Kamis, 04 Desember 2025

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

 

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat adalah ibadah paling utama dan pertama kali akan dihisab pada hari Kiamat. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan dalam sabda beliau :


 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihkan oleh al Hafizh Abu Thahir).

Tetapi melihat kepada kenyataan  amalan shalat yang pertama akan dihisab ini ternyata banyak saudara saudara kita suka telat melakukan shalat sesuai waktunya.  Ada diantara saudara saudara  yang melaksanakan shalat fardhu pada menjelang akhir waktunya.

Ketika seseorang telat melaksanakan shalat selagi dalam waktunya shalatnya tetap sah tetapi nilainya Allah Ta'ala yang Maha Mengetahui. Ketahuilah bahwa sesuatu ibadah  yang akan diperhitungkan pertama kali seperti ibadah shalat berarti ibadah itu adalah PALING UTAMA DAN  SANGATLAH PANTAS untuk segera diamalkan di awal waktu sebagaimana yang dilazimkan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabat serta orang orang shalih.

Selain itu ingatlah bahwa Allah Ta'ala mencintai hamba yang mengamalakn shalat di awal waktu yaitu sebagaimana   disebutkan dalam hadits berikut ini :  

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت النبي صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى الله؟ قال: “الصلاة على وقتها”, قلت: ثم أي؟ قال: “بر الوالدين”, قلت: ثم أي؟ قال: “الجهاد في سبيل الله”,

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dia berkata : Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam tentang amalan yang PALING DICINTAI    Allah Subhanahu wa Ta’ala ?. Beliau menjawab : SHALAT PADA WAKTUNYA. Kemudian apa ?, kataku.  Beliau menjawab : Berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian apa ?, kataku lagi. Beliau menjawab :  Jihad fi sabilillah.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaii Wasallam bersabda :

 لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ

 

Jika suatu kaum senantiasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka. (H.R Imam Muslim)

Atas dasar ini maka dikhawatirkan bagi seseorang jika ia telah membiasakan dirinya terlambat dalam ibadah, maka akan diuji Allah Azza wa Jalla akan mengakhirkannya semua peluang kebaikan baginya. Diantaranya telat turun rizkinya, telat dapat jalan keluar dari kesulitannya, telat ketemu barangnya yang hilang dan juga telat disembuhkan dari penyakit dan yang lainnya.

Wallahu A'lam. (3.635) 

 

 

 

Selasa, 02 Desember 2025

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

 

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu keadaan hati buruk yang dimiliki sebagian manusia di bumi ini adalah HATI YANG KERAS BAHKAN LEBIH KERAS DARI BATU. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu bahkan lebih keras. (Q.S al Baqarah 74).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala menerangkan kekerasan hati mereka yaitu bahwa ia “seperti batu” (bukan)  daripada besi karena besi dan timah apabila dibakar niscaya meleleh. Berbeda dengan batu, dan firman-Nya : “Atau lebih keras lagi”, maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya sekeras batu dan (atau) tidaklah bermakna “bal” (bahkan). Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Nah, ketika seseorang memiliki hati yang keras maka itu adalah musibah bahkan lebih besar dari musibah berupa bencana alam, penyakit, kehilangan harta, kehilangan mata pencaharian dan yang lainnya.

Malik bin Dinar rahimahullah berkata : Tidaklah seorang hamba ditimpa dengan suatu musibah yang lebih besar daripada hati yang keras. (Shifatush Shafwah).

Ketahuilah bahwa  bila hati seseorang semakin mengeras dan membatu maka disebut sebagai musibah karena ciri hati yang keras   adalah :

(1)  Sulit menerima kebenaran. (2) Senang dan  bahkan bangga dengan maksiat. (3) Melihat kebaikan sebagai keburukan dan melihat keburukan sebagai kebaikan. Akibatnya adalah  sulit untuk bertaubat. (4) Sangat berambisi dengan dunia dan lalai dengan  akhirat. (5) Merasa sangat berat jika diajak beribadah dan tidak memiliki keinginan untuk berbuat kebaikan. Dan juga mudah digelicirkan kepada masiat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata bahwa hati bisa mengeras seperti batu di antara penyebabnya adalah karena :

(1) Berpaling dari mengingat Allah (berdzikir dan menghadiri majelis ilmu)

(2) Jauh dari mentadabburi Al-Qur'an.

(3) Terlalu sibuk dengan urusan dunia.

(4) Dunia menjadi ambisi utama hidupnya sehingga tidak menganggap penting urusan akhiratnya.

Sedangkan ketaatan kepada Allah akan membuat hati menjadi tenang, lembut, dan mudah diajak kembali kepada Allah. (Fatawa Nur 'ala ad Darb).

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya tingkat penyakit hati, termasuk hati yang keras   pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi orang orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk mengobati   penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG DIPERINTAHKANNYA DAN BERHENTI DARI LARANGANNYA.

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya penyakit hati yang ada pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi  orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk  penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG ADA DI DALAMNYA.

Wallahu Alam. (3.634).   

 

 

 

Sabtu, 29 November 2025

SEBAB SEBAB TERHALANGNYA PENGABULAN DOA

 

SEBAB SEBAB TERHALANGNYA PENGABULAN DOA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, setiap hamba SANGAT BERHARAP AGAR DOA DOANYA meminta kebaikan bagi dunia dan akhiratnya DIIJABAH oleh Allah Ta'ala. Dan ingatlah bahwa Allah Ta'ala berjanji akan mengabulkan doa hamba hamba-Nya sebagaimana firman Allah :


وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabb-mu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Q.S al Ghafir 60).

Syaikh as Sa'di berkata : Ini adalah bagian dari kelembutan Allah terhadap hamba-hambaNya dan nikmat-Nya yang sangat besar, di mana Dia menyeru mereka kepada apa yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi agama dan dunia mereka, dan Dia perintahkan mereka untuk berdoa dengan doa ibadah dan doa permohonan, dan Dia berjanji kepada mereka akan mengabulkannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Jalan paling utama untuk pengabulan doa adalah dengan mengamalkan adab adab berdoa menurut syariat. Diantaranya adalah memulai doa dengan memuji dan mengagungkan Allah Ta'ala dan bershalawat kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam.

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah pernah mendengar seorang laki laki berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi. Beliau bersabda : “Orang ini terburu buru”. 

Kemudian Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam memanggilnya dan bersabda :  


 إذَا صَلَّى أحَدُكُمْ فليبدأ بتمحيد رَبِّهِ سُبْحانَهُ وَالثَّناءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي على النبي صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شاءَ

Jika salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah, lalu bershalawat kepada Nabi, barulah setelah itu ia berdoa meminta apa yang ia inginkan  (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi dan an Nasa’i, dari Fudhalah bin ‘Ubaid).

Selain itu ketahuilah bahwa ada beberapa penghalang dari pengabulan doa hamba hamba Allah, diantaranya adalah :

Pertama: Belum sungguh sungguh bertaubat dari perbuatan buruk.

Sebelum berdoa hamba hamba Allah hendaklah   bertaubat dan memohon ampun.. Lihatlah bagaimana nasihat Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk kaumnya yaitu sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً

Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristigfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu. (Q.S Nuh 10-12).

Kedua: Terburu buru ingin dikabulkan serta merasa jemu lalu meninggalkan doa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لم يَعْجَلْ، يقول: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

Akan dikabulkan doa kalian selama tidak tergesa-gesa, yaitu ia berkata : Aku telah berdoa tetapi tidak dikabulkan. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim).

Di dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan ketika sahabat bertanya tentang maksud tergesa-gesa di dalam berdoa. Nabi menjawab : Ia mengatakan : Aku telah berdoa, aku telah berdoa, tapi aku tidak melihat doa itu dikabulkan. Kemudian dia merasa jemu dan meninggalkan berdoa.

Ketiga: Tidak menghadirkan hati dan lalai ketika berdoa.

Dalam satu hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 ادْعوا الله وأنتم مُوقنون بالإِجابة، واعْلموا أنَّ الله لا يَستجيب دعاءً من قلبٍ غافل لاه

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa sungguh Allah  tidak mengabulkan doa yang keluar dari hati yang tidak konsentrasi dan lalai. (H.R at  Tirmidzi, dia mengatakan : Hadis ini dihukumi gharib, namun itu tidak meniadakan sifat hasan dan shahih darinya).

Keempat : Memakan dan memakai harta yang haram.

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingat perkara ini dalam sabda beliau :

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya menjadi kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa :  Wahai Rabbku, wahai Rabbku.

Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi makan dari yang haram. Maka, bagaimanakah Allah akan mengabulkan doanya. (H.R Imam Muslim).

Kelima: Tidak menjalankan sebab-sebab yang akan mengantarkan pada pemenuhan  keinginan dan harapannya.

Ketika seseorang berdoa menginginkan sesuatu kebaikan maka haruslah dengan menjalankan sebab sebab untuk mencapainya. Ketika seseorang menginginkan tambahan rizki maka mestilah MELAKUKAN USAHA YANG SUNGGUH SUNGGUH.

Ketika seseorang ingin mendapat nilai baik dalam belajar maka haruslah melakukan usaha yang sungguh sungguh. Ketahuilah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

Bersemangatlah pada hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan pada Allah, dan janganlah kamu berputus asa. (H.R Imam  Muslim),

Wallahu A'lam. (3.633)

 

Jumat, 28 November 2025

BANYAK DIAM BISA LEBIH SELAMAT

 

BANYAK DIAM BISA LEBIH SELAMAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta'ala telah memberi nikmat berbicara kepada hamba hamba-Nya agar bisa bergaul dan berkomunikasi secara baik dan mudah dengan sesamanya. Ketahuilah bahwa sifat satu nikmat HARUSLAH DIGUNAKAN UNTUK MENCARI RIDHA ALLAH.

Di zaman ini memang banyak manusia menggunakan kemampuan atau nikmat berbicara sesukanya, sekenanya bahkan seenaknya. Tidak memilih berkata yang baik dan bermanfaat baik bagi dirinya dan atau bagi orang lain.

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan agar hamba hamba Allah yang beriman agar senantiasa berbicara yang baik dan bermanfaat atau diam. Beliau bersabda :


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).

Dari hadits ini, pertama sekali ada faedah yang bisa diambil, diantaranya bahwa BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM bukanlah sekedar masalah adab berbicara tetapi terkait dengan iman.

Ketahuilah bahwa banyak ulama terdahulu memberi nasehat tentang berbicara yang baik atau diam, diantaranya  :

Pertama : Imam an Nawawi

Beliau berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut  benar benar baik dan berpahala, baik  dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan dia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu  tampak samar baginya  antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. (Syarah Shahih Muslim).

Kedua : Imam Ibnu Hajar Ashqalani

Beliau menjelaskan : Perkataan itu jika tidak baik pasti buruk, atau bermuara pada salah satunya. Termasuk perkataan yang baik adalah segala perkataan yang dianjurkan dalam syari’at baik yang wajib maupun yang sunnah. Begitu pula perkataan yang mengarah kepadanya. Adapun perkataan yang buruk dan segala yang mengarah kepada keburukan, maka diperintahkan untuk diam. (Fathul Bari).

Ketiga : Syaikh Syamith bin Ajlan.

Beliau berkata : Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau diam engkau selamat. Jadi jika engkau akan berbicara WASPADALAH. Bisa jadi ucapanmu akan bermanfaat bagimu. Bisa jadi pula akan MEMBAHAYAKAN DIRIMU. (Jami'ul Ulum wal Hikam).

Sebagai penutup, dinukil perkataan orang orang  bijak dalam hal berbicara dan diam, yaitu :

(1) Diamlah jika perkataanmu bisa menyinggung perasaan orang lain. (2) Diamlah jika engkau tidak mengetahui keadaan atau situasi  yang sebenarnya. (3) Diamlah jika berbicara hanya untuk meningkatkan ego dan popularitasmu. (4) Diamlah jika perkataanmu bisa merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan.

Wallahu A'lam. (3.632). 

 

 

Rabu, 26 November 2025

HARTA HARAM PENGHALANG DIKABULKANNYA DOA

 

HARTA HARAM PENGHALANG DIKABULKANNYA DOA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, di zaman ini ada orang orang yang tidak peduli mencari harta dari sumber yang tidak jelas atau syubhat ataupun dari sumber yang haram. Bahkan ada yang lancang  berkata : Saat ini mencari yang haram saja susah apalagi yang halal. Ini perkataan atau ungkapan yang keliru berat.

Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala telah mengatur dan menetapkan rizki setiap hamba-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  yaitu dari riwayat Abdullah bin Amr bin al 'Ash  :

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. (H.R Imam Muslim).

 

Bahwa takdir yang dimaksud juga termasuk juga  atau ketetapan jumlah rizki bagi setiap hamba Allah. Nah, ketika takdir atau ketetapan rizki sudah ditetapkan Allah Ta'ala  maka sekeras apapun kita berusaha mengejar rizki sugguh jumlah rizki kita selama hidup di dunia tidak akan berobah sebagaimana telah ditetapkan.

 

Dan juga sangat penting untuk diketahui bahwa ketika seorang hamba mencari rizki dengan cara YANG HALAL ATAU CARA YANG HARAM maka tidaklah bisa merobah jumlah rizki dia yang telah ditakdirkan atau ditetapkan Allah Ta'ala.

 

Oleh karena itu hamba hamba Allah berusahalah mencari rizki yang halal. Sungguh rizki yang haram akan mendatangkan banyak keburukan, diantaranya sebagaimana disebutkan dalam   satu hadits disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat kepada  Ka’ab :

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka. (HR. Tirmidzi, al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini Hasan).

Ketahuilah bahwa ketika seseorang menggunakan dan memakan harta haram maka Allah Ta’ala tak akan mengabulkan doanya. Hal ini dijelaskan Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam dalam sabda beliau :

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakkan, pakaiannya berdebu, ia mengangkat kedua tangannya ke langit (seraya berseru) : Ya Rabb, ya Rabb, namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya juga haram, ia tumbuh dengan yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan ?. (H.R Imam Muslim)

Wallahu A'lam. (3.631)

Selasa, 25 November 2025

TERUSLAH MEMBERI NASEHAT MESKIPUN ENGKAU BANYAK KEKURANGAN

 

TERUSLAH MEMBERI NASEHAT MESKIPUN ENGKAU BANYAK KEKURANGAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, di zaman ini tidak ada manusia yang sempurna. Semua memiliki kekurangan masing masing dan bertingkat tingkat. Namun demikian ketahuilah bahwa hamba hamba Allah sangatlah dianjurkan untuk BERUSAHA MEMBERI NASEHAT KEPADA SAUDARANYA  sesuai kemampuan dan kesempatan masing masing.

Ketahuilah bahwa memberi nasehat adalah bagian sifat tolong menolong yang sangat dianjurkan bahkan diperitahkan dalam syariat Islam. Allah Ta'ala berfirman :


وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).

Bahwa hakikat memberi nasehat yaitu salah satu implementasi dari tolong menolong, yang paling utama dan bermanfaat kepada orang lain adalah  untuk senantiasa menganjurkan untuk memegang  syariat Islam yang lurus ini. Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

وَٱلْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ   
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati untuk (mentaati) kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran (Q.S al ‘Ashr 1-3)

Syaikh Muhammad bin Shalh al Utsaimin berkata : Kebenaran yang dimaksud adalah syariat Islam. Setiap hamba hendaklah saling menasehati. Jika ia melihat ada seseorang yang melalaikan kewajiban maka ia  memberi nasehat : Wahai saudaraku, laksanakanlah kewajibanmu, jangan engkau lalaikan.

Begitupun jika ada seseorang melakukan suatu perbuatan buruk maka yang lain memberi nasehat : Wahai saudaraku jauhilah perbuatan yang buruk ini. Dengan demikian maka orang ini dikecualikan dari kerugian akan bermanfaat bagi dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. (Dari Kitab Tafsir Juz ‘Amma).

Ada beberpa faktor atau keadaan sebagian orang yang  terasa berat memberi nasehat, tiga diantaranya adalah :

Pertama : Merasa masih banyak dosa

Orang yang merasa banyak dosa terkadang tidak mau memberi nasehat kepada  saudaranya meskipun dia mampu memberi nasehat dalam beberapa perkara. Bahkan dia berkata : Bagaimana saya akan memberi nasehat kepada orang lain sedangkan diri saya terkadang tergelincir kepada perbuatan buruk.

Ketahuilah bahwa sebenarnya semua orang bisa dan pernah jatuh kepada perbuatan buruk bahkan mendatangkan dosa. Sungguh Allah Ta'ala telah menjelaskan dalam satu hadits qudsi :

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di malam dan siang hari, dan Aku akan mengampuni seluruh dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni dosa-dosa kalian. (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu saudaraku, bagaimanapun keadaan kita jika ada yang butuh atau patut dinasehati maka berilah nasehat apalagi jika diminta. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ  “حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إذَا لَقِيْتــَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاك

فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَك  فَانْصَحْهُ،  وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ، وَ إِذاَ  مَرِضَ  فَعُدْهُ، وَإِذاَ  ماَتَ

فاتـْبَعْهُ”.  

 Dari Abu Hurairah  ia berkata, Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam  bersabda : Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam, yaitu :

(1) Jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, (2) jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, (3) jika ia meminta nasihat kepadamu MAKA BERILAH IA NASEHAT, (4) jika ia bersin dan mengucapkan: ‘Alhamdulillah’ maka doakanlah ia dengan yarhamukallah, (5) jika ia sakit maka jenguklah dan (6) jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya (ke kubur) H.R Imam Muslim. 

Kedua : Merasa belum mampu mengamalkan.

Sungguh Allah Ta’ala membenci orang orang yang mengatakan sesuatu yang mereka tidak mengerjakannya.  Allah Ta’ala  berfirman :

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ   يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman !. Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan. (Q.S ash Shaff 2-3).

Tetapi ketahuilah bahwa seseorang dianjurkan memberi nasehat kepada kebaikan meskipun dia belum atau tidak mampu melakukannya, diantara contohnya :

(1) Jika seorang bapak tak mampu shalat ke masjid karena sakit atau ada udzur syar’i yang lainnya maka ia masih tetap boleh bahkan berkewajiban menyuruh anak laki lakinya untuk shalat  ke masjid. Meskipun dia sendiri shalat di rumah.

(2) Ketika seseorang   bertemu teman teman atau saudara saudaranya yang memiliki harta dan diperkirakan punya uang cukup untuk berhaji maka orang  ini hendaklah menyeru atau mendakwahi orang orang berharta itu untuk bersegera melaksanakan ibadah haji meskipun dia sendiri belum berhaji karena belum punya kemampuan keuangan.

Tidak bisa dikatakan kepada penyeru atau pemberi nasehat ini  bahwa : Engkau menyuruh orang menunaikan ibadah haji sedang engkau sendiri tidak melakukannya.

Ketiga : Merasa ilmu yang dimiliki masih sangat sedikit

Ketika memberi nasehat semestinya  dengan dalil. Ini akan memberikan kepuasan kepada  yang diberi nasehat. Sungguh hati akan menjadi tenteram jika sesuatu perkataan, perbuatan atau amal dilandasi dalil yang shahih.  

Lalu orang orang yang merasa memiliki ilmu yang sedikit tidaklah perlu merasa terhalang memberi nasehat sepanjang nasehat yang disampaikan adalah sesuai dengan syariat.

Ketahuilah bahwa berdakwah bukan hanya milik orang orang yang mempunyai ilmu yang banyak saja. Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Utsaimin tentang perkara berdakwah (memberi nasehat) ini.

Beliau berkata :  Jika seseorang mengetahui betul dan memahami dengan yakin apa yang akan didakwahkan dan dinesehatkan , maka tidak ada bedanya, apakah ia seorang ulama besar yang diakui kredibilitas dan kapabilitasnya atau seorang thalibul ilmi yang serius atau hanya seorang awam. Rasulullah bersabda : “Ballighuu ‘annii walau aayatan”  . Sampaikanlah apa yang dariku walaupun hanya satu ayat. (H.R Imam Bukhari)

Selanjutnya Syaikh menjelaskan bahwa tidak disyariatkan bagi seorang juru dakwah untuk mencapai tingkat tinggi dari segi keilmuan. Yang disyariatkan adalah menguasai topik yang diserukannya. Adapun melakukan dakwah (memberi nasehat) tanpa ilmu atau hanya berdasarkan keinginan saja, maka itu tidak boleh. (Lihat Kitabud Da’wah, Syaikh Utsaimin). 

Sebagai penutup tulisan ini dinuki satu hadits tentang manfaat yang besar ketika mengajak atau menasehati atau menunjukkan seseorang untuk melakukan kebaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :  

  مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa menunjukkan (manusia) kepada kebaikan, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang melakukannya. (H.R Imam Muslim).

Oleh sebab itu tetaplah menyeru kepada berbagai macam kebaikan meski ada yang belum mampu dilakukan oleh si penyeru atau pemberi nasehat.  Sungguh, dalam hidup ini, setiap orang memiliki kemampuan dan kesempatan yang berbeda dalam melakukan kebaikan. 

Wallahu A'lam. (3.630).