Sabtu, 04 Oktober 2014

MENGUSIR RASA TAKUT



MENGUSIR RASA TAKUT
 
Oleh : Azwir B. Chaniago

Banyak kita dapati manusia yang  diliputi rasa takut. Ada yang takut atau merasa ngeri bila melewati tempat tertentu yang dianggapnya angker. Takut jika berada di rumah yang dikatakan ada penunggunya seperti jin dan syaithan atau melihat bayangan tertentu.
Ada pula yang takut mendengar bunyi bunyian tertentu pada waktu tertentu. Bisa juga ada yang takut bila di dukuni, disihir, diguna guna, dihipnotis dan yang semacamnya. Bahkan ada pula yang merasa takut yang tidak beralasan dan tidak jelas kenapa takut.

Ketahuilah wahai saudaraku bahwa Islam telah mengajarkan kita untuk mengatasi atau mengusir rasa takut dari hal yang tersebut tadi dan yang semisal. Diantaranya adalah :

Pertama :  Dengan membaca ta’awudz, yaitu A’udzubillahi minasy syaithan nirrajiim. Atau a’udzubillahi minka.

Kedua : Senantiasa berdzikir dengan dzikir dzikir muqayyad yaitu dzikir yang telah ditentukan lafadznya, tempat dan jumlahnya. Diantaranya adalah dzikir  petang hari yang waktunya adalah sehabis shalat ‘asyar sebelum matahari terbenam. Dalam bagian dari dzikir ini Rasulullah mengajarkan kita untuk membaca sebanyak tiga kali yaitu : “A’udzubi kalimaatillahit taamaati min syarri maa khalaq” Aku  berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan sesuatu yang diciptakan-Nya. (H.R Imam Ahmad, an Nasa’i, lihat Shahih at Targhib wa Tarhib).

Juga biasakan diri untuk membaca dzikir dzikir mutlak yaitu berupa kalimat kalimat taiyibah seperti Subhanallah wa bihamdihi, Astaghfirullah wa atuubu ilaihi dan yang lainnya,  setiap saat  yang tempat, waktu dan jumlahnya tidak ditentukan.

Ketiga : Senantiasa menyibukkan diri dengan  membaca al Qur an surat dan ayat  manapun. Dan memang ada ayat atau surat tertentu yang di utamakan terutama terutama untuk menjaga diri gangguan jin, syaithan dan yang sejenisnya. Diantaranya adalah surat al Baqarah, bagian dari surat al Baqarah yaitu ayat Kursi al Baqarah 255, dua ayat terakhir dari surat al Baqarah serta dua surat terakhir dari al Qur an.

Dan ketahuilah bahwa sebenarnya rasa takut kita tidaklah kepada makhluk tetapi TAKUTLAH KEPADA ALLAH SAJA yaitu dengan senantiasa melakukan apa yang diperintahkanNya dan berhenti dari apa  apa yang dilarang-Nya. 
     
Insya Allah bermanfaat.

Rabu, 01 Oktober 2014

BISIKAN YANG LEBIH BERBAHAYA



BISIKAN SIAPA YANG LEBIH BERBAHAYA
 
Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah berfirman : “Alladzii yuwaswisufii shuduurinnas. Minal jinnati wan naas.” Yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia. (Q.S an Naas 5-6). Jadi pembisik kejahatan itu ada dua yaitu dari golongan jin dan ada pula yang dari golongan manusia.

Lalu ada yang bertanya mana diantara keduanya yang  lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diatasi. Dalam hal ini ada beberapa pendapat, diantaranya :

Pertama : Ada yang mengatakan bahwa bisikan jahat dari golongan jin lebih berbahaya, karena bisikan jahat dari golongan manusia bisa ditolak dengan beberapa  cara. Misalnya jika anda berkata baik, memberi hadiah, atau mengalah atas hak anda kepadanya maka dia tidak akan terus menerus mengganggu anda. 
Adapun syaithan bangsa jin tidak pernah ridha kepada manusia sebelum menjadi kafir seperti mereka.

Bisikan jahat dari golongan manusia ada masa istirahatnya, tidak bisa terus menerus apalagi ada saat dia tidur. Bisikan jahat dari golongan jin bisa terjadi terus menerus. Ketahuilah bahwa jin itu tidak tidur.
Imam Hasan al Bashri berkata : Kalau jin itu tidur tentu kita bisa beristirahat (dari gangguannya) agak sejenak.

Kedua : Ada yang mengatakan bahwa bisikan jahat dari bangsa manusia lebih berbahaya. Ketahuilah bahwa syaithan bangsa jin lebih mudah mengusirnya. Diantaranya dengan membaca ta’awuz, ayat kursi  atau ayat ayat yang lain dari al Qur an. Sedangkan syaithan bangsa manusia tidak  takut dengan bacaan bacaan al Qur an.

Kesimpulannya adalah bahwa  bisiskan jahat dari kedua duanya berbahaya. Tinggal sekarang bagaimana kita menjaga diri dan  menggunakan cara yang sesuai untuk mengusir kedua pembisik yang buruk ini agar tidak mendatangkan mudharat bagi diri kita.
Allahu a’lam. (073)
  

PENDORONG BICARA BERLEBIHAN



PENDORONG BICARA BERLEBIHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sikap berlebihan yang paling banyak  terjadi dan paling besar akibatnya adalah sikap banyak bicara. Sebagian besar manusia terkena penyakit ini kecuali orang orang mendapat petunjuk. Pada hal sikap banyak berbicara atau bicara berlebihan ini memiliki banyak keburukan. Diantaranya adalah membuat hati menjadi keras. Imam Ibnul Qayyim berkata : Penyebab kerasnya hati terdapat pada empat perkara,  jika keempat perkara itu dilakukan dengan  melampaui batas,   yaitu : (1) Tidur (2) Makan (3) Berbicara (4) Bergaul (secara berlebihan).

Seorang hamba yang menjaga dirinya akan berusaha dengan sungguh sungguh untuk tidak melakukan keempat macam ini secara berlebihan atau melampaui batas yaitu antara lain dengan mengetahui pendorongnya. Diantara sebab atau pendorong  yang membuat seseorang  berbicara berlebihan adalah :

Pertama : Suka membicarakan yang tak bermanfaat.
Tidak  diragukan bahwa seseorang yang suka membicarakan segala sesuatu yang tidak bermanfaat akan jatuh pada sikap bicara berlebihan. Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini dalam sabda beliau :
“In min husni islamil mar’i tarkuhu maa laa ya’nih”. Sesungguhnya salah satu tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak perlu baginya. (H.R. At Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad dan selainnya).

Ibnu Rajab antara lain menjelaskan : Maksud hadits ini, salah satu tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan apapun yang tak perlu baginya baik itu berupa perkataan maupun perbuatan. Ia hanya berkata dan berbuat apa yang perlu baginya. Keperluan yang dimaksud adalah perkara yang ia butuhkan sehingga ia mencari dan mengharapkannya (Jami’al ulum wal Hikam). 
  
Selanjutnya Ibnu Rajab berkata : Para ulama salaf sangat memuji orang diam yang ingin meninggalkan keburukan dan perkara yang tidak perlu baginya. Mereka selalu membina dan memperjuangkan diri untuk diam dari hal-hal yang tidak perlu bagi mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Abdullah bin Amr berkata : Tinggalkanlah segala sesuatu yang tidak ada hubungan denganmu. Jangan berbicara yang tidak bermanfaat bagimu. Jagalah lidahmu seperti engkau menjaga hartamu.

Imam Hasan al Bashri berkata : Salah satu tanda jauhnya Allah dari hamba-Nya adalah Allah menjadikan orang tersebut sibuk dengan perkara-perkara yang tidak perlu baginya. Hal itu sebagai bentuk penghinaan terhadapnya. 
  
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Orang yang menyibukkan dirinya dengan perkara yang tidak berguna baginya (perkataan dan perbuatan, pen), maka kualitas keislamannya tidak baik. Dan hal ini nampak pada sebagian besar manusia, dimana anda dapati mereka banyak mengatakan sesuatu yang tidak berguna atau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat kepada orang lain. Semua ini menunjukkan lemahnya kualitas keislaman mereka.(Syarah Hadits Arba’in).

Kedua : Membicarakan semua yang didengar dan dilihat.
Sungguh banyak manusia zaman sekarang yang senang berbicara. Semua yang pernah dia dengar ataupun yang dia lihat saat ini maupun pengalamannya masa lalu bahkan puluhan tahun yang lalu selalu dibicarakan bahkan berulang ulang ditempat dan dengan orang yang sama. Tidak peduli apakah itu bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya atau tidak. Ini suatu penyebab manusia berbicara berlebihan.

Dalam berbagai pertemuan atau perkumpulan sosial banyak manusia membicarakan tentang kemungkaran di masyarakat, tentang kecurangan yang marajalela, peristiwa kecelakaan dan ikut menyesalinya. Tapi hampir tidak ada yang mereka perbuat. Nampaknya mereka berbicara untuk mengisi kekosongan waktu atau ikut sekedar meramaikan pembicaraan. 
  
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kafa bil mar’i kadziban aiyuhaditsa bi kulli ma sami’. Cukuplah bagi seseorang untuk dikatakan berbohong jika ia membicarakan segala sesuatu yang ia dengar”(H.R.Muslim).

Hadits ini memberikan nasehat kepada kita untuk tidak membicarakan semua hal yang kita dengar, karena bisa jatuh kepada sikap bicara berlebihan yang kadang-kadang ditambahi dengan yang tidak dilihatnya. Akibatnya bisa jatuh kepada kebohongan. Ketahuilah bahwa berbohong adalah sesuatu yang sangat tercela dalam syari’at Islam.

Ketiga : Tidak berfikir sebelum berbicara.
Ini juga sesuatu yang tanpa disadari bisa mendorong seseorang untuk berbicara berlebihan. Janganlah sekali-kali berucap sebelum berfikir karena sering menimbulkan penyesalan. Berfikir dulu baru berbicara ini lebih selamat untuk diri kita dan orang lain.

Imam Hasan al Bashri berkata :  Bahwa lidah orang bijak ada dibelakang hatinya. Ketika ingin berbicara ia memikirkan dulu di hatinya. Jika perkataaan itu baik ia mengucapkannya dan jika tidak maka ia menahan lidahnya. Adapun orang bodoh, hatinya diujung lidahnya dimana lidahnya tidak kembali kehatinya. Apa yang ada diujung lidahnya dia ucapkan semuanya.

Itulah tiga hal yang mendorong seseorang untuk berbicara berlebihan dan pada akhirnya akan mendatangkan keburukan baginya. Allahu a’lam. (072)

ISLAM TIDAK DISEBAR DENGAN PEDANG



ISLAM TIDAK DISEBAR DENGAN PEDANG
  
Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah berfirman :
 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (karena itu) Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S al Baqarah 256)

Muqaddimah.
 Dari dahulu sampai sekarang dan entah kapan akan berakhir,  musuh musuh Islam tidak pernah merasa capek dan dengan berbagai cara   menyebarkan berbagai fitnah untuk memojokkan Islam. Diantara isu yang  diangkat oleh mereka adalah bahwa Islam memang pernah mengalami kemajuan terutama pada zaman Rasulullah dan para Khalifah sesudahnya. Tapi, kata mereka, Islam disebarkan dengan pedang dan  perang. Memaksa manusia untuk masuk Islam dengan kekerasan, merampas harta dan berbagai keburukan lainnya. 

Sungguh sangatlah banyak perkataan kotor dan buku buku rusak yang mereka tulis untuk memojokkan dan menghina Islam. Satu diantaranya adalah buku Islamic Invasion yang ditulis oleh DR. Robert Morey seorang pendeta Nasrani, diterbitkan oleh Christian Scholars Press Las Vegas Amerika Serikat. DR. Morey antara lain menulis kalimat  kebohongan yang sangat besar   dalam buku tersebut :

 Dia (Muhammad) mengajarkan dan mencontohkan (kepada) murid muridnya untuk membunuh dan merampok demi nama Allah dan memaksa orang orang masuk Islam” 

Ketahuilah bahwa pernyataan DR. Morey dalam buku ini, sebenarnya bukanlah sekedar gambaran atau pandangan pribadi DR. Morey terhadap Islam tapi merupakan pandangan dan gambaran persepsi kaum orientalis umumnya terhadap Islam.

Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam.
Memang dalam kurun waktu sepuluh tahun di Madinah, Rasulullah dan para sahabat telah melakukan banyak sekali peperangan. Dari beberapa riwayatkan disebutkan ada sebanyak 25 kali atau dalam riwayat lain disebutkan ada  27 kali perang. Satu hal yang sangat penting dicatat adalah bahwa tidak ada satupun perang yang dilakukan Rasulullah bersama sahabat dalam rangka memaksa seseorang atau kelompok untuk memeluk agama Islam.

Ketahuilah bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam. Yang ada cuma sekedar anjuran atau ajakan itupun dilakukan secara bijak. Dalam Islam, memaksa orang, atau kelompok yang berada dibawah kekuasaannya pun tidaklah diperkenankan apalagi orang atau kelompok selainnya.

Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya,  menukil perkataan Ibnu Abbas meriwayatkan tentang seorang sahabat Anshar dari Bani Salim bin ‘Auf yang memiliki dua orang anak laki laki. Kedua anaknya ini beragama nasrani. Lalu sahabat Anshar ini datang kepada Rasulullah bertanya : Ya Rasulullah, bolehkah aku memaksa kedua anakku (untuk masuk Islam) karena mereka beragama Nasrani. Lalu turun ayat 256 dari surat al Baqarah. Allah berfirman “Tidak ada paksaan untuk (masuk) agama (Islam).  Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang  sesat.”.

Tentang ayat yang mulia ini  pula, Syaikh Abdurrahman as Sa’di, dalam Kitab Tafsir Karimur Rahman menjelaskan : Ayat ini menerangkan tentang kesempurnaan ajaran Islam. Dan bahwasanya karena kesempurnaan bukti buktinya, kejelasan ayat ayat dan keadaannya merupakan ajaran akal dan ilmu, ajaran fitrah dan hikmah, ajaran kebaikan dan perbaikan, ajaran kebenaran dan jalan yang lurus, maka karena kesempurnaannya dan penerimaan fitrah terhadapnya, maka (untuk masuk) Islam tidak perlu pemaksaan.

Syaikh as Sa’di lebih lanjut menjelaskan bahwa : Pemaksaan itu hanya terjadi pada suatu perkara yang dijauhi oleh hati, tidak memiliki hakikat dan kebenaran atau bukti bukti dan ayat ayatnya tidak ada. Jadi barang siapa yang telah mengetahui ajaran (Islam) ini dan dia menolaknya maka hal itu didasari oleh kedurhakaannya, karena “sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”. 

 Islam disebarkan dengan akhlak mulia.
Dalam sebuah Hadits yang cukup panjang yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan satu kisah ketika terjadi Fathul Makah : Sesaat setelah Rasulullah dan para sahabat memasuki kota Makah, Abu Bakar ash Shiddiq datang kepada Rasulullah dengan memapah ayahnya yaitu Abi Quhafah yang memang sudah sangat tua dan lemah. Abi Quhafah saat itu masih kafir. Baik Abu Bakar ash Shiddiq maupun Rasulullah tidak memaksa orang tua ini masuk Islam.

Pada saat itu Rasulullah berkata : Wahai Abu Bakar, seandainya engkau biarkan ayahmu beristirahat saja dan jika beliau ada keperluan denganku maka akulah yang akan mendatangi ayahmu kerumahya untuk memenuhi keperluannya. Subhanallah perkataan Rasulullah ternyata membuat Abi Quhafah sangat kagum kepada Rasulullah.

Kenapa, karena Abi Quhafah tahu betul bahwa Muhammad adalah Nabi utusan Allah, Kepala Negara, Panglima Perang yang hebat dan pernah menghancurkan pasukan kafir Quraisy pada Perang Badar bahkan hari ini menaklukkan kota Makah tanpa ada perlawanan. Dengan kesibukannya yang banyak, Muhammad masih berniat datang kerumahku bila aku ada keperluan dengannya. Bukan aku yang harus datang kepadanya.

Dalam keadaan kagum luar biasa, seketika itu juga Abi Quhafah mengucapkan dua kalimat syahadat, masuk Islam. Dan memang tidak ada paksaan dalam memeluk Islam. Abi Quhafah masuk Islam bukan dengan ancaman, kekerasan apalagi dengan pedang, tapi sungguh dia masuk Islam  karena akhlak mulia yang ditunjukkan Rasulullah kepadanya.   

Perang tidak untuk tujuan menyebarkan Islam.
Menurut sejarah, memang telah terjadi banyak peperangan tapi tidak ada perang yang dilakukan Rasulullah dan Khulafahur Rasyidin dengan tujuan untuk memaksa manusia masuk Islam.

Beberapa diantaranya adalah :
Pertama : Perang dengan kaum kafir Quraisy dan sekutunya. Ini terjadi beberapa kali seperti Perang Badr, Perang Uhud, Perang Khandaq dan yang lainnya.. Semua peperangan melawan kafir Quraisy bahkah dengan sekutunya terjadi karena orang orang kafir Quraisy yang terus menerus menunjukkan permusuhannya terhadap Islam, selalu menantang untuk perang bahkan menyerang kaum Muslimin. Dalam perang Khandaq diketahui bahwa kafir Quraisy dengan kurang lebih 10.000 pasukan dibawah komando Abu Sofyan dibantu orang orang munafik, orang orang Yahudi dan beberapa Kabilah, mengepung kota Madinah dengan tujuan menghancurkan Islam.

Kedua : Perang Mu’tah  terjadi pada tahun ke 8 Hijriah. Perang ini tersulut karena utusan Rasulullah yaitu Harits bin Amr dipenggal oleh petinggi suku Ghassan. Ketahuilah bahwa dalam tradisi masyarakat atau kabilah saat itu, betapapun besarnya permusuhan diantara mereka namun melukai apalagi membunuh utusan suatu kaum adalah merupakan penghinaan yang amat besar, pengkhianatan yang tidak bisa ditolerir dan dimaafkan. Perlakuan buruk ini  wajib dibalas dengan perang. Oleh karena itu  Rasulullah mengambil keputusan mengirim pasukan untuk memerangi suku Ghassan.

Ketiga : Perang Tabuk tahun ke 9 Hijriah. Perang ini terjadi karena Rasulullah mendapat informasi yang akurat bahwa orang orang Romawi sedang menghimpun pasukan dalam jumlah besar dan dalam suatu riwayatkan disebutkan berjumlah 40.000 orang. Tujuannya adalah menyerang negeri negeri  Islam bahkan akan menyerang kota Madinah yang merupakan pusat pemerintahan Islam saat itu. Sebelum orang orang Romawi menyerang maka Rasulullah menghimpun dan mengirim pasukan untuk menghadangnya.

Keempat : Salah satu  perang besar yang terjadi pada tahun 13 H  yaitu pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq adalah Perang Yarmuk. Panglima Perang Islam yang ditunjuk Khalifah  waktu itu adalah Khalid bin Walid yaitu melawan pasukan Romawi yang saat itu dikenal sebagai pasukan terkuat dan terbesar di dunia.

Kita mengetahui bahwa Khalid bin Walid adalah seorang panglima yang ahli strategi perang, jago perang tanding yaitu duel satu lawan satu sampai mati dan juga jago diplomasi dan provokasi untuk meruntuhkan semangat juang musuh musuhnya
   
DR. ‘Utsman bin Muhammad al Khamis dalam Kitabnya Hibqah minat Taarriikh antara lain menjelaskan : “Bahwa dalam perang ini umat Islam mengalami kemenangan besar sehingga bisa menguasai kota Damsyiq atau Damaskus Syiria.   Di kota ini pasukan Islam mendapati sebuah gereja yang cukup besar yaitu gereja Yohanna. Pada saat kaum muslimin membutuhkan Masjid maka pasukan Islam minta kepada pengurus  gereja ini untuk membagi bangunan gereja menjadi dua bagian. Sebagian akan digunakan untuk masjid dan sebagian digunakan masih boleh digunakan untuk gereja. Jadi pasukan Islam tidak memaksa orang orang Nasrani masuk Islam dan mengambil  seluruh bangunan gereja untuk dijadikan masjid sebagai  tempat shalat kaum muslimin”. Sekali lagi tidak, karena memang tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. 

Inilah sebagian dari sejarah yang menjelaskan bahwa tidaklah Islam disebarkan dengan pedang dan perang sebagaimana isu buruk,  kebohongan dan fitnah yang disebarkan oleh musuh musuh Allah.
   
Allahu a’lam. (71)