengerjakan hal-hal yang dibenci dan dimurkai Allah. Tidak peduli apakah Allah ridha atau tidak. (Lihat Ad Daa' wad Dawaa')
Selain itu ada pula diantara manusia memiliki hati yang keras. Allah berfirman :
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ
كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu
bahkan lebih keras. (Q.S al Baqarah 74).
Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala menerangkan kekerasan hati mereka yaitu bahwa ia “seperti batu” (bukan) daripada besi karena besi dan timah apabila dibakar niscaya meleleh. Berbeda dengan batu, dan firman-Nya : “Atau lebih keras lagi”, maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya sekeras batu dan (atau) tidaklah bermakna “bal” (bahkan).
Beliau juga menjelaskan bahwa ciri orang yang berhati keras itu adalah tidak lagi merespon larangan dan peringatan, tidak mau memahami apa maksud Allah dan Rasul-Nya karena saking kerasnya hatinya.
Sehingga tatkala syaithan melontarkan bisikan-bisikannya dengan serta-merta hal itu dijadikan oleh mereka sebagai argumen untuk mempertahankan kebatilan mereka, mereka pun menggunakannya sebagai senjata untuk berdebat dan membangkang kepada Allah dan Rasul-Nya.
Orang yang berhati keras itu tidak bisa
memetik pelajaran dari nasehat nasehat yang didengarnya, tidak bisa mengambil
faedah dari ayat maupun peringatan-peringatan, tidak tertarik meskipun diberi
motivasi dan dorongan, tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti.
Inilah salah satu bentuk
hukuman terberat yang menimpa seorang hamba, yang mengakibatkan tidak ada
petunjuk dan kebaikan yang disampaikan kepadanya kecuali justru memperburuk
keadaannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketahuilah bahwa sungguh,
yang bermanfaat di akhirat kelak hanyalah hati yang sehat, selamat atau qalbun
salim. Allah Ta’ala berfirman:
يَوْمَ
لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Hari dimana
tidak akan bermanfaat saat itu harta dan juga anak-anak, kecuali orang yang
datang kepada Allah ‘Azza wa Jalla di hari kiamat dalam keadaan dia memiliki
hati yang selamat. (Q.S asy Syu'ara' 88).
Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan
buruknya tingkat penyakit hati yang ada pada diri seseorang ADA OBATNYA
YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah
Ta'ala berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ
جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ
وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu
pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA
dan petunjuk dan rahmat bagi orang orang beriman. (Q.S Yunus 57).
Oleh karena itu
berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya
termasuk sebagai obat paling utama untuk penyakit hati, yaitu dengan
: SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA
APA YANG ADA DI DALAMNYA.
Wallahu A'lam. (3.289)