SIBUK DENGAN PERBUATAN BURUK MENJAUHKAN PERBUATAN BAIK
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Kita mendapati sebagian saudara saudara ada YANG SIBUK DENGAN PERBUATAN BURUK. Seolah olah merasa nyaman dengan maksiat dan dosa. Hawa nafsunya mendorong pula kepada keburukan. Sementara itu syaithan menghiasi perbuatan buruk itu dengan berbagai tampilan kebaikan.
Akibatnya menjadi sangat sulit baginya untuk melakukan perbuatan baik dan melakukan amal shalih. Ketika dia berkeinginan melakukan pebuatan baik maka akan terhalang oleh perbuatan buruknya. Ingatlah bahwa perbuatan yang berlawanan tak bisa bergabung dalam diri seseorang.
Rasulullah Salalallhu ‘alaihi Wasallam bersabda:
لَا يَجْتَمِعُ الْكُفْرُ وَالْإِيمَانُ فِي قَلْبِ امْرِىءٍ وَلَا يَجْتَمِعُ الصِّدْقُ وَالْكَذِبُ جَمِيعًا وَلَا تَجْتَمِعُ الْخِيَانَةُ وَالْأَمَانَةُ جَمِيْعًا
Tak mungkin berkumpul pada kalbu seseorang kekufuran dan keimanan, kejujuran dan kedustaan, pengkhianatan dan amanah. (H.R Imam Ahmad).
Allah Ta’ala mengingatkan agar tidak mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, yaitu sebagaimana firman-Nya :
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebathilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya. (Q.S al Baqarah 42).
Sungguh Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah telah mengingatkan bahwa suatu wadah baru bisa diisi dengan sesuatu jika kosong dari lawan sesuatu tersebut. Dalam perkara ini beliau memberikan beberapa penjelasan. Tiga diantara nasehat beliau Dalam hal ini adalah :
Pertama : Apabila hati seseorang dipenuhi oleh keyakinan dan rasa cinta terhadap perkara yang bathil maka tidak ada lagi ruang di dalamnya untuk menempatkan keyakinan dan rasa senang terhadap perkara yang haq.
Kedua : Apabila anggota tubuh telah disibukkan dengan SELAIN ketaatan kepada Alah Ta’ala maka tidak mungkin anggota tubuh itu dapat disibukkan dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, kecuali setelah dikosongkan terlebih dahulu dari perbuatan yang berlawanan tersebut.
Ketiga : Jika hati dipenuhi oleh kesibukan dengan sesama makhluk dan ilmu yang tidak bermanfaat maka tidak ada lagi ruang di dalamnya untuk menyibukkan diri dengan Allah Ta’ala, termasuk untuk mengenal asma asma, sifat sifat maupun hukum hukum-Nya. (Fawaidul Fawaid).
Oleh karena itu hamba hamba Allah TETAPLAH BERDIRI KOKOH DIATAS AGAMA ALLAH YANG LURUS. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.053)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar