Sabtu, 18 Oktober 2025

SALAH MEMILIH TEMAN AKRAB MENYESAL DI AKHIRAT

 

SALAH MEMILIH TEMAN AKRAB MENYESAL DI AKHIRAT

 Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang butuh kebersamaan dan pertemanan dengan orang banyak. Dan hakikatnya setiap orang boleh BERTEMAN dengan siapa saja tetapi untuk BERTEMAN AKRAB mesti memilih dan memilah.

Dalam perkara ini, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan, beliau bersabda : 

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Seseorang itu menurut agama teman akrabnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman akrabnya. (H.R Abu Daud dan at Tirmidzidishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah)

Abu Sulaiman al Khatthabi berkata : Maksud dari sabda Nabi : “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya”, adalah jangan engkau bersahabat dekat kecuali dengan orang yang engkau ridhai agama dan amanahnya. Sungguh jika engkau berteman karib dengannya dia akan membimbingmu kepada agama dan pendapatnya (yang lurus).

Oleh karena itu janganlah engkau membahayakan agamamu juga dirimu dengan bersahabat atau berteman akrab dengan orang yang tidak diridhai dalam agama dan madzhab atau pendapatnya. (al Ibanah, Ibnu Bathal)

Ketahuilah bahwa ketika seseorang salah memilih teman akrab di dunia maka  di akhirat kelak akan datang penyesalan. Allah Ta’ala berfirman : 

وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلًا

يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata : Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (Q.S al Furqan 27-29)

Para ulama menjelaskan bahwa : Menggigit dua tangan maknanya adalah menyesali perbuatannya. Sedangkan si Fulan yang dimaksud adalah  syaithan (jenis jin) atau manusia yang telah menyesatkannya ketika berada di dunia.

Oleh karena itu telitilah siapa saja teman akrabmu saat ini. Jangan sampai menyesal di akhirat, yaitu penyesalan yang sudah tidak berguna. Periksalah kembali siapa saja teman akrabmu saat ini. Pertimbangkanlah dua perkara berikut ini :

(1) Apakah orang orang yang mengajak kepada jalan Allah, senang belajar ilmu, baik ibadahnya. Teman akrab yang seperti ini peliharalah pertemanan itu dengan baik dan sabar. Bermohonlah kepada Allah agar engkau diberi pula taufik untuk mengamalkan pula kebaikan dan keutamaannya. 

(2) Jika  teman akrabmu adalah orang orang yang suka hura hura, jarang mengingat Allah serta tak jelas ibadahnya maka jangan dimusuhi.  Beri nasehat dan doakan kebaikan baginya. Sekiranya tak ada perubahan kepada kebaikan maka dianjurkan BERHENTI BERSAHABAT KARIB DENGAN MEREKA.  

Wallahu A'lam. (3.609).

Selasa, 14 Oktober 2025

HAMBA ALLAH BERUSAHA SUNGGUH SUNGGUH MENJADI ORANG SHALIH

 

HAMBA ALLAH BERUSAHA SUNGGUH SUNGGUH MENJADI ORANG SHALIH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu doa yang terus menerus dibaca oleh hamba hamba Allah dalam shalatnya yaitu :

  ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّين

Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan ORANG ORANG YANG TELAH ENGKAU BERI NIKMAT KEPADANYA. Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S al Fatihah 6-7).

Ketahuilah bahwa orang orang yang telah diberi nikmat diantaranya disebutkan dalam dalam firman Allah Ta'ala :

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S an Nisa' 69).

Satu diantara golongan yang mendapat nikmat dalam ayat ini adalah ORANG ORANG SHALIH. Kita yang hidup di zaman  bisa berusaha dengan sungguh sungguh menjadi orang yang shalih yaitu  ORANG YANG AKAN MENDAPAT NIKMAT ALLAH TA'ALA sebagaimana dimaksud dalam surat an Nisa' 69 diatas.

Tentang sifat orang shalih disebutkan oleh Syaikh as Sa'di : Orang orang shalih yaitu orang yang baik lahir dan bathin mereka dan baik pula perbuatan mereka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala menjelaskan bahwa ORANG ORANG BERIMAN DAN MENGERJAKAN KEBAJIKAN akan dimasukkan kedalam golongan orang shalih yaitu sebagaimanan firman-Nya :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang shalih. (Q.S al Ankabut 9).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah terus menerus berusaha menjadi orang shalih. Sungguh, Allah Ta'ala menjelaskan sifat  dan ciri-ciri keshalihan seorang hamba. Allah Ta'ala berfirman :

لَيْسُوا۟ سَوَآءً ۗ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ

يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَأُو۟لَٰٓئِكَ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Mereka itu tidak sama, di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat).Mereka beriman kepada Allah di hari penghabisan. Mereka menyeru yang makruf dan mencegah yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang shalih. (Q.S Ali-Imran 113 -114).

Syaikh as Sa'di berkata : Tetapi di antara mereka ada yang beriman dan ada yang berdosa. Oleh karena itu, Allah berfirman : (di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus) yaitu mereka yang melaksanakan perintah Allah, taat kepada hukum-Nya, dan mengikuti nabi-Nya.

Maka mereka adalah orang yang lurus, yaitu lurus. (mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga (bersujud) yaitu mereka bangun di waktu malam dan memperbanyak tahajud, membaca al Qur an dalam shalat mereka (Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan, mereka itu termasuk orang-orang yang shalih. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu ketahuilah bahwa untuk orang beriman dan beramal shalih disediakan surga Firdaus yaitu surga tertinggi. Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (Q.S al Kahfi 107).

Wallahu A'lam. (3.608).

 

     

 

 

 

 

Jumat, 10 Oktober 2025

HAMBA ALLAH HARUSLAH SELALU BERKATA YANG BAIK

 

HAMBA ALLAH HARUSLAH SELALU BERKATA YANG BAIK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Alhamdulillah, nikmat  salah satu nikmat yang besar diberikan Allah Ta'ala adalah lisan yaitu bisa berbicara dengan sempurna dan dipahami oleh orang lain. Sungguh, kita tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan kehidupan kita jika tidak memilki nikmat berbicara.

Ketahuilah bahwa sifat satu nikmat baik yang besar maupun nikmat yang kecil mstilah digunakan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Oleh karena  nikmat berbicara harus digunakan untuk mengatakan atau menyebut sesuatu yang Allah ridha. Dalam perkara ini, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah memberikan tuntunan yang jelas dalam sabda beliau :


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).

Dari hadits ini, pertama sekali ada faedah yang bisa diambil, diantaranya bahwa BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM bukanlah sekedar masalah adab berbicara tetapi terkait dengan iman.

 Tentang hadits ini, Imam an Nawawi (wafat  676 H), beliau berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut  benar benar baik dan berpahala, baik  dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan dia mengatakannya.

Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu  tampak samar baginya  antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. (Syarah Shahih Muslim).

Selain itu ketahuilah bahwa sangat dianjurkan berbicara yang baik yaitu ketika berhadapan dengan orang lain dan tentu juga menjaga sesuatu yang baik dalam tulisan. 

Tentang diam, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberi nasehat, beliau berkata : Diamnya seseorang (secara total, peny.) dengan tanpa membaca al Qur an, berdzikir atau berdoa bukanlah ibadah dan bukan termasuk yang diperintahkan.

Bahkan yang demikian itu bisa menjadi celah masuknya perasaan was was/ Maka menyibkkan diri dengan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla lebih baik daripada diam. (Majmu' Fatawa).

Sebagai penutup tulisan ini dinukil satu hadits tentang bisa datang bahaya yang mengerikan  jika seseorang tidak menjaga lisan dengan berkata yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ

Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya. (H.R at Tirmidzi, beliau berkata, hadits ini hasan gharib).

 Wallahu A'lam. (3.607).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 04 Oktober 2025

SANGAT BANYAK JALAN UNTUK MEMBUKA PINTU RIZKI

 

SANGAT BANYAK JALAN UNTUK MEMBUKA PINTU RIZKI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Allah Ta'ala Yang Maha Pemurah  membuka pintu rizki yang sangat banyak bagi hamba hamba-Nya, diantarannya adalah :

Pertama : Banyak memohon ampun atau beristighfar

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا 

وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak harta dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)  untukmu sungai sungai. (Q.S Nuh 10-12).

Imam Ibnu Katsir berkata : Jika kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Allah Ta’ala dan mentaati-Nya niscaya kalian akan mendapatkan banyak nikmat (rizki). Akan diberi keberkahan hujan dari langit. Juga dari tanah dengan tumbuhnya berbagai tanaman, dilimpahkan air susu, dilapangkan harta serta dikaruniakan keturunan. 

Disamping itu Allah juga akan memberikan pada kalian kebun kebun dengan berbagai buah yang ditengah tengahnya akan dialirkan sungai sungai. (Tafsir al Qur an al ‘Azhim).

Tentang ayat ini pula, Syaikh as Sa’di berkata : Tinggalkanlah dosa, beristighfarlah kepada Allah atas dosa dosa yang kalian perbuat. Sungguh Allah itu Maha Pengampun. Dosa yang begitu banyak akan diampuni oleh Allah Ta’ala. Maka hendaklah mereka segera memohon ampun kepada Allah (untuk) meraih pahala dan hilanglah musibah.

Allah pun akan memberikan karunia  yang disegerakan di dunia dengan istighfar tersebut. Yaitu akan diturunkan hujan dengan deras dari langit, juga akan dikaruniai harta dan anak anak yang diharapkan. Begitu pula akan diberi karunia kebun dan sungai di antara kelezatan dunia. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

 Kedua: Memelihara silaturahim

Silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat yang ada pertalian nasab dan pernah putus atau terus menjalin yang telah selama ini ada. Dalam satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Imam Nawawi berkata : Dilapangkan rizki adalah diluaskan atau diperbanyak rizkinya. Juga bisa maksudnya adalah Allah berkahi rizkinya. (Syarh Shahih Muslim).

Ketiga: Memperbanyak infak dan sedekah. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Katakanlah : Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (Q.S Saba’ 39).

Dan juga satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Sedekah tidaklah mengurangi harta. (H.R Imam Muslim).

Tentang makna hadits  sebagaimana  dijelaskan oleh Imam Yahya bin Syarf an Nawawi rahimahullah terdapat dua penafsiran :

(1) Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Secara inderawi dan realita bisa dirasakan.

(2) Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak. (Syarh Shahih Muslim).

Keempat : Bertakwa kepada Allah Ta'ala.  Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (Q.S ath Thalaq 2-3).

Kelima : Melakukan ibadah haji dan umrah. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas dan perak. (H.R an Nasai, at Tirmidzi dan Imam Ahmad, hadits Hasan).

Wallahu A'lam. (3.606).

Rabu, 01 Oktober 2025

HAMBA ALLAH TIDAK DI ADZAB JIKA BANYAK MEMOHON AMPUN

 

HAMBA ALLAH TIDAK DI ADZAB JIKA BANYAK MEMOHON AMPUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, hamba hamba Allah amat sangat takutnya kepada adzab Allah. Adzab itu bisa datang di dunia, alam barzakh atau kubur dan di alam akhirat. Oleh karena itu hamba hamba Allah berusaha melakukan amal shalih karena amal shalih selain mendatangkan pahala juga sebagai penghapus dosa. Allah Ta’ala berfirman :  

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّـَٔاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ ٱلَّذِى كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Dan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri  balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (Q.S al Ankabut 7).

Tetapi ketahuilah bahwa kita adalah makhluk yang lemah sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala : 

وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

Manusia diciptakan (bersifat) lemah. (Q.S an Nisa’ 28).

Syaikh as Sa'di berkata : Jadi sungguh manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman).

Dengan keadaannya yang lemah termasuk lemah iman dan kesabaran maka mudah terjatuh kepada keburukan dan dosa. Apalagi manusia itu memiliki hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan dan juga ada syaithan yang selalu berusaha untuk mengelincirkan kepada maksiat dan dosa.

Nah, ketika seseorang  jatuh atau tergelincir kepada dosa maka yang paling utama untuk dikedepankan adalah memohon ampun dan bertaubat. Sungguh, Allah Ta'ala Maha Pengampun.

Selain itu, ketahuilah bahwa hakikatnya kewajiban memohon ampun adalah setiap saat tanpa dibatasi. Tetapi  ada kesempatan yang sangat dianjurkan untuk memohon ampun yaitu di sepertiga malam terakhir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman : Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa sungguh Allah Ta’ala tidak mengadzab hamba hamba yang selalu beristighfar.  yaitu sebagaimana firman-Nya :

 وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka sedang mereka (masih) memohon ampunan. (Q.S al Anfaal 33). 

Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah pencegah adzab dari mereka pada hal sebab sebab turunnya adzab itu telah tercapai. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga menjelaskan dalam sabda beliau :

الْعبدُ آمنٌ من عذابِ الله عزَّ وجلَّ ما اسٌتغفرَ الله عزَّ وجلَّ 

Hamba akan aman dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla selama dia beristighfar, meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (H.R Imam Ahmad).

Wallahu A'lam. (3.605).

 

Senin, 29 September 2025

PALING TIDAK ADA TIGA KERUGIAN JIKA DUNIA DIJADIKAN TUJUAN

 

PALING TIDAK ADA TIGA KERUGIAN JIKA DUNIA DIJADIKAN TUJUAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam satu sabda beliau dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasulullah Salallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya.

Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al Baihaqi).

Dari zhahir hadits ini kita dapat mengambil pemahaman tentang tiga perkara yang akan mendatangi orang orang yang selalu  fokus untuk mengejar urusan dunia.

Pertama : Allah akan mencerai beraikan urusannya.

Ketika seseorang dicerai beraikan Allah Ta'ala segala urusannya maka dimana pun dia berada, apapun yang dilakukan dan usahakan selalu menghadapi masalah. Bertetangga punya masalah di tempat kerja punya masalah bahkan dalam keluarga bisa punya masalah.

Akibatnya kehidupannya sangat tidak nyaman karena semua urusan tidak beres, cerai berai.  

Kedua : Allah menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya.

Ketika seseorang terus menerus berburu untuk untuk urusan dunia maka dia selalu merasa fakir.  Merasa masih kekurangan dan sangat ingin memperoleh tambahannya meskipun telah memiliki berbagai hal dalam urusan dunia.

Bisa jadi sudah memiliki harta yang berlimpah tetap berusaha keras untuk mendapat tambahannya tersebab cintanya terhadap harta. Rasulullah telah mengingatkan perkara ini dalam sabda beliau :


لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat. (Muttafaqun ‘alaih).

Dan bahaya besar yang bisa mendatanginya adalah lalai beribadah tersebab terlalu fokus untuk mengejar dunia. Selain itu karena selalu merasa kekurangan sehingga mudah tergelincir untuk mengambil harta  yang bukan miliknya.

Ketiga : Dia tidak akan mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan baginya.

Syaikh as Sa'di berkata : Akan tetapi orang yang sengsara ini yang sepertinya hanya diciptakan untuk dunia saja, ”niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna” maksudnya, kami memberi mereka sesuatu yang telah dibagikan kepada mereka di ummul kitab berupa balasan dunianya.

”Dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan” tidak sedikit pun dari sesuatu yang ditakdirkan untuknya akan dikurangi, akan tetapi ini adalah puncak kenikmatan bagi mereka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh, seseorang akan mendapat dunia yang dapat hanya seukuran ketentuan yang telah ditetapkan baginya, tidak lebih, meskipun ia bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan hingga pagi lagi dengan mengorbankan kewajibannya beribadah kepada Allâh, mengorbankan hak-hak isteri, anak-anak, keluarga, orang tua, dan lainnya.

Oleh karena itu hamba hamba Allah  tidak menjadikan fokus dalam hidupnya untuk mencari dunia tetapi mencari kehidupan yang baik di  akhirat lebih diutamakan. 

Wallahu A'lam. (3.604).

 

KEBAHAGIAN BERADA DIMANA ??

 

KEBAHAGIAN BERADA DIMANA ??

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Posted : 29.09.2025

Hampir semua orang berharap mendapat kebahagian dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan tentu kebahagiaan akhirat paling utama untuk dicari.

Berbicara tentang kebahagiaan dunia, ada yang bertanya : Kebahagiaan dunia itu berada dimana ?. Ketahuilah bahwa kebahagiaan itu tidak berada  bumi bagian timur atau barat. Jika kebahagian itu ada di belahan bumi bagian timur maka sangat mungkin  semua orang berpindah ke bagian timur bumi mencari kebahagian. Sehingga bumi bagian barat jadi sepi bahkan bisa kosong. Begitupun sebaliknya.

Dan ketahuilah bahwa kebahagian itu tidak bisa dibeli dengan uang. Kalau bisa dibeli maka tentu orang yang memiliki banyak uang sudah lebih dahulu membeli bahkan memborongnya. Ingatlah nasehat orang bijak yang berkata : Tidak semua bisa dibeli uang. Uang memang bisa membeli rumah yang paling  mewah dan mahal. Tetapi ketahuilah bahwa  UANG TIDAK MEMBELI BAITI JANNATI.

Sungguh, kebahagian di dunia itu ada dalam hati masing masing orang yang diantaranya ditandai dengan hati yang tenang dan dada yang lapang. Dan ketahuilah diantara cara untuk mendapatkannya adalah dengan SELALU BERDZIKIR YAITU MENGINGAT ALLAH TA'ALA. Sungguh Allah Ta'ala telah menjelaskan dalam firman-Nya :


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(Yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah, Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (Q.S ar Ra’du 28).

Syaikh as Sa’di berkata : Selayaknya dan sudah menjadi keharusan bahwa HATI TIDAK AKAN MENJADI TENANG kecuali hanya dengan dzikir. Tidak ada yang lebih lezat lagi manis bagi hati daripada kecintaan dan ma’rifah kepada penciptanya. Maka sesuai kadar kecintaan dan ma’rifahnya ia akan selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala.

Beliau juga berkata : Makna firman Allah : “Tathma-iinul qulub” hati menjadi tenteram,  adalah hilangnya segala sesuatu (yang berkaitan dengan) kegelisahan, dan kegundah-gulanaan dari dalam hati. Dan dzikir tersebut akan menggantikannya dengan rasa keharmonisan (ketenteraman), KEBAHAGIAAN DAN KELAPANGAN.(Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu ada pula penjelasan bahwa kebahagian di dunia ditandai DENGAN KEHIDUPAN YANG BAIK. Tetapi ketahuilah bahwa kehidupan yang baik di dunia HANYA BISA DIPEROLEH DENGAN IMAN DAN AMAL SHALIH. Sungguh Alllah Ta'ala menjelaskan perkara  ini dalam firman-Nya :


مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya KEHIDUPAN YANG BAIK. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Tentang  surat  an Nahal 97 ini, Syaikh as Sa’di berkata : Firman Allah Ta’ala : “Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. Maksudnya : Dengan memberikan KETENANGAN HATI DAN KETENTERAMAN JIWA SERTA TIDAK MENOLEH kepada objek yang mengganggu hatinya dan Allah Ta’ala memberinya rizki yang halal dari arah yang tak disangka sangka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu, ketahuilah bahwa ketika seseorang BANYAK MENOLEH ATAU SUKA MEMPERHATIKAN nikmat yang ada pada diri lain maka bisa berakibat LUPA KEPADA NIKMAT YANG ADA PADA  DIRI SENDIRI. Ujug ujungnya adalah tidak bersyukur dan mengganggu perasaan bahagia dan ketenteraman hati. 

Wallahu A'lam. (3.603)