HAMBA ALLAH HARUSLAH BERSUNGGUH MENJAGA SIFAT SABAR
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Bersabar adalah satu sikap yang harus
dipelihara setiap hamba dalam dirinya. Sungguh kita tidak membayangkan
bagaimana keburukan dan kerusakan akan terjadi di masyarakat jika misalnya
seorang guru tak sabar menghadapi muridnya, jika seorang bapak tak sabar
menghadapi anak anaknya, jika seorang pedagang tak sabar menghadapi pembelinya,
dan juga yang lainnya.
Lalu apa makna sabar ?. Imam Ibnul Qayyim
dalam Madarijus Saalikin menjelaskan makna dan hakikat sabar yaitu :
Pertama :
Secara bahasa sabar bermakna mencegah dan menahan.
Kedua:
Hakikat sabar adalah menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa,
mencegah lisan untuk mengeluh serta menahan anggota badan untuk berbuat
kemungkaran.
Sabar adalah akhlak mulia yang muncul dari
dalam jiwa. Dapat mencegah perbuatan yang tidak baik. Sabar adalah
kekuatan jiwa yang dengannya akan tegak dan baik segala perkara. (Madaarijus
Shalikin).
Selain itu, ketahuilah bahwa hakikat sabar
memiliki tiga bagian pokok :
Pertama : Sabar dalam menjalani ketaatan. Allah Ta’ala berfirman :
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya” (Q.S Thaahaa 132).
Seorang yang ingin bersabar dalam menjalankan
ketaatan kepada Allah perlu memperhatikan tiga hal, sebagaimana dikatakan Imam
Ibnu Qudamah dalam Kitab Minhajul Qashidin, yakni:
(1) Sebelum beribadah. Hendaklah dia
meluruskan niatnya, ikhlas dan sabar agar terjaga dari penyakit riya’ dan
sum’ah
(2) Saat beribadah. Hendaklah dia
tidak lalai dari merasa diawasi Allah, jangan malas mengerjakan sunnah-sunnahnya
dan adab-adabnya, sabar melawan rasa malas hingga selesai ibadahnya
(3) Setelah beribadah. Hendaklah dia
sabar dari menyebarkan ibadah yang telah dia kerjakan. Tidak pamer dihadapan
manusia dengan maksud riya’ atau sum’ah. Barangsiapa yang tidak sabar
setelah bersedekah sia-sia belaka amalnya.
Kedua : Sabar dalam menjauhi larangan
Semua orang butuh kesabaran dalam setiap waktu
dan kondisi. Sebab ia selalu berada dalam perintah yang wajib dilaksanakan
dan larangan yang wajib ditinggalkan. Manusia berada diatas takdir Allah
termasuk kenikmatan yang wajib dia syukuri. Apabila semua perkara ini tidak
bisa lepas dari diri seorang hamba maka kesabaran harus senantiasa
ada pada dirinya sampai akhir hayat. (Tazkiyatun Nufus, Syaikh Ahmad
Farid).
Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata :
Sabar dalam menjauhi yang diharamkan Allah, yaitu hendaklah manusia menahan
diri dari yang Allah haramkan, karena jiwa ini senantiasa memerintah kepada
keburukan. Hendaklah seorang hamba sabar untuk menjauhi yang diharamkan Allah.
Ketiga : Sabar menerima takdir atau
ketetapan Allah Ta’ala
Bahwa ketetapan yang Allah takdirkan bagi
seorang hamba didunia dibagi dua :
(1) Ketetapan Allah yang sesuai dengan
keinginan seorang hamba berupa keselamatan, harta, kedudukan dan kelezatan
dunia. Maka disamping bersyukur terhadap nikmat, seorang hamba haruslah jangan
tertipu dengan kelezatan dunia hingga lalai terhadap akhirat.
Hamba Allah yang beriman hendaklah
berusaha untuk sabar dari semua kenikmatan, yaitu bersabar yang diikuti rasa
syukur.
(2) Ketetapan Allah berupa musibah dan
sesuatu yang tidak dikehendaki jiwa. Ketahuilah bahwa musibah, ujian dan cobaan
merupakan sunnatullah yaitu sesuatu yang telah Allah tetapkan dalam kehidupan
dalam seorang hamba. Bahkan itu termasuk tujuan yang agung dari penciptaan
manusia. Allah Ta’ala berfirman :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
(Allah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa yang
lebih baik amalnya. (Q.S al Mulk 2).
Allah Ta’ala berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا
آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan
mengatakan, KAMI TELAH BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah
menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang
benar dan pasti mengetahui orang orang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda
:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الزَّرْعِ لَا تَزَالُ
الرِّيحُ تُفِيئُهُ، وَلَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُصِيبُهُ الْبَلَاء
Perumpamaan seorang mukmin tak ubahnya seperti
tanaman, angin akan selalu meniupnya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam
Muslim dan at Tirmidzi).
Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah
sungguh sungguh menjaga sifat sabar dalam dirinya yaitu : (1) Sabar dalam
menjalani ketaatan. (2) Sabar dalam menjauhi larangan. (3) Sabar menerima
takdir atau ketetapan Allah Ta’ala. Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (2.646)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar