Rabu, 17 September 2025

HAKIKATNYA SETIAP ORANG SANGAT DIANJURKAN UNTUK BERDAKWAH

 

HAKIKATNYA SETIAP ORANG SANGAT DIANJURKAN UNTUK BERDAKWAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Berdakwah adalah sebaik baik amal yang bisa dilakukan semua orang beriman sesuai dengan kemampuan dan keadaannya. Sungguh, Allah Ta'ala memuji orang orang yang berdakwah sebagaimana firman-Nya :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan siapakah yang yang lebih baik perkataannya daripada orang orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal shalih dan berkata, sungguh aku termasuk orang orang muslim.  (Q.S Fussilat 33).

Oleh karena itu ketika seseorang meskipun baru memiliki ilmu sedikit ambillah kesempatan untuk berdakwah. Ingatlah bahwa ketika seseorang baru memiliki ilmu sedikit dan mulai berdakwah maka ini adalah merupakan MOTIVASI YANG KUAT BAGINYA UNTUK TERUS BELAJAR.

Sungguh di zaman ini sangat banyak kesempatan berdakwah baik lisan maupun tertulis. Diantara kesempatan berdakwah adalah melalui media sosial. Berdakwah bisa dengan materi yang disusun sendiri dengan mengambil dalil dalil dari al Qur an dan as Sunnah serta penjelasan ulama. Bahkan bisa juga dengan re sharing materi dakwah yang di media sosial.

Ingatlah bahwa terkait dengan dakwah, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam mengingatkan dalam sabda beliau  :

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat. (H.R Imam Bukhari).

Dari zhahir hadits ini antara lain kita mendapat pehamahan bahwa satu ayat atau satu hadits yag kita ketahui dianjurkan untuk disampaikan atau didakwahkan.

Ketahuilah bahwa  sangatlah banyak keutamaan, kebaikan serta pahala yang akan didapat oleh orang orang yang mengajak kepada kebaikan dengan berdakwah, diantaranya adalah mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya.

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang MENUNJUKKAN KEPADA KEBAIKAN maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. (H.R Imam Muslim).

Bahkan pahala orang yang diajak kepada kebaikan atau yang didakwahi  tidak berkurang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga. (H.R Imam Muslim)

Oleh karena itu, hamba hamba Allah hendaklah BERUSAHA DAN CERDAS MENGGUNAKAN KESEMPATAN untuk mengajak orang lain DENGAN IKHLAS kepada kebaikan dan menghindar dari kemungkaran yaitu dalam rangka berdakwah berbagi ilmu. Sungguh, ketika seseorang berdakwah berarti dia telah berusaha semampunya untuk mengurangi kebodohan dari saudaranya.

Wallahu A'lam. (3.596).

Senin, 15 September 2025

NASEHAT RASULULLAH TENTANG MEMILIH TEMAN DEKAT

 

NASEHAT RASULULLAH TENTANG MEMILIH TEMAN DEKAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya, dalam hidup bermasyarakat, seseorang  tidak dilarang berteman dengan banyak orang dari berbagai strata dan golongan. Tetapi ketahuilah untuk berteman dekat atau teman akrab, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah memberi nasehat dalam perkara ini sebagaimana sabda beliau :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya. (H.R Abu Daud dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Imam Ibnu Qudamah al Maqdisi juga memberikan pencerahan tentang memilih teman (sahabat atau teman dekat). Beliau berkata :   Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : (1) Orang yang berakal. (2)  Memiliki akhlak yang baik, (3) Bukan orang fasik (yang banyak berbuat dosa). (4) Bukan ahli bid’ah (yang mengada ada dalam agama) dan  (5)  Bukan orang yang rakus dengan dunia.

Kemudian beliau menjelaskan : Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang  bodoh (sebenarnya) dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu (karena kebodohannya). Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang memamahami  sesuatu sesuai dengan hakikatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang lain.

Teman yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya. Sedangkan orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah.

Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan berteman dengan ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan keburukankan bid’ahnya. (Mukhtashar Minhajul Qashidin)

Selain itu, ketahuilah bahawa berteman dengan orang yang buruk perangainya akan mendatangkan  penyesalan di akhirat. Sungguh, memilih teman yang buruk kelakuannya akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti tersebab pengaruh teman yang buruk lalu  tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah Ta'ala  yang memberi peringatan dalam perkara  ini : 

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً

Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al Qur’an sesudah al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia. (Q.S al Furqan 27-29).

Jadi mulai sekarang mari kita evaluasi  lagi diri kita. Siapa siapa saja yang telah kita jadikan sahabat atau teman dekat kita selama ini. Bagaimanapun kita masih ada kesempatan untuk memilah dan memilih teman dekat yang akan membantu dan mengajak kita kepada ketaatan sehingga mendapatkan keselamatan  dunia dan akhirat kelak.

Wallahu A'lam. (3.595).

 

Jumat, 12 September 2025

BERDAKWAHLAH MESKIPUN MENYAMPAIKAN SATU AYAT

BERDAKWAHLAH MESKIPUN MENYAMPAIKAN SATU AYAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Tentang makna dakwah,  Imam Ibnul Qayyim  berkata : Berdakwah adalah mengajak manusia agar beriman kepada Allah dan segala yang dibawa oleh Rasul-Nya dengan membenarkan apa yang diberitakan dan mengikuti apa yang diperintahkan.  (Madarijus Saalikin).

Syaikh Fawwas as Suhaimi berkata : Dakwah adalah mengajak orang lain agar melakukan segala perintah Allah baik berupa ucapan atau perbuatan dan meninggalkan segala larangan Allah baik berupa ucapan atau perbuatan (Usus Manhaj as Salaf fi ad Da’wah).

Sungguh, Allah Ta'ala memuji orang orang yang berdakwah sebagaimana firman-Nya :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan siapakah yang yang lebih baik perkataannya daripada orang orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal shalih dan berkata, sungguh aku termasuk orang orang muslim.  (Q.S Fussilat 33).

Berdakwah adalah sebaik baik amal yang bisa dilakukan semua orang beriman sesuai dengan kemampuan dan keadaannya. Oleh karena itu ketika seseorang baru memiliki ilmu sedikit ambillah kesempatan untuk berdakwah. Ingatlah bahwa terkait dengan dakwah, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam mengingatkan dalam sabda  :

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat. (H.R Imam Bukhari).

Syaikh Salim al Hilali berkata : Bahwa ayat disini adalah mencakup ayat dari al Qur an maupun hadits. Sunnah Nabi disebut ayat karena menunjukkan kepada satu ayat, merincinya dan menerangkannya. Kemudian beliau berkata : (Hendaknya) seseorang menyampaikan apa yang telah dihafalnya, dipahaminya, MESKIPUN HANYA SEDIKIT. (Bahjatun Nadzirin)

Hakikatnya semua orang boleh berdakwah. Syaikh Utsaimin berkata : Jika seseorang mengetahui betul dan memahami dengan yakin apa yang akan didakwahkan, maka tidak ada bedanya, apakah ia seorang ulama besar yang diakui kredibilitas dan kapabilitasnya atau seorang thalibul ‘ilmi yang serius atau hanya seorang awam.

Selanjutnya Syaikh menjelaskan bahwa tidak disyariatkan bagi seorang juru dakwah untuk mencapai tingkat tinggi dari segi keilmuan. Yang disyariatkan adalah menguasai topik yang diserukannya. Adapun melakukan dakwah tanpa ilmu atau hanya berdasarkan keinginan saja, maka itu tidak boleh. (Kitabud Da’wah).  

Selain itu ketahuilah bahwa berdakwah adalah perbuatan terpuji yang sangat dianjurkan. Diantara keutamaannya adalah sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan maka baginya seperti pahala (orang) yang melakukannya. (H.R Imam Muslim).

Oleh sebab itu hamba hamba Allah hendaklah mencari kesempatan untuk melakukan perbuatan yang sangat baik ini, MESKIPUN SEDIKIT. Allah Ta'ala berfirman :

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ *

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah niscaya dia akan melihat (balasan) nya. (Q.S al Zalzalah 7).

Wallahu A'lam. (3.594) 

Kamis, 11 September 2025

PERBUATAN BAIK YANG MENDATANGKAN RIZKI

 

PERBUATAN  BAIK YANG MENDATANGKAN RIZKI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Perbuatan baik yaitu amal shalih yang dilandasi iman haruslah menjadi fokus tujuan utama hamba hamba Allah. Sungguh sangat banyak kebaikan yang disediakan Allah Ta'ala untuk hamba hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih. Diantaranya adalah mendapat ridha-Nya yaitu  sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Sungguh, orang orang yang beriman dan beramal shalih mereka itu adalah SEBAIK BAIK MAKHLUK. Balasan mereka disisi Rabb mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai sungai.

Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang orang yang takut kepada Rabb-nya. (Q.S al Baiyinah 7-

Selain itu ketahuilah bahwa orang orang beriman yang melakukan amal amal kebaikan maka  AKAN DIBUKAKAN PINTU RIZKINYA, diantaranya adalah :

Pertama : Bertakwa kepada Allah Ta'ala. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Q.S ath Thalaq 2-3)

Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan yang sangat baik mengenai pengertian takwa. Beliau berkata : Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya.

Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan yang wajib dan Allah tetapkan dan (juga) menunaikan hal hal yang sunnah. (Majmu' al Fatawa).

Kedua : Banyak memohon ampun. Allah Ta'ala berfirman : 

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

Maka aku katakan kepada mereka : Mohonlah ampun kepada Rabb-mu,

sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat dan MEMPERBANYAK HARTA  dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)  untukmu sungai sungai. (Q.S Nuh 10-12).

Imam Ibnu Katsir berkata : Jika kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Allah Ta’ala dan mentaati-Nya niscaya kalian akan mendapatkan banyak nikmat (rizki). Akan diberi keberkahan hujan dari langit. Juga dari tanah dengan tumbuhnya berbagai tanaman, dilimpahkan air susu, dilapangkan harta serta dikaruniakan keturunan. 

Disamping itu Allah juga akan memberikan pada kalian kebun kebun dengan berbagai buah yang ditengah tengahnya akan dialirkan sungai sungai. (Tafsir al Qur an al ‘Azhim).

Ketiga : Bersyukur kepada Allah. Allah Ta’ala  berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti adzab-Ku sangat pedih. (Q.S Ibrahim 7).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Allah menjadikan sikap bersyukur sebagai SALAH SATU SEBAB BERTAMBAHNYA RIZKI,  pemeliharaan dan penjagaan atas nikmatNya (pada orang yang bersyukur), yaitu  tangga bagi orang bersyukur menuju Dzat yang disyukuri. (Lihat Minhajus Saalikin).

Keempat : Berinfak dan bersedekah.

Sungguh Allah Ta’ala akan melipat gandakan balasan bagi orang yang berinfak atau bersedekah. Allah Ta’ala berfirman :

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui. (Q.S al Baqarah 261).

Kelima : Memelihara silaturrahim

Perkara ini disebutkan dalam satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Siapa yang ingin  dilapangkan rizkinya  dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.593).

 

 

 

 

 

RASULULLAH MENGAJARKAN SIKAP LEMAH LEMBUT

 

RASULULLAH MENGAJARKAN SIKAP LEMAH LEMBUT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam adalah suri tauladan yang baik bagi kita semua. Tentang suri taulan ini dijelaskan  Allah Ta'ala dalam firman-Nya : 

 لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Q.S al Ahzab 21).

Imam Ibnu Katsir berkata : Ayat yang mulia ini merupakan dalil yang kuat (yang menunjukkan kewajiban) menjadikan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam sebagai SURI TAULADAN ATAU PANUTAN dalam perkataannya, perbuatannya dan dalam segala hal kondisi beliau. (Tafsir Ibnu Katsir).

SALAH SATU PERKARA yang betul betul sangat baik untuk kita teladani dari Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam adalah SIFAT LEMAH LEMBUT BELIAU DALAM UCAPAN DAN PERBUATAN. Dalam ini ada banyak riwayat yang menyebutkan, dua diantaranya adalah :

Pertama : Kisah seorang Arab Badui buang air kecil di masjid.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata : Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia buang air kecil  di salah satu pojok masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut.

Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintahkan para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim)

Atas kejadian ini para sahabat memang geram dan menghardik Badui ini. Tetapi  Rasulullah bersikap santun dan memberi nasehat dengan arif kepada orang Badui ini. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Masjid adalah tempat beribadah kepada Allah dan bukanlah tempat membuang kotoran. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim). 

Kedua : Kisah seorang pemuda minta izin berzina.

Abu Umamah  berkata : Sesungguhnya seorang pemuda datang kepada Nabi  seraya berkata: “Ya Rasulullah, izin aku  berzina”.

Maka para sahabat berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan  berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu  berkata seperti itu). Maka beliau bersabda :  “Bawa pemuda itu  mendekat denganku”. Maka pemuda itu telah mendekat kepada Rasulullah.

(Abu Umamah) berkata: maka (pemuda itu) lalu duduk dekat  Rasulullah.

Beliau bersabda: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi pada ibumu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi  tebusannya.

Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada ibu-ibu mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.  Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga  tidak suka hal itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada saudara-saudara perempuan mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ayahmu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak.  Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ayah) mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ibumu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.

Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ibu) mereka”.

Abu Umamah berkata: Maka Rasulullah  meletakkan tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa : “Allahhummaghfir zanbahu, wa thahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)

Semenjak  itu, dengan doa Rasulullah, pemuda tersebut tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (Dirwayatkan oleh Imam Ahmad,  dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.  Kitab Silsilah Hadits  Shahih).

Meskipun pemuda ini meminta izin untuk melakukan perbuatan tercela namun Rasulullah tetap berlaku santun dan lemah lembut kepadanya. Beliau memberi nasehat yang sangat bijak  bahkan mendoakan kebaikan bagi pemuda ini.

Oleh karena itu sebagai umat Muhammad maka mestilah kita berusaha untuk berlaku lemah lembut dalam ucapan dan perbuatan. Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan dalam satu sabda beliau bahwa kelembutan itu akan menghiasi segala sesuatu

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ, وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya. (H.R Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.592).   

 

 

 

Senin, 08 September 2025

ORANG BERIMAN MESTILAH BELAJAR ILMU DENGAN IKHLAS

 

ORANG BERIMAN MESTILAH BELAJAR ILMU DENGAN IKHLAS

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, dalam menjalani kehidupan ini kita butuh ilmu agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Ingatlah untuk BERAQIDAH yang lurus kita butuh ilmu, untuk  BERIBADAH yang sempurna kita butuh ilmu, untuk BERAKHLAK yang mulia kita butuh ilmu dan untuk BERMUAMALAH yang baik kita butuh ilmu.

Bahkan BEBERAPA SAAT SEBELUM MATIPUN  kita masih butuh ilmu yaitu ilmu tentang kalimat apa yang harus kita ucapkan pada saat yang kritis itu.

Bahkan dalam perkara yang mungkin diagggap sederhana dalam keseharian kita butuh ilmu.    Sebagai contoh  untuk minum saja kita butuh ilmu. Diantara ilmu minum adalah dimulai dengan membaca bismillah, memegang tempat minum dengan tangan kanan tidak dengan tangan kiri, meminum air seteguk seteguk, tidak habis satu gelas sekali hirup.

Jika airnya panas tidak didinginkan dengan cara meniup dengan mulut tapi boleh mendiinginkan melalui cara yang lain. Selesai minum membaca hamdalah. 

Oleh karena itu, Rasulullah Salalahu 'alaihi Wasallam  benar benar telah mengingatkan kita semua bahwa menuntut atau belajar ilmu adalah WAJIB. Beliau bersabda :


طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Belajar ilmu   wajib bagi setiap muslim. (H.R  Imam Ahmad dan Ibnu Majah).

Ketahuilah bahwa ilmu yang wajib dipelajari terutama  sekali adalah ilmu syariat dan tentu juga ilmu ilmu lainnya yang bermanfaat bagi kaum muslimin.

Ketika seorang hamba ingin  belajar ilmu maka bersungguh sungguhlah, jangan sekenanya saja. Selain itu, ketahuilah bahwa adab paling utama yang harus dikedepankan oleh orang yang menuntut ilmu adalah IKHLAS KARENA ALLAH TA'ALA.Dalam hal ibadah ini, yaitu menuntut ilmu  agar diterima dan diberi taufik oleh  Ta'ala wajib untuk ikhlas kepada Allah Ta'ala.

Hendaknya seseorang tidak menuntut ilmu karena untuk meraih suatu kedudukan duniawi, atau karena sum’ah (ingin dipuji), atau karena ingin menjadi pengajar, atau karena ingin terkenal, atau karena ingin menjadi orang yang sering berdakwah dengan mengisi pengajian dan yang lainnya.

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya : Bagaimanakah bentuk ikhlas dalam menuntut ilmu ?. Beliau menjawab : Ikhlas dalam menuntut ilmu bermakna  bahwa seseorang menuntut ilmu untuk mengangkat kejahilan dari dirinya. Karena tidak sama antara orang yang alim (berilmu) dengan orang jahil (tidak berilmu). Allah Ta'ala berfirman :

 أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ، قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

(Apakah kamu wahai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya ?. Katakanlah : Adakah sama kedudukan orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?. (Q.S az Zumar 9).

Sebagai penutup tulisan ini, dinukil satu hadits tentang salah satu keutamaan orang yang belajar ilmu. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

 وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. (H.R Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.591)
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

AMALMU BISA TERHAPUS JIKA MEREMEHKAN ORANG LAIN

 

AMALMU BISA TERHAPUS JIKA MEREMEHKAN ORANG LAIN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya, hamba hamba Allah mendapat kedudukan yang sama dalam pandangan Allah Ta'ala. Oleth karena itu tidaklah seorang mulia menjadi mulia tersebab pangkat, jabatan, kedudukan, kekayaan, Pendidikan, nasab dan yang lainnya karena itu adalah   kemuliaan yang semu dan sementara.

Ketahuilah bahwa hamba yang mulia di sisi Allah adalah karena ketaatannya   yaitui sebagai disebutkan dalam firman-Nya : 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Q.S al Hujurat 13).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah menjelaskan pula tentang manusia yang mulia, sebagaimana sabda beliau : 

أَكْرّمُ النَّاس أَتْقَاهُم

Yang paling mulia adalah manusia yang paling bertakwa. (H.R Imam Bukhari).

Selain itu ketahuilah bahwa tidaklah seseorang boleh meremehkan atau merendahkan orang lain yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahun 'alaihi Wasallam : Dahulu  ada dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa sedangkan sedangkan satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu  mengingatkan saudaranya agar menjauhi dosa.

Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya, ”Berhentilah berbuat dosa.” Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata, ”Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku ?.”

Lalu saudaranya yang rajin beribadah itu akhirnya marah dan berkata : ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni engkau.” atau ”Demi Allah, Allah  tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.” Akhirnya Allah mencabut nyawa keduanya dan dikumpulkan di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang rajin beribadah : ”Apakah engkau tahu apa yang ada di Diri-Ku, ataukah engkau merasa mampu atas apa yang ada di Tangan-Ku ?.”

Allah berfirman kepada orang yang berbuat dosa : ”Masuklah engkau ke dalam surga karena Rahmat-Ku.” dan Dia berkata kepada yang rajin beribadah : ”Dan engkau masuklah ke dalam neraka.” Abu Hurairah berkata,  : ”Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” (H.R Abu Dawud).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan kita semua dalam sabda beliau :

مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ

Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu. (H.R Imam Muslim).

Syaikh Salim bin id al Hilali menyebutkan beberapa faedah dari hadits ini, diantaranya adalah : (1) Peringatan dari meremehkan kaum muslimin dan merendahkan mereka. (2) Luasnya rahmat Allah dan ampunan-Nya kepada para hamba-Nya. (3) Larangan berputus asa dari rahmat Allah.

(4) Menunjukkan bahwa ada ampunan dari Allah terhadap dosa dosa tanpa taubat. (5) Haramnya memastikan suatu hukum yang khusus bagi Allah saja yang dapat menetapkannya. (6) Mengajarkan kepada seorang muslim satu adab bersama Allah dan bersama para hamba Allah. (Bahjatun Nazhirin, Syarh Riyadish Shalihin).   

Wallahu A'lam. (3.590)