Minggu, 16 November 2025

MENYINGKIRKAN SESUATU YANG MENGGANGGU DI JALAN UMUM

 

MENYINGKIRKAN SESUATU YANG MENGGANGGU DI JALAN UMUM

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika melalui suatu jalan  umum, baik dengan berjalan kaki atau berkendaraan maka sangatlah nyaman jika tidak ada sesuatu yang mengganggu diperjalanan seperti dahan pohon yang tumbang, besi, paku atau beling yang karena sesuatu hal sampai berada di jalan umum.

Jika menemukan keadaan yang demikian maka hamba hamba Allah hendaklah berusaha menyingkirkannya SESUAI KEMAMPUAN sehingga memberi kenyamanan, kemudahan  dan keleluasan orang orang akan lewat di jalan itu.

Suatu ketika ada sahabat berkata kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam, ajarkan kepadaku sesuatu yang bermanfaat bagiku. Beliau bersabda :

 اِعْزِلِ الأذَى عَنْ طَريقِ النَّاسِ

Singkirkanlah gangguan dari jalan manusia. (H.R Imam Muslim, dari Abu Barzah). 

Selain itu, ketahuilah bahwa sungguh menyingkirkan atau menghilangkan gangguan atau yang bisa menghalangi manusia di jalan adalah  salah satu jalan masuk surga.  Rasulullah Salallahu 'alaihi  Wasallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

مَرَّرجلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ على ظهْرَ طَريقٍ فَقالَ : واللهِ لَاُ نحِّيَنَّ هذا عنِ المسلمينَ لايؤذيهم فأدخلَ الجنَّةَ 

Seorang laki laki melewati sebatang dahan yang melintangi badan jalan lalu dia berkata : Demi Allah, aku akan menyingkirkan dahan ini dari kaum Muslimin agar tidak menyakiti mereka. Oleh karena itulah, orang itu dimasukkan ke dalam surga. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga bersabda :

لقدْ رأيت رجلاً يتقلَّبُ في الجنَّةِ في شجرةٍ قطعها منْ ظهر الطَّريقِ كانتْ تُؤذي النِّاسَ

Aku melihat seorang laki laki di Surga mondar mandir karena satu pohon yang disingkirkan dari badan jalan yang mengganggu manusia. (H.R Imam Muslim, dari Abu Hurairah).

Dan sungguh Allah Ta’ala berterima kasih dan mengampuni dosa orang yang menyingkirkan penghalang manusia di jalan, sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

بيْنَما رجُلٌ يمْشِي بِطريقٍ وجد غُصْن شَوْكٍ علَى الطَّرِيقِ، فأخَّرُه فشَكَر اللَّهُ لَهُ، فغَفر لَهُ

Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan di jalanan. Ia menemukan cabang dari satu pohon berduri pada jalanan itu, kemudian cabang berduri itu disingkirkan olehnya. Allah lalu berterima kasih kepada orang tadi dan memberikan pengampunan kepadanya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Lalu bagaimana dengan sebagian orang di zaman ini yang terkadang menutup jalan umum karena sedang menyelenggarakan  acara pesta pernikahan, acara sunatan, ulang tahun dan yang semisalnya.

Wallahu A'lam. (3.625) 

  

 

Sabtu, 15 November 2025

MUHASABAH ADALAH ANAK TANGGA UNTUK MEMPERBAIKI DIRI

 

MUHASABAH ADALAH ANAK TANGGA UNTUK MEMPERBAIKI DIRI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, hamba hamba Allah yang cerdas akan selalu berusaha memperbaiki diri. Langkah atau anak tangga  pertama untuk memperbaiki diri adalah melakukan  muhasabah atau evaluasi diri terhadap apa yang telah dilakukan.

Tentang kewajiban muhasabah dijelaskan Allah Ta'ala diantaranya dalam firman-Nya : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman !. Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Hasyr 18).

Syaikh as Sa’di berkata : Ayat ini adalah PANGKAL DALAM MUHASABAH DIRI. Setiap orang HARUS SELALU mengintrospeksi diri. Jika melihat adanya kekeliruan SEGERA menyelesaikannya dengan cara melpaskan diri darinya, bertaubat dengan sungguh sungguh dan berpaling dari hal hal yang menghantarkan kepada kekeliruan itu.  

Jika menilai dirinya bersikap sekenanya saja dalam menunaikan perintah perintah Allah Ta’ala maka dia akan mengerahkan segala kemampuannya dengan memohon pertolongan pada Rabb-nya untuk mengembangkan dan menyempurnakannya. Serta membandingkan antara karunia dan kebaikan Allah Ta’ala yang diberikan kepadanya dengan kemalasannya. Karena hal itu mengharuskannya merasa malu. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam mengingatkan dalam  sabda beliau :

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ الأماني

Orang yang cerdas (berakal) adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk akhirat. Dan orang yang lemah adalah orang yang menundukkan dirinya kepada hawa nafsunya dan angan-angan kepada Allah. (H.R at Tirmidzi)

Jadi sangatlah jelas bahwa ayat dan hadits ini mengisyaratkan pentingnya memperhatikan apa yang sudah kita perbuat untuk kehidupan hari esok (akhirat). Artinya apa yang kita lakukan di dunia ini semata-mata bukan untuk kepentingan sesaat, tetapi harus berorientasi pada kehidupan yang abadi.

Sebagai penutup tulisan ini, dinukil nasehat dari Umar bin Khaththab tentang muhasabah.  Dalam satu atsar yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi  dari Umar bin Khaththab, dia berkata : Hisablah (amal perbuatan) diri kalian sebelum kalian dihisab !. Timbanglah (amal pebuatan) diri kalian sebelum kalian ditimbang !. Perhitungan kalian kelak (di akhirat) akan lebih ringan di karenakan telah kalian perhitungkan diri kalian pada hari ini (di dunia).

Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari ditampakkannya perbuatan. Pada hari itu  kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian). Tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah).  Demikian nasehat Umar.

Wallahu A'lam. (3.624)

 

 

 

Jumat, 07 November 2025

ORANG BERIMAN PASTI DIUJI DENGAN YANG TIDAK MENYENANGKAN

 

ORANG BERIMAN PASTI DIUJI DENGAN YANG TIDAK MENYENANGKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh orang orang beriman akan diuji dengan berbagai masalah yang tidak menyenangkan dalam kehidupannya. Allah berfirman :  

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, KAMI TELAH BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang oang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3)

Allah Ta’ala berfirman :  

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ

Kamu sungguh sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu (Q.S Ali Imran 186).

Jadi hakikatnya ujian yag tidak menyenangkan adalah satu keniscayaan untuk orang orang beriman TERUTAMA SEKALI UNTUK MENGUJI KEKUATAN IMANNYA. Semakin kokoh imannya maka semakin berat ujian yang mendatanginya. Kenapa ?, karena orang yang kokoh imannya lebih mampu menerima ujian yang lebih berat.

Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau : 

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Dari Mus’ab dari Sa’ad dari bapaknya, aku berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya ?. Kata beliau: Para Nabi, kemudian yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Dan seseorang diuji sesuai dengan kadar dien (keimanannya). Apabila diennya kokoh, maka berat pula ujian yang dirasakannya; kalau diennya lemah, dia diuji sesuai dengan kadar diennya. 

Dan seseorang akan senantiasa ditimpa ujian demi ujian hingga dia dilepaskan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa. (H.R at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang shalih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar. (Al Istiqamah).

 Imam Ibnu Katsir berkata : Seorang mukmin itu harus diuji harta dan jiwanya atau anak keturunan dan keluarganya. Seorang mukmin juga harus diuji tingkat keagamaannya. Jika agamanya kuat maka akan bertambah pula cobaan yang akan diterimanya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Al Munawi berkata :  Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai dengan ketaatan, keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya. (Faidhul Qadir).

Oleh sebab itu maka hamba hamba Allah teruslah berusaha meningkatkan keimanan serta amal amal shalih. Ketika  datang ujian yang ringan ataupun berat  tetaplah bersabar karena semua itu adalah ketetapan dari Allah Ta’ala dan ketika iman kokoh maka ujian yang sangat berat  akan terasa tidak terlalu berat.

Wallahu A'lam. (3.623)

 

 

  

HAKIKATNYA SEMUA ORANG MENULIS BUKU SETIAP HARI

 

HAKIKATNYA SEMUA ORANG MENULIS BUKU SETIAP HARI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam masyarakat kita tidaklah banyak orang mampu menulis artikel apalagi menulis buku. Tetapi ketahuilah bahwa hakikatnya mungkin tidak kita sadari  semua kita setiap hari  bahkan setiap menit dan detik menulis buku dengan cara  didiktekan melalui ucapan dan perbuatan kita kepada malaikat pengawas untuk ditulis. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : 

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ 

(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya) yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada satu yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). Q.S Qaaf 17-18. 

Dan juga Allah Ta'ala berfirman :

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَٰفِظِينَ كِرَامًا كَٰتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Infithaar 10-12)

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Setiap insan selalu diawasi oleh malaikat malaikat yang mencatat apa yang dikatakannya dan apa yang dilakukannya. Para malaikat pengawas itu adalah malaikat yang mulia bukan malaikat yang tercela.

Mereka memiliki sifat yang mulia yang tidak akan menzhalimi  siapa pun. Mereka tidak akan mencatat apa yang tidak dilakukan dan tidak melewatkan apa yang telah dilakukan manusia. (Tafsir Juz 'Amma)

Dan juga Allah Ta'ala berfirman : 

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Q.S Qaf 17-18).

Ayat ini antara lain menjelaskan bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan dicatat dengan sangat lengkap oleh malaikat yang selalu berada di kiri kanan kita. Imam Hasan al Bashri dan Qatadah berpendapat bahwa jika melihat kepada zhahir ayat jelaslah bahwa malaikat akan mencatat setiap ucapan.

Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia (malaikat) akan menulis setiap kebaikan dan keburukan yang diucapkan. Bahkan ia akan mencatat ucapan aku makan, minum, datang , pergi, melihat dan sebagainya (Tafsir Ibnu Katsir).

Jadi, buku yang ditulis itu adalah berasal DARI UCAPAN DAN PERBUATAN seseorang di dunia semenjak usia baligh sampai wafat. Buku yang ditulis semasa kita berada di dunia baru bisa dibaca secara lengkap dan utuh adalah ketika setelah hisab di akhrat kelak.  

Tentang keadaan buku atau kitab itu dijelaskan Allah Ta'ala dalam, firman-Nya, diantaranya :

Pertama : Semua perbuatan tercatat dalam buku catatan, tidak ada yang terluput. Allah Ta'ala berfirman :

وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ

Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan.(Q.S al Qamar 52).

Kedua : Manusia menjadi penghitung atau penghisab dirinya sendiri. Allah Ta'ala berfirman :

اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا

Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu. (Q.S al Isra' 14).

Ketiga : Manusia mengetahui semua yang telah dilakukannya di dunia. Allah Ta'ala berfirman :

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ

Maka tiap tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya. (Infithar 5).

Jadi buku catatan amal (amal baik dan buruk) itu ditulis secara lengkap oleh malaikat pengawas yang selalu hadir bersama kita. Malaikat dalam hal ini hanya sebagai pencatat tetapi HAKIKATNYA KITALAH YANG MENULIS ISI KITAB ITU.

Oleh karena itu hamba hamba Allah berusahalah sungguh sungguh untuk melakukan perbuatan dan perkataan yang baik dan bermanfaat sehingga  berbagai  kebaikan akan tertulis. Semuanya akan memberatkan timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.

Wallahu A'lam. (3.622).

 

 

 

 

 

 

 

Rabu, 05 November 2025

SEMUA HARTA YANG KITA MILIKI ADALAH TITIPAN ALLAH

 

SEMUA HARTA YANG KITA MILIKI ADALAH TITIPAN ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh semua manusia adalah fakir tidak memiliki apa apa. Harta yang ada pada dirinya saat ini adalah titipan dari Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman :

وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Q.S al Jatsiah 13)

Ketahuilah bahwa ketika ada yang  merasa harta yang dititipkan Allah itu terasa masih kurang maka dengan kasih sayang-Nya Allah Ta'ala menyuruh orang orang beriman meminta tambahannya yaitu dengan berdoa. Allah Ta'ala berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabb-mu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Q.S al Ghafir 60).

Syakh as Sa'di berkata : Ini adalah bagian dari kelembutan Allah terhadap hamba-hamba-Nya dan nikmat-Nya yang sangat besar. Dia menyeru mereka kepada apa yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi agama dan dunia mereka, dan Dia perintahkan mereka untuk berdoa dengan doa ibadah dan doa permohonan, dan Dia berjanji kepada mereka akan mengabulkannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selanjutnya, ketika hamba hamba Allah memahami betul bahwa semua harta yang ada pada dirinya adalah bukan miliknya secara mutlak tetapi TITIPAN DARI ALLAH TA'ALA maka ingatlah bahwa  yang namanya titipan memiliki sifat dan batasan diantaranya :

Pertama : Titipan adalah bersifat sementara bahkan BISA JADI SANGAT SEMENTARA.

Oleh karena itu ketika pemilik-Nya yaitu Allah Ta'ala akan mengambilnya sewaktu waktu maka hamba hamba Allah haruslah berlapang dada menghadapinya. Tidak patut merasa gusar, resah gelisah apalagi mengeluh.

Hamba hamba Allah jangan keliru memahami jika harta yang dititipkan diambil oleh  pemiliknya yaitu  Allah Ta'ala pastilah disitu ada hikmah yang sempurna. Barangkali Allah Ta'ala akan memberikan pengganti dalam bentuk lain yang lebih bermanfaat.   

Kedua : Mesti digunakan sesuai dengan tujuan titipan.

Hamba hamba Allah yang menerima nikmat berupa titipan harta harus menggunakannya sesuai dengan kehendak-Nya dan  untuk perkara yang diridhai-Nya.

Juga termasuk perkara yang diridhai-Nya dalam hal harta yaitu dengan menginfakkan sebagiannya di jalan Allah. Sungguh dalam hal ini Allah Ta'ala akan menggantinya bahkan dengan berlipat ganda. Allah Ta'ala berfirman :

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. Setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (Q.S al Baqarah 261)

Ketiga : Menjaga titipan dengan baik dan tidak merusaknya.  

Adalah kewajiban bagi hamba hamba Allah yang diberi titipan untuk menjaga titipan itu jangan sampai rusak apalagi sengaja merusaknya. Diberi harta berupa kendaraan, rumah tinggal dan yang lainnya haruslah dipelihara dan dijaga dengan baik.

Termasuk juga bahkan sangat penting dijaga adalah fisik kita yag telah diciptakan Allah dengan SANGAT SEMPURNA. Jaga agar tetap sehat dan prima. Jangan memakan barang barang yang haram baik zatnya maupun cara mendapatkannya. 

Wallahu A'lam. (3.621).    

 

Selasa, 04 November 2025

PEMILIK HARTA BISA TERPUJI BISA JUGA TERCELA

 

PEMILIK HARTA BISA TERPUJI BISA JUGA TERCELA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Allah menjamin rizki setiap makhluk-Nya. Allah Ta'ala menjelaskan hal ini dalam firman-Nya : 

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا

Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Huud 6). 

Syaikh as Sa’di antara lain menafsirkan ayat ini bahwa semua (makhluk)  yang merayap dimuka bumi baik manusia, binatang didaratan atau dilautan maka Allah telah menjamin rizki dan makan mereka. Rizki mereka menjadi kewajiban Allah.

Semuanya diliputi oleh ilmu Allah dicatat oleh pena-Nya. Berlaku padanya kehendak Allah dan manusia tetap harus yakin kepada Allah yang menjamin rizkinya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh Allah Ta’ala  memberikan rizki kepada seorang hamba tidaklah sama dengan hamba yang lain. Dia melebihkan rizki seseorang dari yang lain dengan hikmah-Nya. Ketahuilah bahwa para sahabat banyak yang kaya raya sementara itu juga banyak yang miskin.

Bahkan para Nabi ada yang kaya seperti Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman dan ada pula yang miskin diantaranya Nabi Isa dan Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi Wasallam.

Sungguh, Allah Ta'ala menjelaskan bahwa hamba hamba-Nya ada yang dilebihkan rizkinya yaitu sebagaimana firman-Nya : 

وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِى ٱلرِّزْقِ ۚ

Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rizki. (Q.S an Nahal 71).

Dan juga Allah Ta'ala berfirman :

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ

Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) menyempitkan (rizki itu). Q.S ar Ruum 37.

Melebihkan seseorang dari yang lain dalam hal rizki atau harta adalah  merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Ta’ala. Allah Ta'ala berfirman :

أَوَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki) ?. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. (Q.S az Zumar 52)

Jadi ada hamba hamba Allah yang luas rizkinya dan MEMILIKI HARTA YANG BANYAK dan ada pula yang sempit rizkinya dan MEMILIKI HARTA YANG SEDIKIT. Semua adalah atas kehendak Allah Ta'ala.

Tetapi ketahuilah bahwa pada hakikatnya tidak ada pujian karena harta yang banyak dan juga tidak ada celaan karena harta yang sedikit. Pujian atau celaan bisa jadi datang  kepada PEMILIK HARTA . Dan pujian atau celaan mendatangi pemilik harta, paling tidak ada pada dua keadaan yaitu :

Pertama : Bagaimana cara mendapatkan harta.

Ketika seseorang mendapat harta dengan benar dan lurus atau dari jalan yang halal, maka pemilik  harta yang banyak maupun sedikit itulah YANG TERPUJI. Sebaliknya jika seseorang mendapat harta dari jalan buruk, tidak halal maka pemilik harta yang banyak maupun sedikit Itulah YANG TERCELA.

Kedua : Bagaimana cara membelanjakan harta.

Sungguh, rizki berupa harta adalah SALAH SATU NIKMAT dari Allah Ta'ala. Ketahuilah bahwa sifat suatu nikmat adalah digunakan sebagai sarana untuk beribadah, mendekatkan diri dan mencari ridha-Nya.

Lalu ketika rizki berupa harta jika digunakan untuk kebutuhan yang Allah ridha maka orang yang memiliki harta yang banyak ataupun sedikit Itulah yang terpuji. Sebaliknya orang yang memiliki harta yang banyak ataupun sedikit lalu digunakan untuk perbuatan buruk maka itulah pemilik harta yang tercela.

Wallahu A'lam. (3.620).

          

Senin, 03 November 2025

SANGAT DIANJURKAN BERJALAN KAKI KE MASJID UNTUK SHALAT

 

SANGAT DIANJURKAN BERJALAN KAKI KE MASJID UNTUK SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah bahwa berwudhu di rumah dan berjalan kaki ke masjid yang memungkinkaan dicapai dengan berjalan kaki, memiliki nilai dan manfaat yang  banyak dan sangatlah baik untuk kita amalkan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah menjelaskan perkara ini dalam beberapa sabda beliau, diantaranya :

Pertama : Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

“Jika salah seorang dari berwudhu, dia berwudhu dengan baik dan benar. Kemudian dia keluar menuju masjid maka dia tidak mengangkat kaki kanannya (untuk melangkah) kecuali Allah Ta’ala menuliskan satu kebaikan untuknya dan dia tidak menurunkan kaki kirinya kecuali Allah menghapus satu dosa darinya”. (H.R Abu Daud). 

Selain itu, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan pula tambahan keutamaan berjalan kaki ke masjid untuk menunaikan shalat.   

Pertama : Beliau bersabda,

إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ

Sesungguhnya pahala orang yang terbesar dalam hal shalat adalah mereka yang paling jauh jarak jalan kakinya kemudian yang berikutnya. (H.R Imam Muslim). 

Kedua : Beliau bersabda,

وَكُلُّ خَطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ

Setiap langkah berjalan (ke masjid) untuk menunaikan shalat adalah sedekah. (H.R Imam Muslim)

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Setiap langkah kaki menuju shalat adalah sedekah baik jarak yang jauh maupun dekat. (Syarh Arba’in an Nawawiyah).

Selain itu ketahuilah bahwa BERJALAN KAKI KE MASJID UNTUK SHALAT SHUBUH DAN SHALAT MEMILIKI KEUTAMAAN TERSENDIRI yaitu mendapat kabar gembira dengan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat. Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

عن بُريدَة – رضي الله عنه – ، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : بَشِّرُوا المَشَّائِينَ في الظُّلَمِ إلى المَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ القِيَامَةِ 

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan menuju masjid masjid, bahwa ia akan mendapatkan cahaya sempurna pada hari kiamat. (H.R. Abu Daud, at Tirmidzi. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini Shahih).

 

Wallahu A'lam. (3.619)