SEMUA BENCANA ADALAH PENGHAPUS
DOSA DAN
KESALAHAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Tak ada orang beriman yang tak pernah mendapat
musibah ataupun bencana yaitu berupa ujian dari Allah Ta’ala. Para Nabi pun
diberi bencana dan musibah berupa ujian bahkan ujian bagi mereka lebih berat
dari apa yang dialami umatnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah ditanya oleh Sa’d bin Abi Waqqash :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ
النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا
اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ
دِينِهِ
Ya Rasulullah !. Siapakah yang
paling berat ujiannya ?. Beliau menjawab : Para Nabi kemudian orang-orang yang
semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar
(kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat.
Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya. (H.R at
Tirmidzi, an Nasa’i dan Ibnu Majah)
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda
: “Matsalul mu’mini kamatsaliz zar’i, laatazaalur riihu tamiiluhu, walaa
yazaalul mu’minu yushiibuhul bala’. Perumpamaan seorang mu’min tak ubahnya
seperti tanaman, angin akan selalu meniupnya, ia akan selalu mendapat cobaan
(H.R Imam Muslim).
Musibah berupa ujian merupakan salah satu cara
Allah untuk melihat kekokohan iman seorang hamba yaitu sebagaimana dimaksud
dalam firman-Nya :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ
لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan
dibiarkan dengan hanya mengatakan bahwa : Kami telah beriman, dan mereka tidak
diuji ? (Q.S al Ankabuut 2)
Ketahuilah bahwa bencana atau musibah adalah
ujian bagi orang beriman untuk penghapus kesalahan dan dosa dosanya. Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا
فٌوْقَهَا إِلَّا كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةً وَ مُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا
خَطِيْئَةً
Tidaklah dari seorang Muslim yang tertusuk
duri hingga apa-apa yang lebih berat darinya, kecuali dicatat baginya derajat
dan dihapus darinya dengan hal itu kesalahan (H.R Imam Muslim).
Dari Abu Said al Khudri dan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda :
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ
وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى
الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu
kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan,
bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahannya karenanya. (H.R Imam Bukhari no. 5642 dan Imam Muslim
no. 2573).
Jadi dengan ujian serta cobaan maka seorang
hamba akan menghadap Allah Ta’ala dalam keadaan dosanya telah diampuni.
Selain itu, jika seseorang mendapat ujian
berupa bencana dan musibah maka itu adalah pertanda bahwa Allah menghendaki
kebaikan baginya.
Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam
bersabda :
إِذَا
أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا
وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى
يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi
seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia. (H.R
at Tirmidzi)
Oleh sebab itu ketika datang bencana
ataupun musibah maka seorang beriman haruslah menerima dengan sabar sehingga
dia mendapatkan kebaikan dari bencana dan musibah yang mendatanginya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu
A’lam. (1.318)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar