ADA KEMUNGKINAN IBADAH SEORANG HAMBA RENDAH NILAINYA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Setiap saat orang orang beriman berusaha untuk mengabdi, menyembah dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Sungguh yang demikian diperintahkan Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).
Dalam beribadah, seorang hamba seharusnya menampilkan yang terbaik sehingga pengabdian dan ibadahnya betul betul bernilai di sisi Allah Ta’ala. Sungguh melakukan ibadah yang bernilai adalah merupakan amal shalih yang dilandasi iman. Inilah modal untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan keselamatan di akhirat kelak.
Tapi ketahuilah wahai saudaraku, bahwa ada kemungkinan ibadah atau amal shalih yang kita lakukan bernilai rendah di sisi Allah Ta’ala. Bahkan bisa ada sebagian tak bernilai sama sekali. Sia sia.
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau, diantaranya :
Pertama : Shalat seseorang mendapat sebagian pahala.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
Ketika seseorang selesai dari shalatnya, pahala yang dia dapatkan hanya 1/10 shalatnya, atau 1/9 atau 1/8 atau 1/7 atau 1/6 atau 1/5 atau 1/4 atau 1/3, atau 1/2-nya. (H.R Abu Daud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Kedua : Disuruh mengulang shalat sampai tiga kali.
Dalam suatu riwayat dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke masjid, kemudian ada seorang laki-laki masuk masjid lalu shalat. Kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menjawab dan bersabda kepadanya : Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat !. Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi. Lalu datang menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberi salam.
Namun beliau kembali bersabda : Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat !. Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata : Demi Dzat yang mengutus engkau dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu.
Maka ajarkkanlah aku !. Beliau lantas bersabda : Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qur’an kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thuma’ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma’ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma’ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh (rakaat) shalatmu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Ketiga : Shalat 60 tahun tak ada yang diterima.
Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan tentang seseorang yang shalat selama 60 tahun tapi tak satupun shalatnya diterima.
Rasulullah bersabada : “Sesungguhnya (ada) seseorang yang shalat selama enam puluh tahun namun tak satu shalat pun diterima. Barangkali orang itu menyempurnakan ruku’ tapi tidak menyempurnakan sujud. Atau menyempurnakan sujud namun tidak menyempurnakan ruku’nya”. (H.R al Ashbahani, Lihat ash Shahihah no. 2535).
Keempat : Puasa hanya dapat lapar dan dahaga.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga mengingatkan bahwa seseorang yang berpuasa ada yang hanya mendapat lapar dan dahaga. Puasanya tak mendapat nilai.
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga. (H.R ath Thabrani Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi).
Diantara penyebabnya adalah karena tak menjaga pendengaran, penglihatan dan lisan. Jabir bin Abdillah menyampaikan nasehat : Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja. (Latha’if al Ma’arif).
Oleh karena itu setiap hamba hendaklah senantiasa menjaga nilai atau kualitas ibadahnya yaitu dengan : (1) Ikhlas semata mata untuk mendekatkan diri dan mencari ridha Allah Ta’ala. (2) Ittiba’ yaitu dengan mengikuti apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.
Selanjutnya bermohonlah kepada Allah Ta’ala agar ibadah diterima diberi kekuatan untuk beribadah dengan baik. Diantara doa yang sangat dianjurkan adalah :
(1) Doa Nabi Ibrahim :
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.
Yaa Rabb kami terimalah amal dari kami sungguh Engkaulah yang Maha Mendengar Maha Mengetahui. (Q.S al Baqarah 127).
(2) Doa yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Allah, tolong aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah yang baik kepada-Mu. (H.R Abu Dawud, Imam Ahmad dan an Nasa’i).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.130)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar