Kamis, 18 Desember 2025

SIAPKAN AMAL YANG PAHALANYA MENGALIR SETELAH WAFAT

 

SIAPKAN AMAL YANG PAHALANYA MENGALIR  SETELAH WAFAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya hamba hamba Allah semestinya tetap mempersiapkan bekal berupa IMAN DAN AMAL SHALIH menunggu ajal yang tidak diketahui kapan datangnya. Allah Ta'ala telah mengingatkan orang orang beriman berbekal kehidupan hari esok yaitu hari akhirat yaitu sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S  al Hasyr 18).

Sungguh, hakikatnya kesempatan melakukan amal shalih sebagai bekal  bagi setiap hamba adalah HANYA KETIKA MASIH HIDUP DI DUNIA. Namun demikian  Allah Ta'ala Maha Penyayang. Allah Ta'ala melalui Rasul-Nya memberi kesempatan kepada  hamba-Nya untuk bisa memetik atau menikmati manfaat dari amal shalih yang  dilakukannya di dunia  MESKIPUN DIA SUDAH WAFAT. Inilah yang dalam bahasa syariat disebut sebagai amal jariah atau amal ibadah yang  pahalanya mengalir terus.

Amal yang pahala yang mengalir terus ini sangatlah banyak macamnya. Diantaranya sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

Pertama : Riwayat Imam Muslim. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila manusia meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara : sedekah jariah atau ilmu yang bermanfaat (yang dia ajarkan) atau anak shalih yang mendoakannya.

Kedua : Riwayat Ibnu Majah dan al Baihaqi. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah : (1)  Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan. (2) Anak shalih yang ia tinggalkan. (3) Mushaf al Qur’an yang ia wariskan.

(4) Masjid yang ia bangun. (5) Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun. (6) Sungai yang ia alirkan. (7) Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup. Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.

Wallahu A'lam. (3.640).      

 

 

 

HAMBA ALLAH JANGAN BOSAN BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

 

HAMBA ALLAH JANGAN BOSAN BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah telah sangat banyak  berbuat baik kepada hamba hamba-Nya dan Allah memerintahkan mereka untuk berbuat baik pula. Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ

Berbuat  baiklah (kepada manusia) sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu. (Q.S al Qashash 77).

Oleh karena itu maka hamba hamba Allah jangan bosan berbuat baik meskipun tidak terlihat balasan dari yang diberi kebaikan. Ketika Allah Ta'ala memerintahkan untuk berbuat baik maka lakukanlah dengan ikhlas karena Allah Ta'ala semata. Dengan demikian perbuatan baik akan bernilai disisi Allah Ta'ala  dan pasti akan dapat balasan yang banyak.

Ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak keutamaan yang akan mendatangi orang orang selalu berbuat baik, diantaranya adalah :

Pertama : Dapat balasan  terbaik yaitu surga      

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

Kedua : Allah mencintai hamba-Nya yang berbuat baik

Bahwa Allah Ta'ala mencintai kaum muhsiniin (orang-orang yang berbuat baik) dan bersama mereka. Dengan kedudukannya ini, maka cukuplah bagi mereka untuk mendapatkan kemuliaan dan keutamaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman:

وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

…… dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S al Baqarah 195).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S an Nahl 128).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S al Ankabut 69).

Ketiga : Setiap kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan.

Sungguh Allah Ta’ala akan membalas semua kebaikan yang dilakukan oleh orang orang beriman. Allah Ta’ala berfirman : 

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (Q.S ar Rahman 60).

Allah Ta’ala berfirman : 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا

Sungguh, mereka yang beriman dan beramal shalih, Kami benar benar TIDAK AKAN MENYIA NYIAKAN pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu. (Q.S al Kahfi 30).

Keempat : Mendatangkan ketenangan hati dan kebahagian

Syaikh 'Aidh al Qarni berkata : Orang yang pertama kali akan merasakan manfaat memberi adalah pihak yang memberi itu sendiri. Mereka akan merasakan buah memberi seketika itu juga, dalam jiwa, akhlak, dan nuraninya.

Sehingga mereka selalu lapang dada, merasa tenang, tentram, dan damai. Memberi adalah kemudahan, kebahagiaan, gairah, serta memotivasi orang lain. (Dari kitab Jangan hidup jika tidak memberi manfaat, Ustadz Muhammad Yasir).

Wallahu A'lam. (3.639) 

Kamis, 11 Desember 2025

MUSIBAH PENGHAPUS DOSA JIKA DITERIMA DENGAN SABAR

 

MUSIBAH PENGHAPUS DOSA JIKA DITERIMA DENGAN SABAR

Disusun oleh : Azwir B. ChaniagoSungguh,  ALLAH TA’ALA TELAH MENJELASKAN tentang penyebab  datangnya musibah yaitu dosa dosa manusia, Allah Ta’ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S. ar Rum  41.

Imam Ibnul Qayyim  menjelaskan : Bahwa yang dimaksud kerusakan dalam ayat ini adalah kekurangan, keburukan dan bencana-bencana yang dimunculkan oleh Allah di muka bumi akibat perbuatan maksiat para hamba-Nya.

Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah mengatakan : Tidaklah disandarkan suatu keburukan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah itu disebabkan karena dosa. (Latha’if Ma’arif).

Lalu, ketika didatangi musibah yang kecil apalagi yang besar maka hamba hamba   SANGATLAH DIANJURKAN :

Pertama : Perbanyak memohon ampun dan bertaubat.  

Ketika Allah Ta'ala menyebutkan bahwa musibah itu datang karena perbuatan tangan atau dosa maka hamba hamba Allah hendaklah bersegera memohon ampun dan bertaubat.

Ali bin Abi Thalib berkata : “Maa nuzzila balaa-un illaa bidzambin wa laa rufi’a balaa-un illa bitaubah” . Tidaklah musibah itu turun melainkan karena dosa. Karenanya tidaklah bisa musibah itu hilang melainkan juga dengan taubat. (al Jawabul Kafi).  

Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah mengatakan : Tidaklah disandarkan suatu kejelekan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah, itu semua disebabkan karena dosa. (Latha’if Ma’arif).

Kedua : Wajib bersabar menerima musibah.

Ketahuilah bahwa seberapa banyakpun musibah mendatangi seseorang atau sekelompok orang maka SANGAT DIAJURKAN BAHKAN WAJIB BERSABAR. Ketika hamba hamba Allah menerima musibah dengan sabar maka itu adalah salah satu jalan untuk penghapus dosa.

Sungguh Allah Ta’ala telah menjanjikan ampunan yaitu menghapus dosa dan memberi petunjuk kepada orang orang yang bersabar ketika  didatangi musibah.  Allah Ta’ala berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan Kami pasti akan menguji kamu (orang orang beriman) dengan sedikit  ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan sampaikan berita gembira buat orang  orang yang sabar. (Yaitu) orang orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi raajiuun. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dari Rabb-nya dan mereka itulah orang orang yang mendapatkan petunjuk. (Q.S al Baqarah 155-157).

Tentang musibah yang akan menghapus dosa juga dijelaskan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Hadits berikut ini adalah  salah satu diantara  berita gembira untuk seorang hamba yang sedang mendapat ujian jika mereka menerima dengan sabar. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : 

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit, rasa letih, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya(H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim)

Dengan demikian maka seorang hamba hendaklah selalu bersiap diri DENGAN KESABARAN ketika didatangi musibah.

Wallahu A'lam. (3.638)

Rabu, 10 Desember 2025

KETIKA KEHIDUPAN TERASA SEMPIT

 

KETIKA KEHIDUPAN TERASA SEMPIT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Terkadang kita melihat ada  orang orang yang mengeluh dengan kehidupannya yang sempit. Selalu sempit dadanya. Berbagai masalah dihadapi. Termasuk pula keluhannya karena kekurangan dalam harta atau rizki. Diantara penyebabnya adalah sebagaimana firman Allah : 

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta. (Q.S Thaha 124).

Diantara ulama Tafsir menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk  yang enggan beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka (Adhawaul Bayan, dinukil oleh Syaikh asy Syinqiti).

Ketahuilah bahwa sangatlah banyak jalan untuk keluar dari kehidupan yang sempit dan dirundung kesedihan, diantaranya :

Petama : Perbanyak memohon ampun.

Sungguh, kita hamba hamba Allah banyak berbuat dosa dan Allah Ta'ala berjanji akan memberi ampunan. Dalam satu hadits qudsi disebutkan :

 يا عبادي إنكم تخطئون في الليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada malam dan siang, dan Aku mengampuni semua dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Bahwa diantara keutamaan beristighfar,  adalah dilapangkan untuk setiap kesempitan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, KELAPANGAN UNTUK SETIAP KESEMPITANNYA dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.  (H.R Imam Ahmad dari Ibnu Abbas).

Kedua : Bersegera melakukan amal shalih yang dilandasi iman.

Melakukan amal shalih yang dilandasi iman adalah kewajiban paling utama  hamba hamba Allah. Inilah jalan yang paling jelas untuk mendapat kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Tentang  surat  an Nahal 97 ini, Syaikh as Sa’di berkata : Firman Allah Ta’ala : “Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. Maksudnya : Dengan memberikan KETENANGAN HATI DAN KETENTERAMAN JIWA serta tidak menoleh kepada objek yang mengganggu hatinya dan Allah Ta’la memberinya rizki yang halal dari arah yang tak disangka sangka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketiga : Berusaha untuk bersedekah semampunya 

Ingatlah bahwa ketika seseorang banyak berbuat maksiat maka Allah Ta’ala maka Allah murka kepadanya. Lalu diberi berbagai kesulitan atau musibah. Salah satu cara agar murka Allah itu hilang adalah  BERHENTI DARI BERBUAT KEBURUKAN DAN MEMOHON AMPUN KEPADA-NYA. 

Selain itu ketahuilah bahwa untuk menghilangkan murka Allah Ta’ala sehingga musibah diangkat adalah DENGAN BANYAK BERSEDEKAH. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 إن صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

Sesungguhnya sedekah yang dikeluarkan secara rahasia dapat memadamkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala. (H.R ath Thabrani).

Orang yang bersedekah menunjukkan bahwa dia seorang hamba berlaku ikhlas kepada Allah. Ia berlaku tulus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  yaitu bersedekah dengan cara diam-diam sehinngga terhindar dari perasaan riya. Dengan demikian Allah Ta’ala akan ridha kepada-nya dan Allah Ta’ala akan mengangkat adzab-Nya, diantaranya dihilangkan rasa sempit dan resah gelisahnya.

Wallahu A'lam. (3.637).

SHALAT PENGHALANG PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR

 SHALAT PENGHALANG PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat lima waktu sehari semalam adalah ibadah fardhu atau wajib yang harus dilakukan oleh hamba hamba Allah yang sudah baligh dan berakal. Shalat fardhu adalah rukun Islam kedua setelah dua kalimat syahadat.

Selain itu ketahuilah bahwa begitu penting dan utamanya shalat fardhu maka paling tidak ada dua perkara yang menjelaskannya yaitu :

Pertama : Perintah shalat disampaikan langsung oleh Allah Ta'ala.

Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani  menjelaskan bahwa  saat Allah Ta'ala mensyariatkan kewajiban  pada umat ini, Allah langsung memanggil Rasul-Nya dan berbicara langsung kepada Rasul-Nya perihal perintah shalat ini, tanpa melalui perantara malaikat Jibril. (Kitab Shalatul Mukmin).

Dalam satu hadits dari Anas bin Malik, disebutkan bahwa :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فَرَضَ اللَّهُ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً، فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ، حَتَّى آتِيَ عَلَى مُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: مَاذَا افْتَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: فَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً،

قَالَ: فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ، فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَوَضَعَ عَنِّي شَطْرَهَا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَقَالَ: هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَقُلْتُ: قَدِ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي.”

 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Allah memerintahkan umatku shalat lima puluh kali, kemudian aku kembali dengan perintah itu, hingga aku bertemu dengan Musa.

Musa bertanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam : Apa yang Allah perintahkan padamu ?. Aku menjawab : Aku diperintahkan untuk melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari semalam. Musa berkata : Kembalilah kepada Rabbmu, sungguh umatmu tak akan mampu (menunaikan) hal itu.

Kemudian aku kembali menghadap Rabb-ku, Lalu Dia mengurangi separuhnya dariku. Kemudian aku kembali kepada Musa dan mengabarkan hal itu. Musa lantas berkata : Kembalilah menghadap Rabb-mu. Sunggguh, umatmu tidak akan mampu menunaikannya. Kemudian aku kembali menghadap Rabb-ku, lalu Dia berfirman : Ia adalah lima dan ia adalah lima puluh. Ucapan (ketetapan) dari-Ku tidak dapat diganti lagi.

Kemudian aku kembali kepada Musa, lalu dia  berkata : Kembalilah menghadap Rabb-mu. Aku lantas menjawab : Aku sudah malu kepada Rabb-ku. (H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Kedua : Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan diihisab.

Ketahuilah bahwa  shalat  adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab atau diperhitungkan di akhirat kelak sebagaimana riwayat berikut ini :

(1) Diriwayatkan dari Anas bin Malik. 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk. (H.R ath Thabrani).

(2) Diriwayatkan dari Abu Hurairah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُحَاسَبُ بِصَلَاتِهِ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasaaallam bersabda: Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.

Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. (H.R an Nasa’i dan at Tirmidzi,  dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Sungguh, Allah Ta'ala telah mengingatkan pula bahwa shalat adalah ibadah yang menghalangi hamba hamba Allah dari perbuatan keji dan mungkar yaitu sebagaimana firman-Nya :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ

Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. (Q.S al Ankabut 45).

Ketahuilah bahwa shalat merupakan salah satu  bentuk dzikir atau mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan dengan mengingat Allah Ta'ala melalui  shalat maka seseorang terhalang untuk melakukan perbuatan buruk yaitu keji dan mungkar karena orang yang shalat dituntut untuk membawa nilai nilai shalat dalam kehidupannya.

Selain itu ketahuilah bahwa seseorang yang senantiasa melakukan shalat AKAN SANGAT RISIH BAHKAN SANGAT TAKUT UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN BURUK DAN TERCELA.

Tentang surat al Ankabut ayat 45 diatas, Syaikh as Sa'di berkata :  Dan sisi keberadaan shalat DAPAT MENCEGAH PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR adalah bahwa seorang hamba yang menegakkan shalat, menunaikan rukun rukun, syarat syarat dan kekhusyu'-annya maka :

(1) Hatinya akan bersinar. (2) Jiwanya menjadi suci. (3) Imannya bertambah. (4) Kemauannya pada kebaikan makin kuat dan (5) Kemauannya pada keburukan berkurang atau habis. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Cuma saja terkadang kita melihat ada diantara saudara saudara kita yang mengamalkan shalat tetapi masih saja agak serig bermaksiat, Kenapa bisa begitu ?. Dalam hal ini perhatikanlah tafsir Syaikh as Sa'di tentang surat al Ankabut ayat 45 sebagaimana tersebut diatas.

Selain itu ada orang orang berilmu yang mengingatkan  bahwa :  "KUALITAS SHALATMU AKAN MENCERMINKAN MUDAH TIDAKNYA ENGKAU TERJERUMUS KEPADA PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR".

Oleh karena itu hamba hamba Allah mestilah terus menerus  menjaga kualitas shalatnya sesuai syariat yaitu sebagaimana yang diajarkan Allah Ta'ala melalui Rasul-Nya.

Wallahu A'lam. (3.636)  

 

Kamis, 04 Desember 2025

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

 

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat adalah ibadah paling utama dan pertama kali akan dihisab pada hari Kiamat. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan dalam sabda beliau :


 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihkan oleh al Hafizh Abu Thahir).

Tetapi melihat kepada kenyataan  amalan shalat yang pertama akan dihisab ini ternyata banyak saudara saudara kita suka telat melakukan shalat sesuai waktunya.  Ada diantara saudara saudara  yang melaksanakan shalat fardhu pada menjelang akhir waktunya.

Ketika seseorang telat melaksanakan shalat selagi dalam waktunya shalatnya tetap sah tetapi nilainya Allah Ta'ala yang Maha Mengetahui. Ketahuilah bahwa sesuatu ibadah  yang akan diperhitungkan pertama kali seperti ibadah shalat berarti ibadah itu adalah PALING UTAMA DAN  SANGATLAH PANTAS untuk segera diamalkan di awal waktu sebagaimana yang dilazimkan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabat serta orang orang shalih.

Selain itu ingatlah bahwa Allah Ta'ala mencintai hamba yang mengamalakn shalat di awal waktu yaitu sebagaimana   disebutkan dalam hadits berikut ini :  

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت النبي صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى الله؟ قال: “الصلاة على وقتها”, قلت: ثم أي؟ قال: “بر الوالدين”, قلت: ثم أي؟ قال: “الجهاد في سبيل الله”,

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dia berkata : Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam tentang amalan yang PALING DICINTAI    Allah Subhanahu wa Ta’ala ?. Beliau menjawab : SHALAT PADA WAKTUNYA. Kemudian apa ?, kataku.  Beliau menjawab : Berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian apa ?, kataku lagi. Beliau menjawab :  Jihad fi sabilillah.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaii Wasallam bersabda :

 لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ

 

Jika suatu kaum senantiasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka. (H.R Imam Muslim)

Atas dasar ini maka dikhawatirkan bagi seseorang jika ia telah membiasakan dirinya terlambat dalam ibadah, maka akan diuji Allah Azza wa Jalla akan mengakhirkannya semua peluang kebaikan baginya. Diantaranya telat turun rizkinya, telat dapat jalan keluar dari kesulitannya, telat ketemu barangnya yang hilang dan juga telat disembuhkan dari penyakit dan yang lainnya.

Wallahu A'lam. (3.635) 

 

 

 

Selasa, 02 Desember 2025

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

 

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu keadaan hati buruk yang dimiliki sebagian manusia di bumi ini adalah HATI YANG KERAS BAHKAN LEBIH KERAS DARI BATU. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu bahkan lebih keras. (Q.S al Baqarah 74).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala menerangkan kekerasan hati mereka yaitu bahwa ia “seperti batu” (bukan)  daripada besi karena besi dan timah apabila dibakar niscaya meleleh. Berbeda dengan batu, dan firman-Nya : “Atau lebih keras lagi”, maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya sekeras batu dan (atau) tidaklah bermakna “bal” (bahkan). Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Nah, ketika seseorang memiliki hati yang keras maka itu adalah musibah bahkan lebih besar dari musibah berupa bencana alam, penyakit, kehilangan harta, kehilangan mata pencaharian dan yang lainnya.

Malik bin Dinar rahimahullah berkata : Tidaklah seorang hamba ditimpa dengan suatu musibah yang lebih besar daripada hati yang keras. (Shifatush Shafwah).

Ketahuilah bahwa  bila hati seseorang semakin mengeras dan membatu maka disebut sebagai musibah karena ciri hati yang keras   adalah :

(1)  Sulit menerima kebenaran. (2) Senang dan  bahkan bangga dengan maksiat. (3) Melihat kebaikan sebagai keburukan dan melihat keburukan sebagai kebaikan. Akibatnya adalah  sulit untuk bertaubat. (4) Sangat berambisi dengan dunia dan lalai dengan  akhirat. (5) Merasa sangat berat jika diajak beribadah dan tidak memiliki keinginan untuk berbuat kebaikan. Dan juga mudah digelicirkan kepada masiat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata bahwa hati bisa mengeras seperti batu di antara penyebabnya adalah karena :

(1) Berpaling dari mengingat Allah (berdzikir dan menghadiri majelis ilmu)

(2) Jauh dari mentadabburi Al-Qur'an.

(3) Terlalu sibuk dengan urusan dunia.

(4) Dunia menjadi ambisi utama hidupnya sehingga tidak menganggap penting urusan akhiratnya.

Sedangkan ketaatan kepada Allah akan membuat hati menjadi tenang, lembut, dan mudah diajak kembali kepada Allah. (Fatawa Nur 'ala ad Darb).

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya tingkat penyakit hati, termasuk hati yang keras   pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi orang orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk mengobati   penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG DIPERINTAHKANNYA DAN BERHENTI DARI LARANGANNYA.

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya penyakit hati yang ada pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi  orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk  penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG ADA DI DALAMNYA.

Wallahu Alam. (3.634).