Selasa, 23 Desember 2025

PERBANYAK MEMOHON AMPUN JIKA UMUR SUDAH 60 ATAU LEBIH

 

PERBANYAK MEMOHON AMPUN JIKA UMUR SUDAH 60 ATAU LEBIH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya setelah baligh, setiap hamba mestilah selalu memohon ampun dalam setiap waktu dan keadaan. Kenapa ?, karena hamba hamba Allah sering tergelincir kepada maksiat dan dosa. Dalam satu hadits qudsi, Allah Ta'ala mengingatkan :

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai hamba-Ku !. sesungguhnya kalian berbuat dosa pada waktu malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa memohon ampun bukan hanya kewajiban orang orang berdosa atau baru saja berbuat dosa. Tetapi syariat Islam mengajarkan banyak memohon ampun meskipun baru selesai melakukan ibadah, diantara contohnya adalah :

Pertama : Setelah SELESAI shalat fardhu.

Bahwa diantara kalimat dzikir yang sangat dianjurkan untuk dibaca  setelah salam adalah DZIKIR SETELAH SHALAT FARDHU. Dzikir ini dilakukan setelah salam  DIMULAI DENGAN MEMBACA KALIMAT MEMOHON AMPUN TIGA KALI :  

أَسْتَغْفِرُ اللهَ , أَسْتَغْفِرُ اللهَ, أَسْتَغْفِرُ اللهَ

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ.

Aku minta ampun kepada Allah, (dibaca tiga kali). Lantas membaca : Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Rabb Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Setelah SELESAI menghadiri majlis ilmu

Tentang memohon ampun yaitu membaca doa kafaratul majlis ini telah diajarkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau, yakni :

 

عَنْ أَبِى بَرْزَةَ الأَسْلَمِىِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بِأَخَرَةٍ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ مِنَ الْمَجْلِسِ « سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ ». فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتَقُولُ قَوْلاً مَا كُنْتَ تَقُولُهُ فِيمَا مَضَى. قَالَ « كَفَّارَةٌ لِمَا يَكُونُ فِى الْمَجْلِسِ ».

 

Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di akhir majelis jika beliau hendak berdiri meninggalkan majelis, “Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.

(Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau dan AKU MEMOHON AMPUN DAN BERAUBAT KEPADA-MU).

Dalam sebuah hadits dijelaskan pula bahwa ada seseorang yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, engkau mengucapkan suatu perkataan selama hidupmu. Beliau bersabda, “Doa itu sebagai penambal kesalahan yang dilakukan dalam majlis.” (H.R Abu Dawud dan Imam Ahmad).

Ketiga : Setelah SELESAI shalat dhuha.

Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  memohon ampun dan bertaubat SETELAH SHALAT DHUHA, yaitu sebagaimana hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat Dhuha, beliau mengucapkan :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ

مائة مرة  حتى  قالها

Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.  

Sampai beliau membacanya seratus kali. (H.R Imam Bukhari dalam al Adab al Mufrad, Syaikh al Albani mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih).

Keempat : Setelah SELESAI mengerjakan ibadah haji. Allah Ta'ala berfirman :

ثُمَّ أَفِيضُوا۟ مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ ٱلنَّاسُ وَٱسْتَغْفِرُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (dari Arafah) dan MOHONLAH AMPUN kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S al Baqarah 199).

Tentang ayat ini Syaikh as Sa'di antara lain berkata : Dan ketika bertolak, maksudnya adalah apa yang telah disebutkan dan hal-hal yang disebutkan pada akhir manasik, ketika telah selesai darinya, Allah memerintahkan untuk beristighfar dan banyak berdzikir kepada-Nya.

Istighfar tersebut untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada seorang hamba dalam melaksanakan ibadahnya dan kelalaiannya padanya, sedangkan dzikir kepada Allah adalah wujud syukuran atas segala nikmat yang telah diberikan dengan taufik-Nya dalam melaksanakan ibadah yang agung dan karunia yang tak terkira tersebut.

Demikianlah seharusnya yang dilakukan seorang hamba setiap kali ia selesai dari suatu ibadah, sepatutnya ia beristighfar kepada Allah dari kelalaiannya dan bersyukur atas Taufik-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Dari firman Allah dan hadits diatas kita mengambil pemahaman bahwa SETELAH SELESAI MELAKUKAN IBADAH sangat dianjurkan untuk MEMOHON AMPUN kepada Allah Ta'ala. 

Nah, oleh karena itu, ketika seorang hamba telah berumur 60 tahun atau lebih maka saat SELESAI DALAM MENJALANI HIDUP DI DUNIA sudah sangat dekat. Maka semestinya  TERUS MENERUS DAN MEMPERBANYAK MEMOHON AMPUN. Sungguh inilah kesempatan terakhir untuk memohon ampun kepada Allah Ta'ala sebelum wafat.     

Sebagai penutup tulisan ini dinukil dua hadits yang menyebutkan berita gembira bagi hamba hamba Allah yang banyak memohon ampun.

(1) Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

طُوْبَى ِلمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا.

Sangat beruntunglah orang orang yang menemukan pada catatan amalnya terdapat banyak istighfar. (H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

(2) Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalla bersabda : 

مَنْ أَحَبَّ أَنْ تَسُرَّهُ صَحِيْفَتُهُ ، فَلْيُكْثِرْ فِيْهَا مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ

Barangsiapa yang ingin bahagia dengan catatan amalnya (pada hari Kiamat) hendaklah ia (banyak) beristighfar kepada Allah. (H.R ath Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

 Wallahu A'lam. (3.644).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 22 Desember 2025

BULAN RAMADHAN WAKTU YANG SANGAT BAIK UNTUK IBADAH UMRAH

 

BULAN RAMADHAN WAKTU YANG SANGAT BAIK UNTUK IBADAH UMRAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Secara bahasa, umrah bermakna  ziarah atau mengunjungi suatu tempat. Secara istilah umrah bermakna ziarah atau kunjungan ke Baitullah untuk melakukan amal ibadah tertentu dengan tata cara khusus sebagaimana yang disyariatkan. Waktunya bisa dilakukan sepanjang tahun kecali di musim haji dibatasi.  Diantara rukunnya adalah berihram, thawaf, sya'i dan tahallul.

Ibadah umrah hukumnya adalah sunnah muakkadah yaitu sangat ditekankan. Ketahuhuilah bahwa bulan  di bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat baik untuk melakukan ibadah umrah. Kenapa ?, karena ibadah umrah di bulan Ramadhan memiliki NILAI ATAU GANJARAN KEBAIKAN  YANG SANGAT BESAR. Bahkan disebut sebagai  BERHAJI BERSAMA RASULULLAH.

Diantara dalilnya adalah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam beberapa hadits berikut ini :


= Dari Abu Ma’qil Radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : 

عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً

Umrah di bulan Ramadhan menyamai satu kali haji. (H.R  Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah). 

= Dalam hadist  lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda :

فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ

Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

 = Dan juga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku. (H.R Imam Bukhari).

Itulah yang mendorong banyak orang beriman dari seluruh negeri   melakukan ibadah umrah di bulan Ramadhan. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa   MASJIDIL HARAM BENAR BENAR sangat ramai pada bulan Ramadhan untuk melakukan ibadah umrah apalagi di sepuluh hari terakhir.

Selain itu, ketahuilah bahwa Imam Nawawi rahimahullah berkata : Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan (kewajiban) haji tadi. (Syarh Shahih Muslim).

Wallahu A'lam. (3.643). 

 

 

Minggu, 21 Desember 2025

ALLAH SELALU MENUNGGU HAMBA-NYA BERDOA DAN MEMOHON AMPUN

 

ALLAH SELALU MENUNGGU HAMBA-NYA BERDOA DAN MEMOHON AMPUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Allah Ta'ala akan mengabulkan doa hamba hamba-Nya jika berdoa dan juga berjanji akan mengampuni dosa dosanya jika memohon ampun. Oleh karena itu hamba hamba Allah selalu berdoa dan memohon ampun kepada Rabb-nya.

Pertama : Tentang mengabulkan doa. Allah Ta'ala berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Dan Rabb-mu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Ghafir 60).

Dan juga Allah Ta'ala berfirman :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendakah mereka itu memenuhi (perintah) Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.  (Q.S al Baqarah 186)

Kedua : Tentang mengampuni dosa. Dalam satu hadits qudsi disebutkan bahwa semua dosa akan diampuni.

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai hamba-Ku !. sesungguhnya kalian berbuat dosa pada waktu malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa hakikatnya berdoa dan memohon ampun boleh dilakukan kapan saja. Namun demikian jangan sia siakan waktu untuk berdoa dan memohon ampun yang paling utama  yaitu pada sepertiga malam terakhir. Dalam satu hadits disebutkan :


يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman : Barangsiapa YANG BERDOA kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa YANG MEMOHON AMPUN kepada-Ku, niscaya Aku ampuni. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa sebelum berdoa dan memohon ampun di sepertiga malam terakhir sangat dianjurkan untuk dimulai dengan shalat malam yaitu shalat tahajud dan shalat witir.

Wallahu A'lam. (3.642)   

  

 

MENJALANI SISA UMUR DENGAN KETAATAN

 

MENJALANI SISA UMUR DENGAN KETAATAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya setiap hamba Allah mestilah mengisi kehidupan ini dengan ketaatan semenjak usia baligh. Tetapi sebagian kita ketika umur masih muda lalai dalam ketaatan. Diantara penyebabnya paling utama karena godaan urusan dunia.

Dan memang dunia itu terlihat menggiurkan dengan pernak perniknya. Allah Ta'ala berfirman :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang diinginkan. Yaitu wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik (surga). Q.S Ali Imran 14.

Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu  dalam salah satu khutbah yang  disampaikan di akhir-akhir umur beliau, beliau berkata : Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memberikan dunia kepada kalian agar kalian dapat mencari akhirat dengannya. Dan tidaklah Allah memberikan dunia agar kalian condong kepadanya.

Sungguh, dunia akan binasa sementara akhirat akan abadi. Janganlah dunia yang fana ini membuat kalian menjadi sombong dan jangan pula (dunia ini) menyibukkan kalian dari yang abadi (akhirat).

Pilihlah oleh kalian yang baqa daripada yang fana.! Karena dunia ini akan terputus dan sesungguhnya tempat kembali hanya kepada Allah Ta'ala. (Taariikh Madiinah Dimisyq).

Sungguh, tidaklah seorang pun mengetahui kapan waktu kita akan diwafatkan. Mungkin waktunya sudah dekat atau SUDAH SANGAT DEKAT. Oleh karena itu ketika Allah Ta'ala memberi umur panjang sampai 40, 50, 60 tahun atau lebih maka MANFAATKAN SISA UMUR INI UNTUK KETAATAN KEPADA ALLAH TA'ALA.

Imam Ibnu Rajab al Hambali  menceritakan bahwa pada suatu kali Imam Fudhail bin Iyadh seorang Tabi'in, pernah bertanya kepada seorang laki laki :  Berapa usiamu ?. Orang itu menjawab : 60 tahun. Lalu Imam Fudhail berkata : Berarti selama 60 tahun engkau telah berjalan menuju Rabb-mu dan saat ini engkau hampir sampai kepada-Nya.

Maka laki laki itu berkata : Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Kemudian Imam Fudhail bertanya kepadanya : Tahukah engkau tafsir dari apa yang engkau ucapkan itu ?. Laki laki itu berkata : Tafsirkanlah ucapan itu untukku, wahai Abu Ali. Fudhail bin Iyadh menjelaskan : 

Pertama : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya  maka hendaklah ia mengetahui bahwa kelak ia akan disuruh berdiri dihadapan Rabb-nya. 

Kedua : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan disuruh berdiri dihadapan  Rabb-nya maka harus dia mengetahui bahwa dia pasti akan ditanya.

Ketiga : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan ditanya maka hendaklah ia mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan itu.

Selanjutnya laki laki itu berkata : Lalu bagaimana jalan keluarnya ?. Jalan keluarnya mudah kata Fudhail bin Iyadh. Orang itu bertanya lagi : Apakah itu wahai Abu Ali ?

Imam Fudhail bin Iyadh menjawab : Hendaklah engkau BERBUAT KEBAIKAN DI SISA UMURMU.  Niscaya Allah akan mengampuni (dosa) apa yang telah lalu atas dirimu. Sesungguhnya jika engkau tetap berbuat keburukan pada sisa umurmu niscaya engkau akan dihisab atas semua perbuatan (buruk) mu yang telah lalu dan yang akan datang (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Wallahu A'lam. (3.641)

 

Kamis, 18 Desember 2025

SIAPKAN AMAL YANG PAHALANYA MENGALIR SETELAH WAFAT

 

SIAPKAN AMAL YANG PAHALANYA MENGALIR  SETELAH WAFAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya hamba hamba Allah semestinya tetap mempersiapkan bekal berupa IMAN DAN AMAL SHALIH menunggu ajal yang tidak diketahui kapan datangnya. Allah Ta'ala telah mengingatkan orang orang beriman berbekal kehidupan hari esok yaitu hari akhirat yaitu sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S  al Hasyr 18).

Sungguh, hakikatnya kesempatan melakukan amal shalih sebagai bekal  bagi setiap hamba adalah HANYA KETIKA MASIH HIDUP DI DUNIA. Namun demikian  Allah Ta'ala Maha Penyayang. Allah Ta'ala melalui Rasul-Nya memberi kesempatan kepada  hamba-Nya untuk bisa memetik atau menikmati manfaat dari amal shalih yang  dilakukannya di dunia  MESKIPUN DIA SUDAH WAFAT. Inilah yang dalam bahasa syariat disebut sebagai amal jariah atau amal ibadah yang  pahalanya mengalir terus.

Amal yang pahala yang mengalir terus ini sangatlah banyak macamnya. Diantaranya sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

Pertama : Riwayat Imam Muslim. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila manusia meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara : sedekah jariah atau ilmu yang bermanfaat (yang dia ajarkan) atau anak shalih yang mendoakannya.

Kedua : Riwayat Ibnu Majah dan al Baihaqi. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah : (1)  Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan. (2) Anak shalih yang ia tinggalkan. (3) Mushaf al Qur’an yang ia wariskan.

(4) Masjid yang ia bangun. (5) Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun. (6) Sungai yang ia alirkan. (7) Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup. Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.

Wallahu A'lam. (3.640).      

 

 

 

HAMBA ALLAH JANGAN BOSAN BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

 

HAMBA ALLAH JANGAN BOSAN BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah telah sangat banyak  berbuat baik kepada hamba hamba-Nya dan Allah memerintahkan mereka untuk berbuat baik pula. Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ

Berbuat  baiklah (kepada manusia) sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu. (Q.S al Qashash 77).

Oleh karena itu maka hamba hamba Allah jangan bosan berbuat baik meskipun tidak terlihat balasan dari yang diberi kebaikan. Ketika Allah Ta'ala memerintahkan untuk berbuat baik maka lakukanlah dengan ikhlas karena Allah Ta'ala semata. Dengan demikian perbuatan baik akan bernilai disisi Allah Ta'ala  dan pasti akan dapat balasan yang banyak.

Ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak keutamaan yang akan mendatangi orang orang selalu berbuat baik, diantaranya adalah :

Pertama : Dapat balasan  terbaik yaitu surga      

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

Kedua : Allah mencintai hamba-Nya yang berbuat baik

Bahwa Allah Ta'ala mencintai kaum muhsiniin (orang-orang yang berbuat baik) dan bersama mereka. Dengan kedudukannya ini, maka cukuplah bagi mereka untuk mendapatkan kemuliaan dan keutamaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman:

وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

…… dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S al Baqarah 195).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S an Nahl 128).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S al Ankabut 69).

Ketiga : Setiap kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan.

Sungguh Allah Ta’ala akan membalas semua kebaikan yang dilakukan oleh orang orang beriman. Allah Ta’ala berfirman : 

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (Q.S ar Rahman 60).

Allah Ta’ala berfirman : 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا

Sungguh, mereka yang beriman dan beramal shalih, Kami benar benar TIDAK AKAN MENYIA NYIAKAN pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu. (Q.S al Kahfi 30).

Keempat : Mendatangkan ketenangan hati dan kebahagian

Syaikh 'Aidh al Qarni berkata : Orang yang pertama kali akan merasakan manfaat memberi adalah pihak yang memberi itu sendiri. Mereka akan merasakan buah memberi seketika itu juga, dalam jiwa, akhlak, dan nuraninya.

Sehingga mereka selalu lapang dada, merasa tenang, tentram, dan damai. Memberi adalah kemudahan, kebahagiaan, gairah, serta memotivasi orang lain. (Dari kitab Jangan hidup jika tidak memberi manfaat, Ustadz Muhammad Yasir).

Wallahu A'lam. (3.639) 

Kamis, 11 Desember 2025

MUSIBAH PENGHAPUS DOSA JIKA DITERIMA DENGAN SABAR

 

MUSIBAH PENGHAPUS DOSA JIKA DITERIMA DENGAN SABAR

Disusun oleh : Azwir B. ChaniagoSungguh,  ALLAH TA’ALA TELAH MENJELASKAN tentang penyebab  datangnya musibah yaitu dosa dosa manusia, Allah Ta’ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S. ar Rum  41.

Imam Ibnul Qayyim  menjelaskan : Bahwa yang dimaksud kerusakan dalam ayat ini adalah kekurangan, keburukan dan bencana-bencana yang dimunculkan oleh Allah di muka bumi akibat perbuatan maksiat para hamba-Nya.

Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah mengatakan : Tidaklah disandarkan suatu keburukan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah itu disebabkan karena dosa. (Latha’if Ma’arif).

Lalu, ketika didatangi musibah yang kecil apalagi yang besar maka hamba hamba   SANGATLAH DIANJURKAN :

Pertama : Perbanyak memohon ampun dan bertaubat.  

Ketika Allah Ta'ala menyebutkan bahwa musibah itu datang karena perbuatan tangan atau dosa maka hamba hamba Allah hendaklah bersegera memohon ampun dan bertaubat.

Ali bin Abi Thalib berkata : “Maa nuzzila balaa-un illaa bidzambin wa laa rufi’a balaa-un illa bitaubah” . Tidaklah musibah itu turun melainkan karena dosa. Karenanya tidaklah bisa musibah itu hilang melainkan juga dengan taubat. (al Jawabul Kafi).  

Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah mengatakan : Tidaklah disandarkan suatu kejelekan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah, itu semua disebabkan karena dosa. (Latha’if Ma’arif).

Kedua : Wajib bersabar menerima musibah.

Ketahuilah bahwa seberapa banyakpun musibah mendatangi seseorang atau sekelompok orang maka SANGAT DIAJURKAN BAHKAN WAJIB BERSABAR. Ketika hamba hamba Allah menerima musibah dengan sabar maka itu adalah salah satu jalan untuk penghapus dosa.

Sungguh Allah Ta’ala telah menjanjikan ampunan yaitu menghapus dosa dan memberi petunjuk kepada orang orang yang bersabar ketika  didatangi musibah.  Allah Ta’ala berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan Kami pasti akan menguji kamu (orang orang beriman) dengan sedikit  ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan sampaikan berita gembira buat orang  orang yang sabar. (Yaitu) orang orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi raajiuun. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dari Rabb-nya dan mereka itulah orang orang yang mendapatkan petunjuk. (Q.S al Baqarah 155-157).

Tentang musibah yang akan menghapus dosa juga dijelaskan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Hadits berikut ini adalah  salah satu diantara  berita gembira untuk seorang hamba yang sedang mendapat ujian jika mereka menerima dengan sabar. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : 

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit, rasa letih, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya(H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim)

Dengan demikian maka seorang hamba hendaklah selalu bersiap diri DENGAN KESABARAN ketika didatangi musibah.

Wallahu A'lam. (3.638)