DUA KEADAAN YANG MEMBUAT SESEORANG BERAT BERINFAK
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Berinfak yaitu memberikan sebagian harta untuk orang lain adalah sesuatu yang sangat terpuji dalam syariat Islam. Sungguh Allah Ta’ala memerintahkan orang orang beriman untuk berinfak sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Wahai orang yang beriman !. Infakkanlah dari sebagian rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang orang kafir itulah orang yang zhalim. (Q.S al Baqarah 254)
Sungguh, Allah Ta’ala akan membalasnya dengan berlipat ganda sebagaimana firman-Nya :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. ada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (Q.S al Baqarah 261).
Pertama : Berinfak dalam keadaan sempit
Ketika keadaan lapang, hamba hamba Allah mungkin mudah untuk berinfak, memberikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan. Tetapi pada saat sempit, kondisi keuangan lagi sulit ada yang terhalang untuk berinfak. Alasannya adalah menggunakan hitungan logika matematika sederhana yaitu jika keuangan lagi seret mesti lebih berhemat. Gunakan uang untuk yang betul betul mendesak.
Ketahuilah bahwa bersedekah itu dianjurkan dalam keadaan sempit dan lapang. Ingatlah firman Allah yang menjelaskan bahwa salah satu tanda ORANG BERTAKWA adalah berinfak ketika keadaan sempit dan ketika lapang
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Orang yang bertakwa adalah) orang yang menafkahkan hartanya dalam KEADAAN LAPANG ATAU DALAM KEADAAN SEMPIT, menahan amarahnya dan suka memaafkan kesalahan manusia. Dan Allah menyukai orang orang yang berbuat baik. (Q.S Ali Imran 134).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan dalam sabda beliau bahwa sedekah paling utama adalah sedekah orang yang tidak memiliki banyak harta :
أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ جُهْدُ الْمُقِلِّ وَ ابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ
Sedekah yang paling utama adalah sedekahnya orang yang kekurangan, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung. (HR. Abu Dawud, Imam Ahmad, Hakim dan yang selainnya, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Kedua : Berinfak dengan harta yang dicintai.
Berinfak telah menjadi kebiasaan sebagian hamba hamba Allah di negeri kita. Cuma saja ketika diminta menginfakkan harta yang dicintainya SERING TERASA BERAT. Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala mengingatkan bahwa seorang hamba belum sampai kepada kebaikan yang sempurna sebelum bisa menginfakkan harta yang dicintainya. Allah Ta’ala berfirman :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Kamu tidak akan memperoleh kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan tentang hal itu sungguh Allah Maha Mengetahui. (Q.S Ali Imran 92).
Imam Ibnu Katsir menceritakan tentang bagaimana tersentuhnya hati Abu Thalhah dengan ayat ini : Imam Ahmad meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, ia pernah mendengar Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Harta yang paling dia senangi adalah Bairuha’ (yaitu suatu kebun) yang berhadapan dengan masjid (Nabawi). Dan Rasulullah (pernah) memasukinya dan meminum air yang segar darinya. Kata Anas ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman :
Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Q.S Ali Imran 92, pen.). Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau.
Maka Nabi bersabda : “Bagus, bagus, yang demikian itu adalah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu”. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah. Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak pamannya. Catatan : Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
Oleh karena itu hamba hamba Allah berusahalah untuk selalu berinfak di jalan Allah dalam berbagai keadaan dan dengan harta yang baik dan disukai. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.516)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar