Senin, 13 Mei 2024

AGAR BISA PUASA SUNNAH SECARA KONTINYU

 

AGAR BISA PUASA SUNNAH SECARA KONTINYU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sangat banyak saudara kita yang ingin melakukan puasa sunah dengan terus menerus dan langgeng. Tetapi ada juga yang tidak berhasil melakukannya karena berbagai sebab.

Ketahuilah bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar SENANTIASA BISA MELAKUKAN PUASA SUNNAH, Diantaranya adalah :

Pertama : Ber-azzam atau berniat yang sungguh sungguh MENTAATI PERINTAH Allah dan Rasul-Nya termasuk melaksanakan puasa sunnah. Jika seorang hamba bersungguh sungguh taat kepada Allah Ta’ala maka mereka akan bersama sama dengan orang orang yang diberi nikmat. yaitu sebagaimana firman-Nya : 

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) maka mereka itu akan bersama sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah (yaitu) para Nabi, para pencinta kebenaran, orang orang yang mati syahid dan orang orang yang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik baiknya. (Q.S an Nisa’ 69).

Diantara nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba hamba-Nya adalah merasa TAK BERAT DALAM BERIBADAH TERMASUK MELAKSANAKAN PUASA SUNNAH.

Sungguh Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa orang yang taat akan mendapat kemenangan sebagaimana firman-Nya : 

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

Dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya mereka itulah ORANG ORANG YANG MENDAPAT KEMENANGAN. (Q.S an Nuur 52).

Ketahuilah bahwa melaksanakan puasa sunnah disamping puasa wajib adalah bagian dari KETAATAN KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA sehingga orang orang beriman SUNGGUH MERASA RUGI jika tak mengamalkan sesuai kemampuannya.

Kedua : Diantara cara agar orang orang beriman senantiasa melaksanakan puasa sunnah adalah DENGAN BELAJAR ILMU. Ketika ilmu telah ada pada dirinya termasuk ilmu tentang keutamaan dan kebaikan kebaikan dalam melaksanakan puasa sunnah maka akan menjadi ringan baginya untuk mengamalkan ibadah yang di sunahkan ini. Ilmu tentang keutamaan puasa sunnah yang sudah diketahui tentulah AKAN MEMBERI MOTIVASI KUAT untuk mengamalkannya.

Ketiga : Bagi sebagian orang, mengamalkan puasa sunnah terasa berat karena tak terbiasa. Oleh karena itu pada tahap tahap awal haruslah memaksa diri untuk melakukan berbagai ketaatan. Ketika suatu ketaatan telah TERBIASA DIAMALKAN maka semua menjadi TAK TERASA BERAT insya Allah.

Melaksanakan puasa sunnah mungkin bagi sebagian orang  terasa berat karena harus menahan makan dan minum selama lebih kurang 14 jam. Tetapi bagi orang orang yang sudah terbiasa insya Allah tak berat. 

Kesimpulannya adalah ketika seseorang : (1) Berazzam  sungguh sungguh serta ikhlas untuk mentaati apa yang disyariat. (2) Memiliki ilmu yang cukup tentang keutamaan melaksanakan amal amal shalih yang diperintahkan, dan (3) Membiasakan diri bahkan pada tahap awal MEMAKSA DIRI untuk melakukan ketaatan secara istiqamah, maka akhirnya tak berat untuk melakukan ibadah yang manapun  termasuk MENGAMALKAN PUASA PUASA SUNNAH.

Oleh karena itu mari kita pasang niat yang kuat, kita pelajari ilmunya dan kita biasakan mengamalkan ibadah  di syariatkan maka ibadah wajib dan ibadah sunnah bisa kita lakukan dengan tidak terasa berat dan kontinyu.

Sebagai penutup tulisan ini dinukil satu hadits dari Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu (terus  menerus dilakukan) walaupun itu sedikit. (H.R Imam Muslim).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (3.282)

 

Selasa, 07 Mei 2024

JIKA NIAT LURUS MENCARI AKHIRAT MAKA DUNIA DATANG MENGIKUTI

 

JIKA NIAT LURUS MENCARI AKHIRAT MAKA DUNIA DATANG MENGIKUTI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Allah Ta'ala menciptakan manusia adalah untuk beribadah, mengabdi dan menyembah kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Adz Dzariyat 56).

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa'di berkata : Inilah tujuan Allah Ta'ala menciptakan jin dan manusia. Dan Allah Ta'ala mengutus semua Rasul untuk tujuan tersebut. Tujuan tersebut MENYEMBAH ALLAH TA'ALA, yang mencakup : (1) Berilmu tentang Allah Ta'ala. (2) Mencintai-Nya. (3) Kembali kepada-Nya. (4) Menghadap kepada-Nya dan (5) Berpaling dari selain-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa sungguh ketika seorang hamba beribadah kepada Allah Ta'ala maka SALAH  SATU DARI DUA HAL PALING UTAMA YANG HARUS DIKEDEPANKAN ADALAH MELURUSKAN NIAT ATAU BERIBADAH DENGAN IKHLAS KARENA ALLAH TA'ALA. Diantara dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :

إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ

Sesungguhnya Kami menurunkan kitab (al Qur an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya (Q.S az Zumar 2).

Tetapi ketahuilah bahwa ketika seorang hamba beribadah dan melakukan berbagai kebaikan  mencari akhirat dengan niat yang lurus dan ikhlas kepada Allah maka pasti akan mendapat balasan kebaikan yang banyak bahkan berlipat ganda untuk akhiratnya.

Selain itu ketahuilah bahwa ketika seseorang melakukan amal shalih  dengan niat YANG LURUS DAN IKHLAS MAKA KEBAIKAN DUNIA SEGERA AKAN MENGIKUTINYA. Dalam perkara ini ada beberapa contoh :

Pertama : Tentang sehat fisik dengan berpuasa.

Para ahli kesehatan dimanapun sepertinya sepakat bahwa BERPUASA BISA MENDATANGKAN KESEHATAN FISIK. Nah, ketika seseorang berpuasa DENGAN NIAT IKHLAS maka akan mendatangkan kebaikan berupa pahala dari Allah Ta'ala. Salah satunya sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam ;

Sungguh amalan puasa seseorang akan menjadi penolongnya di akhirat kelak yaitu sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : 

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

 Amalan puasa dan amalan (bacaan) al Qur an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Amalan puasa akan berkata : Wahai Rabb-ku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya.

Dan amalan al Qur an  berkata pula : Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya. Beliau bersabda : Maka syafaat keduanya diperkenankan. (H.R Imam Ahmad, al Hakim dan ah Thabrani).

Selain sebagai ibadah yang mendatangkan kebaikan untuk akhiratnya maka sementara itu kesehatan fisik akan segera mendatanginya. Sungguh kesehatan fisik adalah salah satu kenikmatan dunia.

Kedua : Tentang berinfak dan bersedekah.

Berinfak dan bersedekah sangatlah dianjurkan dalam syariat Islam. Amalan ini memiliki nilai ibadah, pahala dan mendapat kebaikan yang banyak di akhirat. Diantaranya adalah mendapat naungan Allah pada hari Kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُـهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ.

“… Dan seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu ia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dan juga, sedekah seorang hamba akan melindunginya dari panasnya api neraka. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَلْيَفْعَلْ

Siapa di antara kalian yang mampu membentengi diri dari (panasnya) neraka walau dengan separoh butir kurma hendaknya ia lakukan. (H.R Imam Muslim).

Selain itu, ketahuilah saudaraku, ketika seseorang berinfak dan bersedekah dengan hati yang ikhlas maka akan muncul perasaan senang dalam dirinya, dadanya lapang dan lega karena telah bisa membantu orang lain yang membutuhkan.

Sungguh perasaan senang dan semuanya ini adalah salah satu  nikmat dari Allah Ta'ala yang mendatanginya di dunia. Bukankah setiap orang menginginkan perasaan senang, lega dalam kehidupannya di dunia ini.

Oleh karena itu hamba hamba Allah tetaplah bersemangat mencari akhirat dengan melakukan berbagai amal shalih dan kebaikan yang banyak.  Dengan demikian nikmat dunia akan segera datang tanpa perlu dikejar dan diburu buru.

Wallahu A'lam. (3.281).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selasa, 30 April 2024

ALLAH MENCIPTAKAN MAKHLUK DAN MENJAMIN RIZKINYA

 

ALLAH MENCIPTAKAN MAKHLUK DAN MENJAMIN RIZKINYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh seorang hamba tidaklah pantas untuk merasa khawatir sedikitpun dalam perkara rizki. Allah Mahakaya dan Maha Pemberi. Bukankah Allah Ta’ala telah menjamin rizki bagi makhluk makhluk-Nya. Bahkan semua telah tertulis di Lauh Mahfuzh. Allah Ta'ala berfirman : 

۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) dibumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). Q.S Hud 6.

Selain itu ketahuilah bahwa pada dasarnya untuk mendapatkan rizki yang telah ditetapkan itu maka hamba hamba Allah mestilah menempuh jalan jalan yang benar. Diantaranya adalah :

Pertama : Banyak memohon ampun. Allah Ta’ala berfirman :

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى

Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Rabb-mu dan bertaubat kepada-Nya. Niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. (Q.S Huud 3).

Allah Ta'ala berfirman :

فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا  يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا 

 وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا 

Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka : Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak harta dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)  untukmu sungai sungai. (Q.S Nuh 10-12).

Imam Ibnu Katsir berkata : Jika kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Allah Ta’ala dan mentaati-Nya niscaya kalian akan mendapatkan banyak nikmat (rizki). Akan diberi keberkahan hujan dari langit. Juga dari tanah dengan tumbuhnya berbagai tanaman, dilimpahkan air susu, dilapangkan harta serta dikaruniakan keturunan. 

Disamping itu Allah juga akan memberikan pada kalian kebun kebun dengan berbagai buah yang ditengah tengahnya akan dialirkan sungai sungai. (Tafsir al Qur an al ‘Azhim).

Kedua : Berinfak dan sedekah.

Diantara jalan untuk membuka pintu rizki adalah dengan berinfak dan bersedekah di jalan Allah. Allah Ta'ala berfiman : 

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan. (Q.S al Baqarah 245)

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab  bahwa (salah satu makna)  yang dimaksud dengan pinjaman yang baik adalah BERINFAK DI JALAN ALLAH. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Ketiga : Selalu bersyukur

Kewajiban bersyukur dengan rizki yang diberikan Allah Ta'ala yaitu dengan menggunakan nikmat rizki itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah serta mencari ridha-Nya. Allah Ta'ala berfirman :  

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah)  ketika Rabbmu memaklumkan sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti  Kami menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku amat pedih. (Q.S Ibrahim 7).

Syaikh as Sa'di berkata : Bersyukur hakikatnya pengakuan hati terhadap nikmat nikmat Allah dan memuji Allah karenanya. Serta mempergunakan nikmat (rizki) untuk mencari keridhaan Allah Ta'ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Wallahu A'lam. (3.280)

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 28 April 2024

ADA MANUSIA YANG DIPANGGIL OLEH NERAKA DAN DIRINDUKAN SURGA

 

ADA MANUSIA YANG DIPANGGIL OLEH NERAKA DAN DIRINDUKAN SURGA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh di negeri akhirat Allah Ta'ala hanya menyediakan dua tempat tinggal bagi manusia. Hanya dua, tidak ada tempat ketiga.  : (1) Yaitu neraka tempat yang amat sangat menyengsarakan. (2) Yaitu surga tempat yang amat sangat menyenangkan.

Ketahuilah bahwa ada orang yang dipanggil oleh neraka untuk mendatangi dan memasukinya. Selain itu ada pula orang dirindukan oleh surga yakni  yang ingin segera bertemu dengannya dan memasukinya. Lalu siapa mereka ?.

Pertama : Orang dipanggil oleh neraka. Allah Ta'ala berfirman :

كَلَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ نَزَّاعَةً لِلشَّوَىٰ تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّىٰ وَجَمَعَ فَأَوْعَىٰ

Sama sekali  tidak !. Sungguh neraka itu api yang bergejolak. Yang mengelupaskan kulit kepala. Yang MEMANGGIL ORANG YANG MEMBELAKANGI DAN BERPALING (dari agama). Dan orang yang mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya (tidak mau mengeluarkan untuk zakat, infak dan sedekah). Q.S al Ma'arij 15-18.

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa'di berkata : "Yang MEMANGGIL ORANG YANG MEMBELAKANGI DAN BERPALING (dari agama)", yakni, orang yang BERPALING UNTUK MENGIKUTI KEBENARAN dan tidak memiliki keinginan untuk ke sana (yaitu menuju kebenaran, peny.).

Mereka saling mengumpulkan harta satu sama lain. Dikumpulkan dan tidak diinfakkan yang seharusnya bisa bermanfaat baginya dan melindunginya dari siksa neraka. Neraka MENYERU ORANG ORANG SEPERTI ITU KEPADA DIRINYA serta siap untuk membakarnya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kedua : Orang yang dirindukan oleh surga.

Ketahuilah bahwa ternyata ada hamba hamba Allah yang beruntung. Mereka  dirindukan oleh surga. Lalu apa makna rindu ?. Dalam KBBI disebutkan salah satu makna rindu adalah : MEMILIKI KEINGINAN YANG KUAT UNTUK BERTEMU. Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan tentang amalan  orang orang yang dirindukan oleh surga yaitu  dalam sabda beliau :

الْجَنَّةُ مُشْتَاقَةٌ اِلَى أَرْبَعَةِ نَفَرٍ : تَالِى الْقُرْانِ, وَحَافِظِ اللِّسَانِ, وَمُطْعِمِ الْجِيْعَانِ, وَصَا ئِمٍ فِى شَهْرِ رَمَضَا

Surga merindukan empat golongan yaitu orang yang membaca Al Quran, menjaga lisan (ucapan), memberi makan orang lapar, dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

           

Dari zhahir hadits ini kita mengetahui empat golongan yang dirindukan surga yaitu :

(1) Orang yang senantiasa membaca al Qur an.

Sungguh sangatlah besar pahala yang disediakan Allah Ta’ala bagi orang orang yang mau membaca al Qur an. Yang masih terbata batapun ketika  membaca al Qur an dijanjikan dengan dua pahala, bukan satu, yaitu pahala karena mau membacanya dan pahala karena berat dan susahnya dalam membaca. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

الْمَاهِرُ بِالْقُرآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

Orang yang membaca al Qur an dengan mahir, akan bersama Malaikat yang mulia lagi taat dan yang membaca al Qur an dengan terbata bata dan merasa berat, maka ia mendapat dua pahala. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dan ternyata satu keutamaan besar diperoleh orang yang senantiasa membaca al Qur an yaitu dirindukan oleh surga.

(2) Orang yang senantiasa menjaga lisan.

Salah satu golongan yang dirindukan oleh surga adalah yang senantiasa menjaga lisannya. Ingatlah bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah memberi wasiat atau bimbingan kepada orang orang beriman tentang memelihara dan menjaga lisan, diantaranya adalah sabda beliau :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).

Ketahuilah  bahwa BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM bukanlah sekedar masalah etika berbicara tapi terkait dengan iman. Lihatlah lafazh hadits ini : “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir”, bukankah ini tentang iman ?.

Umar bin Khaththab yang memberi nasehat tentang memelihara dan menjaga lisan. Beliau berkata : Semoga Allah merakhmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah)

(3) Suka memberi makan orang yang lapar.

Memberi makan orang yang lapar atau dengan kata lain memberikan sebagian harta kepada orang yang kekurangan adalah suatu perbuatan sangat dianjurkan.

Bukankah dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan  tentang seseorang yang memberi minum kepada anjing yang kehausan lalu Allah Ta'ala berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya. Apalagi memberi makan orang yang lapar tentulah Allah lebih ridha dan SURGA MERINDUKANNYA.

(4) Orang yang senantiasa berpuasa di bulan Ramadhan.

Allah Ta'ala mewajibkan orang orang beriman untuk berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Ibadah ini hakikatnya tidaklah ringan karena tidak makan dan minum serta menjaga hal hal yang membatalkannya selama lebih kurang 14 jam.

Tetapi Allah Ta'ala memberikan balasan dengan keutamaan yang banyak diantaranya  diampuni dosanya yang telah lalu.  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.  (H.R Imam Bukhari  dan Imam  Muslim dari Abu Hurairah).

Nah, ternyata puasa fardhu ini juga mendatangkan rasa rindu surga kepada orang yang mengamalkannya. Sungguh, surga ingin segera bertemu dengannya. Bahkan di surga ada satu pintu bernama ar raiyan yang disediakan khusus untuk dimasuki orang orang yang berpuasa yaitu sebagaimana disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Wallahu A'lam. (3.279)

 

  

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

Senin, 22 April 2024

SUNGGUH BERUNTUNG JIKA HARTA SEGERA DIKIRIM KE AKHIRAT

 

SUNGGUH BERUNTUNG JIKA HARTA SEGERA DIKIRIM KE AKHIRAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika hidup di dunia, maka orang orang beriman sangat dianjurkan mengirimkan harta ke negeri akhirat yaitu dengan cara membelanjakannya di jalan Allah. Inilah orang yang sangat beruntung karena bisa menikmati manfaat hartanya di akhirat kelak. Bahkan Allah Ta'ala akan memberi balasan berlipat ganda. Allah Ta'ala berfirman : 

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.(Q.S al Baqarah 261).

Ketahuilah bahwa ketika seseorang mengharapkan balasan berlipat ganda dari harta yang diinfakan atau dikirim ke akhirat sebagai bekal baginya, maka ada beberapa hal yang sangat baik diperhatikan :

Pertama : Sangat dianjurkan agar harta itu dikirim ke akhirat melalui infak, sedekah dan hibah  di jalan Allah, sebelum seseorang wafat. Allah berfirman : 

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu SEBELUM KEMATIAN DATANG kepada salah seorang diantara kamu, lalu dia berkata (menyesali) : Ya Rabb-ku sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang orang yang shalih.  (Q.S al Munafiqun 10)

Kedua : Diinfakkan dengan ikhlas, tidak menyebut nyebut dan tidak menyakiti perasaan penerima. Allah Ta’ala berfirman : 

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَآ أَنفَقُوا۟ مَنًّا وَلَآ أَذًى ۙ لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima) mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.  (Q.S al Baqarah 262)

Ketiga : Harus dari hasil kerja atau usaha yang baik dan halal.

Ketahuilah bahwa hanya berinfak dengan harta yang baik yang akan benilai di sisi Allah dengan berlipat ganda.

(1) Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Thayyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang Thayyib. (H.R Imam Muslim).

(2) Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

لاَ يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلاَّ أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوصَهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ

Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir kurma DARI HASIL KERJA YANG HALAL yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana seseorang membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu.  (H.R Imam Muslim)


Sebagai penutup tulisan ini, dinukil satu hadits tentang   ahli sedekah bahwa mereka akan dipanggil untuk masuk surga dari pintu khusus. Yakni Baab Ash Shadaqah. Pintu sedekah.

وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ

Barangsiapa yang termasuk ahli sedekah, niscaya ia dipanggil (masuk surga) dari pintu sedekah. (H.R Imam Bukhari).

Wallahu A'lam. (3.278)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 21 April 2024

TIGA TANDA ORANG BODOH MENURUT ABU DARDA'

 

TIGA TANDA ORANG BODOH MENURUT ABU DARDA'

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya, tidak ada diantara kita yang mau disebut sebagai orang bodoh apalagi menjadi orang yang memang bodoh. Tetapi terkadang kita terjatuh kepada keadaan seperti orang bodoh karena melakukan sesuatu perbuatan bodoh.

Lalu apa tanda orang bodoh ?, Abu Darda' seorang sahabat menyebutkan beberapa tanda orang bodoh, beliau berkata : Tanda orang bodoh itu ada tiga : (1) Ujub atau bangga diri. (2) Banyak berbicara yang tidak bermanfaat. (3) Melarang orang lain melakukan sesuatu perbuatan, tetapi dia sendiri melakukannya. (Uyunu al Akhbar, Ibnu Qutaibah).

Sungguh, kita bisa mengambil banyak manfaat dengan mencoba merenungkan dan mendalami  perkara ini,  diantaranya adalah :

Pertama : Tentang ujub atau bangga diri.

Ujub atau bangga diri adalah salah satu sifat tercela yang harus dijauhi dan tak pantas dipelihara oleh orang orang beriman. Sungguh orang yang cerdas selalu menghindar dari sifat ini karena banyak keburukannya. Diantaranya adalah  sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan UJUBNYA SESEORANG TERHADAP DIRINYA SENDIRI.  (H.R at Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Dan juga beliau  bersabda :

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ

Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) UJUB !, UJUB !. (H.R al Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Kedua : Tentang banyak berbicara yang tidak bermanfaat.

Ketika seorang hamba meninggalkan sesuatu yang tidak berguna, tak bermanfaat baik dalam BERBICARA MAUPUN BERBUAT maka jadilah dia termasuk HAMBA YANG BAIK KEISLAMANNYA. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :     

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ».

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Salalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : Di antara baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu YANG TIDAK BERMANFAAT BAGINYA. (H.R at Tirmidzi dan yang selainnya, hadits Hasan).

Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad berkata : Makna hadits ini adalah seorang muslim itu meninggalkan parkara yang tidak penting baginya dalam urusan agama dan dunia. Baik berupa ucapan maupun perbuatan. Artinya dia harus berusaha keras melakukan perkara yang bermanfaat baginya dalam semua itu. (Syarah Arba’in an Nawawiyah).

Ketiga : Tentang melarang orang lain tetapi dia sendiri melakukan.

Melarang atau memberi nasehat kepada orang ain untuk tidak melakukan sesuatu tetapi dia sendiri melakukan. Sungguh ini adalah perbuatan tercela dalam syariat Islam.  Allah Ta’ala memberikan peringatan keras kepada orang orang yang BERKATA TAPI TAK MENGAMALKANNYA.  Ini dijelaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya, diantaranya  :    

Pertama : Dalam surat ayat ash Shaff ayat 2-3 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman !. Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ?. (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan

Kedua : Dalam surat al Baqarah ayat 44.

Allah Ta’ala berfirman :  

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri pada hal kamu membaca Kitab. Tidakkah kamu berakal (mengerti) ?.

Syaikh as Sa’di berkata : Bahwa akal menganjurkan kepada pemiliknya untuk menjadi orang yang pertama  melakukan apa yang diperintahkan dan orang yang meninggalkan apa yang dilarang. Jadi barangsiapa yang memerintahkan orang lain kepada kebaikan lalu dia tidak melakukannya atau melarang dari kemungkaran namun dia tidak meninggalkannya maka hal itu menunjukkan TIDAK ADANYA AKAL PADANYA DAN (YANG ADA ADALAH) KEBODOHANNYA. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)    

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (3.277)