Sabtu, 07 Juni 2025

TERHALANG BERIFAK DAN BERSEDEKAH KARENA BERLEBIHAN MENCINTAI HARTA

 

TERHALANG BERIFAK DAN BERSEDEKAH KARENA BERLEBIHAN MENCINTAI HARTA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniagp

Di zaman ini banyak diantara saudara saudara yang secara zhahir terlihat memiliki harta yang banyak  bahkan berlebih namun masih belum bersemangat  untuk berinfak atau bersedekah. Diantara penghalangnya adalah BERLEBIHAN MENCINTAI HARTA. Padahal harta dunia akan ditinggalkan di dunia  jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. 

Memang harta dunia berupa materi sangatlah menggiurkan, berasa indah bagi manusia. Allah Ta’ala menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang diinginkan. Yaitu wanita, anak anak, HARTA YANG BANYAK dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik (surga). Q.S Ali Imran 14.

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala mengabarkan bahwa manusia dihiasi dengan perkara perkara tersebut hingga mereka meliriknya dengan mata mereka dan mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka. Jiwa jiwa mereka terbuai dengan kenikmatan kenikmatannya.

Dan setiap kelompok manusia itu condong kepada salah satu jenis dari jenis jenis kenikmatan tersebut yang sebenarnya mereka telah menjadikannya sebagai cita cita terbesar mereka dan puncak dari pengetahuan mereka. Padahal semua hanyalah kenikmatan yang sedikit yang akan lenyap dalam waktu sekejap. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Dan juga Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan bahwa harta adalah ujian bagi kita umat beliau. Beliau bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِى الْمَالُ

Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, dan ujian umatku adalah harta. H.R at Tirmidzi, Imam Ahmad dan yang selainnya).

Ketahuilah bahwa ketika seorang hamba berlebihan mencintai harta maka dia BERUSAHA SANGAT KERAS UNTUK MENDAPATKAN HARTA. Lalu ketika merasa telah mencari harta dengan usaha keras atau banting tulang maka   SANGATLAH BERAT baginya untuk berinfak ataupun bersedekah. Bahkan ada yang  berkata : Masak, harta yang telah aku dapatkan dengan kerja keras lalu  aku berikan kepada orang lain dengan cuma cuma.

Dan memang Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. (Q.S al Fajr 20). 

Dan juga Allah berfirman :

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

Dan sesungguhnya dia  sangat bakhil karena cintanya kepada harta.  (Q.S al ‘Adiyaat 8).

Wallahu A'lam. (3.571).

Selasa, 03 Juni 2025

AMALAN SUNNAH BUKAN BEBAN TAPI ANUGERAH DARI ALLAH

 

AMALAN SUNNAH BUKAN BEBAN TAPI ANUGERAH DARI ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, dalam beribadah kepada Allah Ta'ala, diantaranya  kita mengenal bentuk ibadah  yang sifatnya WAJIB ATAU FARDHU dan  YANG TIDAK WAJIB ATAU SUNNAH.

Ibadah wajib seperti shalat fardhu lima kali sehari semalam dan puasa fardhu di bulan Ramadhan adalah ibadah yang dibebankan kepada kita yang telah baligh. Jika dilalaikan mendatangkan dosa dan berbagai keburukan.

Lalu bagaimana dengan ibadah sunnah atau yang tidak diwajibkan, dalam hal ini ada beberapa perkara, diantaranya adalah meskipun tidak wajib tetapi ada banyak saudara kita yang  bersemangat mengamalkannya seperti shalat rawatib, shalat dhuha, shalat lail. Dan juga puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, puasa ayyamulbidh dan ibadah umrah dan yang lainnya.

Menurut fiqih, ibadah sunnah jika tidak dilakukan TIDAK MENDATANGKAN DOSA TETAPI MENDATANGKAN KERUGIAN. Ketahuilah bahwa  sunnah menurut fiqih artinya tidak wajib.  

Selain itu ketahuilah bahwa IBADAH SUNNAH YANG DIAMALKAN  MENDATANGKAN PAHALA KEBAIKAN YANG BANYAK  dan sebagai penutup kekurangan ibadah wajib. Perkara ini dijelaskan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam, sebagaimana sabda beliau :


 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihkan oleh al Hafizh Abu Thahir).

Sungguh,  ibadah sunnah HAKIKATNYA BUKANLAH BEBAN TETAPI ADALAH TERMASUK ANUGERAH DARI ALLAH TA'ALA bagi hamba hamba-Nya yang menginginkan ridha-Nya dan yang sungguh sungguh ingin mendekatkan diri kepada-Nya.

Dan juga  bagi hamba hamba Allah yang berharap kebaikan dan tambahan pahala sebagai pemberat timbangan amal shalihnya  di ahirat kelak. Allah Ta'ala berfirman :

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ  فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ

Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang) Q.S al Qari’ah 6-7.

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah TETAP BERSEMANGAT MENGAMALKAN IBADAH IBADAH SUNNAH karena sungguh ibadah sunnah adalah termasuk anugerah serta kasih sayang Allah Ta'ala kepada hamba hamba-Nya agar mendapat banyak kebaikan bagi yang mengamakannya.

Wallahu A'lam. (3.570).

 

 

 

 

Senin, 02 Juni 2025

KEUNTUNGAN PALING BESAR MENDATANGI ORANG BERIMAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT

KEUNTUNGAN PALING BESAR MENDATANGI ORANG BERIMAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Sungguh BETUL BETUL SANGAT BERUNTUNG  orang orang yang dipilih Allah Ta'ala  menjadi ORANG ORANG YAG BERIMAN. Kemudian dengan landasan iman yang ada pada dirinya lalu melakukan amal shalih sesuai petunjuk syariat. 

Diantara keuntungan besar bahkan paling besar bagi orang orang beriman dan beramal shalih, diantaranya adalah :

Pertama :  Mendapat kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang beramal shalih, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Imam Ibnu Katsir berkata : Inilah janji dari Allah Ta’ala bagi orang yang mengerjakan amal shalih, yaitu amal yang mengikuti al Qur an dan as Sunnah, baik laki laki maupun wanita yang hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Amal yang diperintahkan itu telah disyariatkan dari sisi Allah, yaitu Dia akan memberinya kehidupan yang baik di dunia  dan memberikan balasan di akhirat kelak dengan balasan yang lebih baik dari pada apa yang telah dikerjakannya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang  surat  an Nahal 97 ini, Syaikh as Sa’di berkata : Firman Allah Ta’ala : “Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. Maksudnya : Dengan memberikan KETENANGAN HATI DAN KETENTERAMAN JIWA serta tidak menoleh kepada objek yang mengganggu hatinya dan Allah Ta’la memberinya rizki yang halal dari arah yang tak disangka sangka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kedua : Mendapat surga dan kekal di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman : 

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalih bahwa untuk mereka (disediakan) surga surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai. 

Setiap kali mereka diberi rizki buah buahan dari surga mereka berkata, inilah rizki yang diberikan kepada kami dahulu. Mereka telah diberi (buah buahan) yang serupa. Dan disana mereka (memperoleh) pasangan pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.  (Q.S al Baqarah 25).

Ketiga : Dosa dihapus dan diberi balasan terbaik. Allah Ta'ala berfirman :

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَحْسَنَ الَّذِيْ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Dan orang-orang yang beriman dan beramal shalih pasti akan Kami hapus dosa-dosanya, dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang terbaik dari apa yang selama ini mereka kerjakan. (Q.S al Ankabut 7).

Keempat : Mendapat tempat tinggal yang mulia di surga

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ نِعْمَ اَجْرُ الْعٰمِلِيْنَۖ

Orang-orang yang beriman dan beramal shalih benar-benar akan Kami tempatkan mereka pada tempat tinggal yang mulia di dalam surga. Mengalir di bawahnya sungai-sungai (dan) mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal (shalih). Q.S al Ankabut 58.

Oleh karena itu hamba hamba Allah mestilah menjaga iman agar tetap berada dalam dirinya dan senantiasa melakukan amal shalih sebagaimana yang disyariatkan.

Wallahu A'lam. (3.569).

  

Jumat, 30 Mei 2025

DAPAT PREDIKAT MULIA KARENA SUKA MEMAAFKAN

 

DAPAT PREDIKAT MULIA KARENA SUKA MEMAAFKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya, jika seseorang diperlakukan buruk atau dizhalimi dia boleh membalas dengan yang setimpal yaitu sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :


وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam memberi kabar gembira bagi orang yang memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadanya yaitu sebagaimana sabda beliau : 

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ

Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan (rumah) di surga, hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya (H.R ath Thabrani).

Sungguh, Allah Ta'ala memerintahkan hamba hamba-Nya untuk menjadi hamba yang pemaaf sebagaimana firman-Nya : 

خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ 

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Q.S al A'raf 199).

Memaafkan kesalahan orang lain yang berbuat zhalim sungguh amatlah berat bagi sebagian orang. Kebanyakan orang jika dizhalimi cenderung untuk membalas.

Tetapi ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak kebaikan akan mendatangi orang yang suka memaafkan. Diantaranya adalah bahwa orang yang suka memaafkan akan memperoleh predikat  mulia. Ini adalah sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِࣖ 

Dan barangsiapa yang bersabar dan memaafkan sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan mulia. (Q.S asy Syuura 43).

Dari  Abu Hurairah,  dia berkata bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan SEMAKIN MEMBUATNYA MULIA. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya derajatnya. (H.R Imam  Muslim).

Sungguh ayat dan hadits diatas merupakan kabar gembira bagi orang orang yang suka memaafkan yaitu berupa janji Allah dan Rasul-Nya bahwa orang yang suka memaafkan akan memperoleh sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya yaitu predikat mulia. Kemuliaan di sisi Allah  kemulian di sisi manusia. Kemuliaan di dunia dan kemuliaan di akhirat.

Wallahu A'lam. (3.568)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 29 Mei 2025

HATI YANG KERAS OBATI DENGAN BANYAK BERDZIKIR

 

HATI YANG KERAS OBATI DENGAN BANYAK BERDZIKIR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu kewajiban paling penting orang beriman  terhadap Rabb-nya adalah selalu mengingat-Nya atau berdzikir kepada-Nya dalam setiap keadaan. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(Orang yang berakal yaitu) orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (seraya mereka berkata) : Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S Ali Imran 191).

Dan juga Allah Ta'ala berfirman : 

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Maka ingatlah kepada-Ku, Akupun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (Q.S al Baqarah 152)

Syaikh as Sa’di berkata : (Ayat ini menjelaskan tentang) : Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk mengingat-Nya dan menjanjikan baginya sebaik baik balasan yaitu bahwa Allah akan mengingatnya pula yaitu bagi orang yang mengingat-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman

Ketahuilah bahwa salah satu keutamaan   dzikir adalah untuk membersihkan hati dari kelalaian, kealpaan, hati menjadi tenteram dan menjadi obat bagi hati yang keras. Suatu waktu ada yang mengadu kepada Imam Hasan al Bashri : Wahai Abu Sa’id (kun-yah Imam Hasan al Bashri, pen.) Hatiku keras, bagaimana obatnya ? Beliau menjawab obatlah dengan dzikir kepada Allah.

Imam Hasan al Basri juga berkata : Carilah kelezatan dalam tiga perkara, didalam shalat, dalam dzikir dan membaca al Qur an. Jika kalian tidak mendapati (kelezatan dalam tiga hal ini, pen.) maka ketahuilah bahwa pintu kelezatan telah tertutup (Madarijus Saalikin).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Sesungguhnya dalam qabu itu ada sifat keras. Tidak ada yang bisa melunakkan hati yang keras itu kecuali berdzikir kepada Allah Ta'ala.

Itu sebabnya seseseorang semestinya berusaha mengobati kekerasan hatinya dengan berdzikir kepada Allah. (Wabilush Shayyib).

Wallahu A'lam. (3.567)

Rabu, 28 Mei 2025

TIDAK DIANJURKAN MEMOHON PANJANG UMUR SECARA MUTLAK

 

TIDAK DIANJURKAN MEMOHON PANJANG UMUR SECARA MUTLAK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Umur panjang yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada sebagian orang  beriman  merupakan salah satu nikmat yang  besar baginya. Lalu dia manfaatkan untuk menjadi manusia terbaik yaitu panjang umurnya dan baik amalnya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : 

 عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik ?. Beliau menjawab : Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.

Dia bertanya lagi, lalu siapakah orang yang terburuk ?. Beliau menjawab : Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya. (H.R Imam  Ahmad, at Tirmidzi dan al Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Lalu bolehkan seseorang berdoa memohon dipanjangkan umurnya ?. Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Tidak sepantasnya seseorang mengatakan (mendo’akan) panjangnya hidup secara mutlak. Sebab, panjang umur bisa jadi baik, bisa jadi pula buruk. Manusia yang terburuk ialah yang usianya panjang, tetapi amalannya buruk.

 

Namun demikian, jika seseorang menyatakan, ‘semoga Allah memanjangkan hidupmu di atas ketaatan kepada-Nya..’ atau yang semisal itu, maka ini tidak mengapa. (Majmu’ Fatawa wa Rasail).

 

Oleh karena itu hamba hamba Allah boleh berdoa memohon panjang umur tidak secara mutlak tetapi MEMOHON PANJANG UMUR DALAM KETAATAN, MEMOHON PANJANG UMUR YANG BERKAH dan yang lainnya.

Selain itu ketahuilah bahwa ada beberapa jalan untuk mendapatkan umur yang panjang baik secara fisik maupun secara maknawi yaitu berkah umur, diantaranya adalah :

Pertama : Menjaga ketaatan dan menjauhi maksiat.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : Di antara dampak maksiat adalah memperpendek umur dan menghilangkan keberkahannya. Sebagaimana kebaikan dapat menambah umur, keburukan justru memperpendeknya. (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’). 

Kedua : Berbakti kepada orang tua

Berbakti kepada orang tua adalah amalan mulia yang mendatangkan berkah panjang umur. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barang siapa yang ingin umurnya dipanjangkan dan rezekinya diluaskan, maka hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menjalin silaturahim dengan kerabatnya. (H.R Imam Ahmad).

Ketiga: Menyambung silaturahim.

Menyambung tali silaturahim (menyambung hubungan keluarga yang terputus) merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dan sangat bermanfaat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahim. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim).

Walllahu A'lam. (3.566).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 26 Mei 2025

TIDAK DIANJURKAN BERDOA MEMINTA KEMATIAN

 

TIDAK DIANJURKAN BERDOA MEMINTA KEMATIAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika berbagai keadaan yang tidak menyenangkan mendatangi seseorang seperti sakit yang berkepanjangan, kemiskinan yang amat sangat  dan yang lainnya  maka terkadang timbul keinginan untuk berdoa meminta kematian.

Ketahuilah bahwa ketika seseorang meminta kematiannya disegerakan tersebab berbagai musibah berupa ujian berat terhadap dirinya maka dalam hal ini paling tidak ada dua perkara yang tercela : (1) Tidak mampu bersabar. (2) Tidak mau menerima  takdir yang telah ditetapkan Allah bagi dirinya.

Oleh karena itu bersabarlah dan terimalah takdir atau ketetapan Allah Ta'ala. Sungguh doa mengharap kematian DILARANG OLEH RASULULLAH SALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM SEBAGAIMANA SABDA BELIAU :

وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ المَوْتَ: إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ

 

Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang baik, semoga saja bisa menambah amal kebaikannya. Dan jika dia orang yang buruk (akhlaknya), semoga bisa menjadikannya bertaubat. (H.R Imam Bukhari).


Dan juga satu hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda : 

 

لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمُ المَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي

Janganlah salah seorang kamu menginginkan kematian disebabkan dia tertimpa bencana. Andaipun ia tetap berkeinginan maka hendaklah ia mengucapkan :  Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan itu baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku. (H.R Imam Muslim).

Syaikh as Sa’di, menjelaskan hadits dari Anas bin Malik : Ini adalah larangan terhadap keinginan seseorang untuk mati disebabkan tertimpa bencana seperti penyakit, kemiskinan, rasa takut, terjerumus dalam kesulitan dan yang lainnya, karena dalam keinginan untuk mati itu terkandung beberapa keburukan, diantaranya adalah :  

Pertama : Ia telah mengizinkan sikap marah dan keluh kesah menguasai dirinya. Padahal ia diperintahkan untuk bersabar dan melaksanakan segala kewajibannya. Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan keinginan untuk mati itu ia telah menghapus sikap sabarnya.

Kedua : Menyebabkan lemahnya jiwa, menjadi malas dan jatuh ke dalam keputus asaan. Manusia dituntut untu melawan segala masalah ini bahkan ia mesti berusaha untuk menguasai segala permasalahannya sesuai dengan kemampuannya.

Ia mesti memiliki ketabahan hati dan semangat yang kuat untuk mengatasi segala hal yang sedang ia hadapi. Hal itu menuntut dua hal :  (1) Kelembutan Illahi yang diberikan kepada orang yang melaksanakan segala sebab dan usaha yang diperintahkan (2) Usaha yang bermanfaat yang dapat menimbulkan ketabahan hati dan pengharapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketiga : Keinginan untuk mati adalah sikap bodoh dan konyol. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian. Justru ia berpindah dari suatu kemudharatan menuju keburukan yang (bisa jadi) jauh lebih parah, seperti adzab dan siksa di alam kubur.

Keempat : Sesungguhnya kematian akan memutuskan segala perbuatan baik seorang hamba karena hanya dengan hiduplah ia dapat melakukan kebaikan. Sisa usia seorang mukmin tidak akan ada nilainya jika ia menginginkan terputusnya perbuatan baik, pada hal perbuatan baik yang sebesar biji sawi jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Intinya adalah ia mesti sabar terhadap musibah yang menimpanya karena sesungguhnya Allah melimpahkan balasan yang tidak terhitung kepada orang orang yang sabar.

Oleh sebab itulah disebutkan pada akhir hadits dari Anas diatas : “Andaipun seorang itu tetap berkeinginan mengharapkan kematian maka hendaklah ia mengucapkan : Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan baik bagiku dan matikanlah aku jika kebaikan itu lebih baik untukku. Jadi seorang hamba melimpahkan segala urusannya kepada Allah Ta’ala yang mengetahui segala apa yang terbaik untuk hamba-Nya, sedangkan hamba itu tidak mengetahuinya.

Allah menginginkan suatu kebaikan untuk hamba-Nya  sedangkan hamba itu tidak menginginkannya. Sungguh Allah Ta’ala bersikap Mahalembut dengan segala ujian dan cobaan-Nya sebagaimana Dia Mahalembut dengan segala nikmat-Nya. (Bahjat Qulub al Abrar).

Wallahu A'lam. (3.565)