Senin, 29 September 2025

PALING TIDAK ADA TIGA KERUGIAN JIKA DUNIA DIJADIKAN TUJUAN

 

PALING TIDAK ADA TIGA KERUGIAN JIKA DUNIA DIJADIKAN TUJUAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam satu sabda beliau dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasulullah Salallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya.

Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al Baihaqi).

Dari zhahir hadits ini kita dapat mengambil pemahaman tentang tiga perkara yang akan mendatangi orang orang yang selalu  fokus untuk mengejar urusan dunia.

Pertama : Allah akan mencerai beraikan urusannya.

Ketika seseorang dicerai beraikan Allah Ta'ala segala urusannya maka dimana pun dia berada, apapun yang dilakukan dan usahakan selalu menghadapi masalah. Bertetangga punya masalah di tempat kerja punya masalah bahkan dalam keluarga bisa punya masalah.

Akibatnya kehidupannya sangat tidak nyaman karena semua urusan tidak beres, cerai berai.  

Kedua : Allah menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya.

Ketika seseorang terus menerus berburu untuk untuk urusan dunia maka dia selalu merasa fakir.  Merasa masih kekurangan dan sangat ingin memperoleh tambahannya meskipun telah memiliki berbagai hal dalam urusan dunia.

Bisa jadi sudah memiliki harta yang berlimpah tetap berusaha keras untuk mendapat tambahannya tersebab cintanya terhadap harta. Rasulullah telah mengingatkan perkara ini dalam sabda beliau :


لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat. (Muttafaqun ‘alaih).

Dan bahaya besar yang bisa mendatanginya adalah lalai beribadah tersebab terlalu fokus untuk mengejar dunia. Selain itu karena selalu merasa kekurangan sehingga mudah tergelincir untuk mengambil harta  yang bukan miliknya.

Ketiga : Dia tidak akan mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan baginya.

Syaikh as Sa'di berkata : Akan tetapi orang yang sengsara ini yang sepertinya hanya diciptakan untuk dunia saja, ”niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna” maksudnya, kami memberi mereka sesuatu yang telah dibagikan kepada mereka di ummul kitab berupa balasan dunianya.

”Dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan” tidak sedikit pun dari sesuatu yang ditakdirkan untuknya akan dikurangi, akan tetapi ini adalah puncak kenikmatan bagi mereka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh, seseorang akan mendapat dunia yang dapat hanya seukuran ketentuan yang telah ditetapkan baginya, tidak lebih, meskipun ia bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan hingga pagi lagi dengan mengorbankan kewajibannya beribadah kepada Allâh, mengorbankan hak-hak isteri, anak-anak, keluarga, orang tua, dan lainnya.

Oleh karena itu hamba hamba Allah  tidak menjadikan fokus dalam hidupnya untuk mencari dunia tetapi mencari kehidupan yang baik di  akhirat lebih diutamakan. 

Wallahu A'lam. (3.604).

 

KEBAHAGIAN BERADA DIMANA ??

 

KEBAHAGIAN BERADA DIMANA ??

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Posted : 29.09.2025

Hampir semua orang berharap mendapat kebahagian dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan tentu kebahagiaan akhirat paling utama untuk dicari.

Berbicara tentang kebahagiaan dunia, ada yang bertanya : Kebahagiaan dunia itu berada dimana ?. Ketahuilah bahwa kebahagiaan itu tidak berada  bumi bagian timur atau barat. Jika kebahagian itu ada di belahan bumi bagian timur maka sangat mungkin  semua orang berpindah ke bagian timur bumi mencari kebahagian. Sehingga bumi bagian barat jadi sepi bahkan bisa kosong. Begitupun sebaliknya.

Dan ketahuilah bahwa kebahagian itu tidak bisa dibeli dengan uang. Kalau bisa dibeli maka tentu orang yang memiliki banyak uang sudah lebih dahulu membeli bahkan memborongnya. Ingatlah nasehat orang bijak yang berkata : Tidak semua bisa dibeli uang. Uang memang bisa membeli rumah yang paling  mewah dan mahal. Tetapi ketahuilah bahwa  UANG TIDAK MEMBELI BAITI JANNATI.

Sungguh, kebahagian di dunia itu ada dalam hati masing masing orang yang diantaranya ditandai dengan hati yang tenang dan dada yang lapang. Dan ketahuilah diantara cara untuk mendapatkannya adalah dengan SELALU BERDZIKIR YAITU MENGINGAT ALLAH TA'ALA. Sungguh Allah Ta'ala telah menjelaskan dalam firman-Nya :


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(Yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah, Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (Q.S ar Ra’du 28).

Syaikh as Sa’di berkata : Selayaknya dan sudah menjadi keharusan bahwa HATI TIDAK AKAN MENJADI TENANG kecuali hanya dengan dzikir. Tidak ada yang lebih lezat lagi manis bagi hati daripada kecintaan dan ma’rifah kepada penciptanya. Maka sesuai kadar kecintaan dan ma’rifahnya ia akan selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala.

Beliau juga berkata : Makna firman Allah : “Tathma-iinul qulub” hati menjadi tenteram,  adalah hilangnya segala sesuatu (yang berkaitan dengan) kegelisahan, dan kegundah-gulanaan dari dalam hati. Dan dzikir tersebut akan menggantikannya dengan rasa keharmonisan (ketenteraman), KEBAHAGIAAN DAN KELAPANGAN.(Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu ada pula penjelasan bahwa kebahagian di dunia ditandai DENGAN KEHIDUPAN YANG BAIK. Tetapi ketahuilah bahwa kehidupan yang baik di dunia HANYA BISA DIPEROLEH DENGAN IMAN DAN AMAL SHALIH. Sungguh Alllah Ta'ala menjelaskan perkara  ini dalam firman-Nya :


مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya KEHIDUPAN YANG BAIK. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Tentang  surat  an Nahal 97 ini, Syaikh as Sa’di berkata : Firman Allah Ta’ala : “Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. Maksudnya : Dengan memberikan KETENANGAN HATI DAN KETENTERAMAN JIWA SERTA TIDAK MENOLEH kepada objek yang mengganggu hatinya dan Allah Ta’ala memberinya rizki yang halal dari arah yang tak disangka sangka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu, ketahuilah bahwa ketika seseorang BANYAK MENOLEH ATAU SUKA MEMPERHATIKAN nikmat yang ada pada diri lain maka bisa berakibat LUPA KEPADA NIKMAT YANG ADA PADA  DIRI SENDIRI. Ujug ujungnya adalah tidak bersyukur dan mengganggu perasaan bahagia dan ketenteraman hati. 

Wallahu A'lam. (3.603)

 

 

           

Rabu, 24 September 2025

RENUNGKANLAH BAGAIMANA NASIB KITA DI AKHIRAT KELAK

 

RENUNGKANLAH BAGAIMANA NASIB KITA DI AKHIRAT KELAK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ingatlah bahwa tentang umur manusia di dunia telah dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  sabda beliau :

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu. (H.R at Tirmidzi, dari Abu Hurairah).

Umur yang pendek ini seharusnya digunakan sebaik baiknya untuk ketaatan mendekatkan diri  kepada Allah Ta'ala. Jangan disia siakan sedikitpun. Jika mengabaikan umur yang pendek ini UNTUK BERBEKAL pastilah menjadi penyesalan besar  di alam barzah dan di negeri akhirat kelak. Dalam perkara yang penting ini, Allah Ta'ala telah mengingatkan sebagaimana firman-Nya : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S  al Hasyr 18).

Telah disebutkan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bahwa umur kita di dunia antara 60-70 tahun. Umur yang pendek ini akan MENJADI PENENTU NASIB KITA, kebahagian atau kesengsaraan kita setelah wafat.

Ingatlah bahwa kita akan berada di alam barzah sampai hari kiamat yang mungkin ribuan tahun lagi. Bukankah orang orang  sebelum kita sudah berada di alam barzah ribuan tahun. Dan kita juga kita akan berada di alam akhirat bukan milyaran atau  triliunan tahun TETAPI SELAMA LAMANYA karena akhirat itu abadi.

Ketahuilah bahwa ketika kita tidak bersungguh sungguhlah menggunakan waktu di dunia ini untuk ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala maka bisa jadi hidup kita di alam barzakh LEBIH SENGSARA dari orang yang kita anggap rendah (?) di dunia.

Ketahuilah ketika ada saudara kita di dunia memiliki rumah atau kediaman yang sangat sempit di dunia  dan kita punya rumah yang besar dan luas tetapi di alam barzah bisa jadi kuburnya di luaskan sejauh mata memandang karena iman dan amal shalihnya lebih kokoh dari kita. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan tentang  sebagian nikmat kubur, sebagaimana sabda beliau : 

فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا قَالَ وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدَّ بَصَرِهِ

Kemudian ada suara dari langit yang menyeru : Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya dari surga, bukakan baginya pintu-pintu (untuk melihat)  surga dan berikan kepadanya pakaian surga. Beliau melanjutkan : Kemudian didatangkan kepadanya wewangian surga, lalu KUBURNYA DILUASKAN sejauh mata memandang. (H.R at Tirmizi, Ibnu Majah dan ImamAhmad).

Ketika kita melihat kuli bangunan di dunia yang  sering bekerja di tempat panas, berkeringat sehingga bau badannya tidak sedap tetapi di  alam barzah dia mendapat wewangian dari surga karena  iman dan amal shalihnya sebagai mana disebut dalam hadits diatas.

Selanjutnya ketahuilah bahwa pembantu rumah tangga kita yang kita anggap rendah (?) di dunia tetapi di akhirat kelak bisa jadi dia mendapat tempat yang jauh lebih hebat dari kita. Dengan iman dan amal shalih yang lebih lebih kokoh  dari kita di dunia maka dia menjadi  penghuni surga yang tertinggi yang jauh lebih tinggi dan lebih istimewa dari kita.

Oleh karena itu mulai saat ini renungkanlah keadaan iman dan amal shalih kita. Tetaplah kokohkan iman dan perbanyak amal shalih sehingga keadaan kita di alam barzah lebih baik dan di akhirat mendapat  tempat yang lebih tinggi dan paling nyaman.

Wallahu A'lam. (3.602).

 

 

 

 

 

Minggu, 21 September 2025

HAMBA ALLAH HARUS MENJAUHKAN DIRI DARI SIFAT SOMBONG

 

HAMBA ALLAH HARUS MENJAUHKAN DIRI DARI SIFAT SOMBONG

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, salah satu sifat buruk dan sangat tercela yang ada pada SEBAGIAN MANUSIA  adalah SIFAT SOMBONG. Ketika seseorang memelihara sifat  inii dalam dirinya maka TERANCAM KESELAMATANNYA DI DUNIA APALAGI DI AKHIRAT. Kenapa bisa begitu ?. Iya, karena :

Pertama : Allah Ta'ala melarang manusia berlaku sombong.

Sungguh Allah Ta’ala dengan sangat jelas dan tegas melarang manusia berlaku sombong. Allah berfirman : 

 

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا

 

Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (Q.S al Isra’ 36)

Kedua : Allah Ta'ala  menyatakan tidak suka kepada manusia yang sombong.

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala tidak suka kepada manusia berlaku sombong, sebagaimana firman-Nya :  

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S an Nisa’ 36).

Ketiga : Orang sombong menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

Perkara ini dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau : 

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.

Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (H.R Imam Muslim).

Keempat : Allah tidak mengizinkan orang sombong masuk surga.

Inilah nasib paling berat yang akan ditanggung oleh orang sombong. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji (sawi) dari sifat kesombongan (H.R Imam Muslim).

Nah, ketika Allah Ta’ala tak mengizinkan kita masuk ke surga-Nya lalu mau kemana kita di akhirat kelak. Sungguh kita sangat takut dengan adzab neraka yang demikian berat dan pedih.

Sungguh, SANGAT TIDAK PANTAS MANUSIA BERLAKU SOMBONG karena hakikatnya manusia itu fakir, tidak memiliki apa apa. Bukankah semua yang ada ini adalah MILIK ALLAH SEMATA dan tidak berserikat dengan siapapun. Allah Ta'ala berfirman : 

لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا فِيْهِنَّۗ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌࣖ 

Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (Q.S al Ma-idah 120).

Selanjutnya, perhatikanlah bahwa orang berpangkat ada yang sombong, orang yang punya jabatan ada yang sombong, orang berharta ada yang sombong. Padahal semua itu hanyalah SANGAT SEMENTARA semua segera akan hilang.

Selain itu ketahuilah bahwa sangat banyak orang yang takut berlaku sombong tetapi ternyata sengaja atau tidak dalam bergaul dengan orang banyak ada orang yang berkata dan perkataannya itu punya potensi mencerminkan kesombongan dirinya. Misalnya dengan mengatakan :

= Kalau yang demikian saya sudah tahu dari dulu bahkan ketika kamu masih ingusan saya sudah mempelajarinya.

= Ingat ya, bahwa saya tidak peduli dengan pendapat dan saran dari orang lain.

= Tetapi saya tidak ada waktu untuk memikirkan apalagi  menelurusi  perkara perkara remeh yang demikian.

Sebagai penutup tulisan ini dinukil satu nasehat dari imam asy Syafi'i, beliau berkata : Tawadhu' atau rendah hati termasuk akhlaknya orang orang mulia sedangkan KESOMBONGAN TERMASUK AKHLAKNYA ORANG ORANG RENDAHAN. (Siyar an Nubala).

Wallahu A'lam. (3.601).

 

 

 

 

BERUSAHA KERAS AGAR TIDAK MEMBAWA DOSA KETIKA DIWAFATKAN

 

BERUSAHA KERAS AGAR TIDAK MEMBAWA DOSA KETIKA DIWAFATKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, manusia diciptakan dalam keadaan lemah yaitu sebagaimana dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya :


وَخُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا

Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.S an Nisa’ 28.)

Syaikh as Sa'di berkata : Jadi sungguh manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman).

Dengan keadaannya yang lemah termasuk lemah iman dan kesabaran maka mudah terjatuh kepada keburukan dan dosa. Apalagi manusia itu memiliki hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan dan juga syaithan yang selalu berusaha untuk mengelincirkan kepada maksiat dan dosa.

Sungguh dalam satu hadits qudsi disebutkan bahwa Allah Ta'ala berfirman tentang keadaan manusia yang berbuat dosa : 

 يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian semuanya melakukan dosa pada malam dan siang hari, padahal Aku Maha mengampuni dosa semuanya. Maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Dari zhahir hadits ini dapat diambil pemahaman bahwa manusia hakikatnya sering berbuat dosa. Oleh karena itu menjadi kewajiban penting untuk terus menerus memohon ampun agar tidak membawa dosa ketika diwafatkan.

Sungguh sangatlah banyak kesempatan memohon ampun yang  diajarkan dalam syariat Islam, diantaranya :

Pertama : Setelah shalat fardhu beristighfar 3 kali.

Tsauban radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

كَانَ رَسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاثَاً ، وَقَالَ :  اللَّهُمَّ أنْتَ السَّلاَمُ ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ ، تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلاَلِ وَالإكْرَامِ قِيلَ لِلأوْزَاعِيِّ – وَهُوَ أحَدُ رواة الحديث – : كَيْفَ الاسْتِغْفَارُ ؟ قَالَ : يقول : أسْتَغْفِرُ الله ، أسْتَغْفِرُ الله .

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam selesai dari shalatnya (shalat fardhu, pen.), beliau BERISTIGHFAR TIGA KALI dan mengucapkan : “ALLAHUMMA ANTAS SALAAM, WA MINKAS SALAAM, TABAARAKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM” (Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai Rabb Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).

Ada yang bertanya pada al Auza’i, yaitu salah satu perawi hadits ini : Bagaimana cara beristighfar ?. Al Auza’i menjawab : Caranya membaca ASTAGHFIRULLAH … ASTAGHFIRULLAH (Aku memohon ampun kepada Allah. Aku memohon ampun kepada Allah).  H.R Imam Muslim.

Kedua : Setelah shalat dhuha beristighfar 100 kali.

Sebagaimana hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat Dhuha, beliau mengucapkan :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ

مائة مرة  حتى  قالها

Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.  

Sampai beliau membacanya seratus kali. (H.R Imam Bukhari dalam al Adab al Mufrad, Syaikh al Albani mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih).

Ketiga : Pada dzikir pagi dan petang beristighfar 100 kali.

 

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

    

Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Selain itu ketahuilah bahwa hakikatnya kewajiban memohon ampun adalah setiap saat tanpa dibatasi jumlah. Dan juga ada kesempatan yang sangat dianjurkan untuk memohon ampun yaitu di sepertiga malam terakhir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman : Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Sungguh dengan banyak beristighfar, semoga Allah Ta'ala mengampuni dosa dosa kita sebelum wafat dan tidak dibawa ke akhirat.

Wallahu A'lam. (3.600).

 

 

 

 



 

Jumat, 19 September 2025

TERUSLAH BERDAKWAH MESKIPUN SANGAT SEDIKIT YANG MEMBERI PERHATIAN

 

TERUSLAH BERDAKWAH MESKIPUN SANGAT SEDIKIT YANG MEMBERI PERHATIAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, berdakwah sesuai kemampuan adalah salah satu kegiatan penting setiap hamba dan sangatlah agung dalam syariat Islam karena dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Allah.

Perhatikanlah apa yang dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim,  beliau berkata : Bahwa berdakwah adalah mengajak manusia agar beriman kepada Allah dan segala yang dibawa oleh Rasul-Nya dengan membenarkan apa yang diberitakan dan mengikuti apa yang diperintahkan.  (Madarijus Saalikin).

Allah Ta'ala memuji orang orang yang berdakwah sebagaimana firman-Nya :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan siapakah yang yang lebih baik perkataannya daripada orang orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal shalih dan berkata, sungguh aku termasuk orang orang muslim.  (Q.S Fussilat 33).

Ketahuilah bahwa tugas orang yang memberi nasehat atau berdakwah hanyalah menyampaikan, sebagaimana firman Allah Ta'ala :

وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

Dan kewajiban kami tidak lain HANYALAH MENYAMPAIKAN (perintah Allah) dengan jelas. (Q.S Yasin 17).

Syaikh Abdurrahman as Sa’di berkata : "Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan dengan jelas,” yakni menyampaikan dengan jelas yang dengannya perkara-perkara menjadi terjelaskan yang memang dituntut untuk dijelaskan. Adapun selain dari itu berupa ayat-ayat usulan atau minta dipercepatnya adzab, maka bukan tugas kami.

Tugas kami hanyalah menyampaikan dengan jelas, dan kami telah melaksanakan dan menjelaskannya kepada kalian. Jika kalian menjadikannya sebagai petunjuk, maka itu adalah bagian yang baik dan taufik bagi kalian, namun jika kalian sesat, maka kami sama sekali tidak mempunyai urusan apa pun. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Oleh karena itu ketika  seseorang  berdakwah fokusnya haruslah pada dakwahnya yang lurus sesuai al Qur an dan as Sunnah serta pemahamanan salafush shalih. Ketika dalam berdakwah SANGAT SEDIKIT ORANG YANG MEMBERI PERHATIAN hendaklah diterima dengan hati lapang. Apalagi kalau berdakwah di media sosial seperti WhatsApp dan yang lainnya. Bisa jadi dakwah yang disampaikan hanya dibaca judulnya saja lalu didelete. 

Jangan gusar dengan keadaan yang demikian. Jangan sampai hilang semangat berdakwah. Selagi ada kesempatan tetaplah berdakwah dengan lisan di majlis majlis ilmu dan tulisan di media sosial. Ketahuilah bahwa sungguh, Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَىٰ

Maka berilah peringatan  karena peringatan itu bermanfaat. (Q.S al A’la 9).

 

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata bahwa sebagian ulama berpendapat : Maknanya, berilah peringatan bagaimanapun kondisinya. Mudah mudahan mereka mendapat manfaat dari peringatan tersebut.

 

Berilah peringatan bagaimanapun kondisinya karena peringatan itu akan bermanfaat. Bermanfat bagi orang yang beriman dan bermanfaat bagi yang memberi peringatan.Jadi, kata beliau, peringatan harus disampaikan, syariat harus disampaikan baik bermanfaat bagi yang diseru maupun tidak. (Tafsir Juz ‘Amma, dengan sedikit diringkas).

 

Sungguh, Allah Ta’ala  telah menjelaskan bahwa memberi peringatan harus terus menerus dan PERINGATAN itu  bermanfaat, sebagaimana firman-Nya :

 

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

 

Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang bagi yang beriman.  (Q.S adz Dzariyat 55).

 

Syaikh as Sa’di berkata : Peringatan yang sempurna adalah peringatan yang menyebutkan KEBAIKAN, KEINDAHAN DAN KEMASHLAHATAN yang terdapat pada apa yang diperintahkan. Juga disebutkannya MUDHARAT dari apa apa yang dilarang. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Wallahu A'lam. (3.599)

 

 

 

 

HAMBA ALLAH JANGAN BERIBADAH MUSIMAN

 

HAMBA ALLAH JANGAN BERIBADAH MUSIMAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah bahwa tidak ada kegunaan kita diciptakan Allah Ta’ala kecuali untuk mengabdi, menyembah dan beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).

Beribadah kapan saja ?. Terus menerus, BUKAN MUSIMAN ATAU SEKEHENDAK HATI SAJA. Ketahuilah bahwa kewajiban seorang hamba untuk beribadah kepada Allah Ta’ala adalah selama hayat dikandung badan. Allah Ta’ala berfirman :

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (maut) Q.S al Hijr 99).

Syaikh as Sa’di berkata : (“Beribadahlah kepada Rabb-mu sampai datang kepadamu al Yaqin”. Yaitu SAMPAI AJAL TIBA, maksudnya, kontinyulah engkau untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan segala macam ibadah di setiap waktu. Maka beliau Salallahu ‘alaihi Wasallam mentaati perintah Rabb-nya dan senantiasa membiasakan beribadah sampai datang al Yaqin (ajal) dari Rabb-nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh, nikmat Allah datang kepada kita terus menerus. Kalau nikmat dari Allah Ta’ala yang demikian banyak datang kepada kita setiap saat adalah sangat tidak pantas kalau kita hanya banyak beribadah musiman saja tetapi haruslah terus menerus setiap waktu dan setiap keadaan.

Selain itu ketahuilah bahwa kita membutuhkan dan memohon pertolongan Allah di setiap saat dalam kehidupan kita.   Bahkan dalam shalat, berpuluh kali setiap hari kita memohon pertolongan dan memohon petunjuk  kepada Allah Ta’ala, yaitu sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : 

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ  

Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami MEMOHON PERTOLONGAN.  TUNJUKILAH KAMI jalan yang lurus.

Sungguh, menjadi kewajiban kita untuk terus menerus bersyukur kepada Allah Ta’ala  dengan melakukan ketaatan melalui amal amal shalih setiap saat. Bukan hanya sewaktu waktu atau musiman saja . Ketahuilah bahwa amal  shalih yang kita lakukan adalah bagian dari tanda syukur kita kepada Allah Ta’ala.

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah tetap dan terus menerus bersemangat beribadah sampai datang al yaqin yaitu ajal.

Wallahu A'lam. (3.598).