JANGAN MELALAIKAN HAK ANAK
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Kita semua selalu berharap dan
sangat berkeinginan agar anak anak kita menjadi anak yang shalih dan shalihah.
Anak yang berbakti kepada orang tuanya dan menjadi pembela agamanya. Kita
menginginkan pula agar mereka semua menjadi penyejuk mata bagi kedua orang
tuanya.
Untuk itu kita senantiasa berdoa
bagi mereka. Diantara yang kita mohon
dalam doa adalah :
Pertama : “Rabbi hablii min
ladunka dzurriyatan thaiyibah, innaka sami’ud du’aa” Ya Rabbku, berilah aku
dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya engkau Mahamendengar doa.
(Q.S Ali Imran 38)
Kedua : “Rabbanaa hab lanaa
min azwaajinaa wa dzurriyaatinaa qurrata a’yunin waj’alnaa lil muttaqiina
imaamaa”. Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan
keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang orang yang bertakwa. (Q.S al Furqan 74)
Melazimkan diri untuk membaca doa
ini tentulah sangat baik apalagi doa ini adalah yang terdapat dalam al Qur-an.
Namun demikian jangan lupa bahwa
jika mengharapkan anak supaya menjadi penyejuk hati dan berbagai kebaikan ada
padanya tidaklah cukup dengan berdoa saja. Orang orang berilmu menjelaskan
bahwa jika ingin mendapatkan sesuatu yang baik, paling tidak ada tiga langkah yang harus
dilakukan yaitu (1) Berusaha untuk mendapatkan yang terbaik (2) Memohon
pertolongan Allah dan berdoa untuk memperoleh perkenan-Nya. (3) Berserah diri
kepada Allah terhadap apapun yang ditetapkan-Nya.
Begitupun dalam upaya menggapai
keinginan untuk mendapatkan anak yang menyejukkan hati tentulah harus ada usaha
yang sungguh sungguh. Diantaranya adalah pendidikan dan lingkungannya. Dan yang
paling utama adalah mendidiknya agar
menjadi manusia yang takut kepada Allah. Ketahuilah bahwa segala macam
keburukan dan kemaksiatan yang dilakukan manusia adalah tersebab tidak ada rasa
takut kepada Allah Ta’ala.
Islam adalah agama yang sempurna.
Syariat sangatlah memperhatikan pendidikan anak. Lihatlah bagaimana Rasulullah
telah memberikan contoh teladan yang sangat baik dalam pendidikan anak,
diantaranya adalah :
Pertama : Menyuruh anak melaksanakan shalat.
Rasulullah memerintahkan setiap
orang tua menyuruh anak anaknya melaksanakan shalat semenjak kecil. Rasulullah
bersabda : “Perintahkanlah anak anak
kalian untuk shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah mereka (jika
meninggalkan shalat) pada umur 10 tahun.” (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh
Syaikh al Albani).
Kita sangat paham bahwa anak umur 7
ataupun 10 tahun belum dibebani dengan kewajiban shalat karena belum baligh.
Namun Rasulullah menyuruhnya untuk shalat sebagai bagian pendidikan yang
penting bagi anak anak agar dia bisa dan terbiasa melaksanakan shalat semenjak
kecil.
Kedua : Menasehati anak agar beradab ketika makan.
Rasulullah pernah memberi nasehat
kepada anak kecil ketika makan. Umar bin Abu Salamah berkata : Saat aku makan
bersama Rasulullah tanganku berkeliaran kemana mana, maka beliau mengatakan
kepadaku : “Wahai anak, sebutlah nama
Allah (bacalah basmalah) dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari
yang terdekat denganmu” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Ketiga : Menghindari sesuatu yang haram.
Rasulullah juga mengajarkan anak
agar menghindari sesuatu yang haram. Abu Hurairah berkata : Hasan bin Ali, cucu
Rasulullah, pernah mengambil satu buah kurma dari kurma zakat lalu memasukkan
kedalam mulutnya. Nabi langsung berkata kepadanya : Kikh…kikh.. (agar Hasan memuntahkannya). Tidaklah kamu tahu bahwa kita tidak
makan harta zakat. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Terkadang kita dapati orang tua
yang kecewa dengan tingkah laku atau perangai anaknya terutama yang mulai
remaja. Jika ini terjadi tentu sangatlah dianjurkan untuk memberikan nasehat
dengan bijak dan lemah lembut. Jangan biarkan mereka berlaku buruk. Sungguh mereka berhak untuk mendapat nasehat. Selain
itu orang tua haruslah juga melakukan muhasabah atau introspeksi diri.
Barangkali ada yang salah dalam pendidikan dan lingkunganya ataupun yang
lainnya.
Syaikh as Samarqandi menceritakan :
Bahwa seseorang pernah datang kepada Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, dengan
membawa anaknya. Orang itu berkata : Anakku ini benar benar durhaka kepadaku.
Lantas Umar bin Khaththab berkata kepada anak itu : Apakah engkau tidak takut kepada Allah dengan kedurhakaanmu kepada
ayahmu ?.
Kemudian anak tersebut berkata
kepada Umar bin Khaththab : Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga memiliki hak
atas orang tuanya ?. Lalu Umar bin Khaththab menjawab : Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus
dan mengajarkan al Qur-an. (mengajarkan ilmu agama).
Lantas anak tersebut mengatakan :
Demi Allah, (1) Ayahku tidak memilihkan aku ibu yang baik. Ibuku adalah hamba
sahaya yang jelek berkulit hitam dan dibeli ayahku seharga 400 dirham. (2)
Ayahku tidak memberi nama yang baik bagiku. Ia memberi aku nama Ju’al (catatan
: Ju’al adalah nama sejenis kumbang yang suka berada ditempat kotoran hewan,
bisa bermakna orang yang berkulit hitam dan jelek dan bisa pula bermakna orang
yang emosional (Qamus al Muhith) dan (3) Ayahku tidak mengajarkanku al Qur-an
kecuali hanya satu ayat).
Mudah mudahan bermanfaat bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (357)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar