MENGAMBIL IBRAH ATAU
PELAJARAN DARI ABU HURAIRAH
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Dalam Islam kata ibrah (إِبْرَاه) berarti pelajaran atau hikmah yang
bisa diambil dari suatu peristiwa atau fenomena, baik yang bersifat lahiriah
maupun bathiniah, untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran spiritual.
Ketahuilah bahwa sangat banyak ibrah atau pelajaran
yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup atau kehidupan para sahabat
Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam. Dan kali ini mari kita lihat sekilas
tentang kehidupan salah seorang sahabat
yaitu Abu Hurairah.
Abu
Hurairah yang memiliki nama asli Abdurrahman as Sakhr ad Dausi al Yamani adalah
sahabat yang selalu bersama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Sebenarnya
Abu Hurairah termasuk sahabat yang agak belakangan masuk Islam yaitu pada umur
40 tahun, di tahun ke 7 H.
Sungguh,
ada banyak keutamaan Abu Hurairah yang bisa kita ambil sebagai ibrah atau
pelajaran, diantaranya adalah :
Pertama
: Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits.
Dalam
Kitab Ensiklopedi Islam dsebutkan tentang lima sahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadits adalah : (1) Abu Hurairah, 5.374 hadits. (2)
Abdullah bin Umar, 2.630 hadits. (3) Anas bin Malik, 2.266 hadits. (4) Aisyah,
2.210 hadits. (5) Abdulllah bin Abbas, 1.660 hadits.
Ketahuiah
bahwa diantara keistimewaan Abu Hurairah adalah dia menghafal hadits dan tidak
mencatatnya, karena hafalannya sangat kuat. Penyebab banyaknya Abu Hurairah
meriwayatkan dan kuat hafalannya adalah karena
beliau pernah didoakan Rasulullah Salallahu ‘alaihhi Wasallam agar dikuatkan
daya ingatnya. Dalam satu hadits disebutkan sebagai berikut :
عن أبي هريرة قال قلت يا رسول الله إني أسمع منك حديثا
كثيرا أنساه قال ابسط رداءك فبسطته قال فغرف بيديه ثم قال ضمه فضممته فما نسيت
شيئا بعده حدثنا إبراهيم بن المنذر قال حدثنا ابن أبي فديكبهذا أو قال غرف بيده
فيه
Dari
Abu Hurairah, aku berkata, wahai Rasulullah, aku telah mendengar dari engkau
banyak hadits namun (terkadang) aku lupa. Beliau lalu bersabda : Hamparkanlah
selendangmu. Maka aku menghamparkannya, beliau lalu seolah menciduk sesuatu
dengan tangannya, lalu bersabda : Ambillah (selendangmu).
Aku
pun mengambilnya, maka sejak itu aku tidak pernah lupa lagi. Telah menceritakan
kepada kami Ibrahim bin Al-Mundzir berkata : Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Abu Fudaik dengan redaksi seperti ini, atau dia berkata, Menuangkan ke
dalam tangannya. (H.R Imam Bukhari).
Kedua
: Rumah Abu Hurairah tidak pernah kosong dari shalat lail.
Dalam hal ibadah, rumah beliau tidak pernah
kosong dari shalat malam. Perhatikanlah kisah bagaimana Abu Hurairah yang
menjaga shalat malam di rumahnya.
Dari Abu Utsman an Nahdi, dia berkata : Aku
pernah bertamu pada Abu Hurairah beberapa hari. Aku lihat Abu Hurairah,
istrinya dan pembantunya senantiasa membagi malam menjadi tiga untuk shalat
lail. Apabila yang satu telah shalat lalu membangunkan yang lain. (Kitab
Hiyatul Auliyaa).
Ketiga
: Abu Hurairah sangat teguh memegang nasehat Rasulullah Salallahu 'alaihi
Wasallam.
Sungguh
beliau betul betul sangat teguh memegang
wasiat Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Disebutkan dalam satu riwayat
bahwa pada suatu hari Rasulullah Salallahu Salallahu ‘alaihi Wasallam
berwasiat tentang tiga hal kepada Abu Hurairah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ
أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Dari
Abu Hurairah, dia berkata : Telah berwasiat kepadaku, kekasihku
(Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam) untuk melakukan tiga hal yang TAK AKAN
AKU TINGGALKAN hingga meninggal dunia, yaitu : puasa tiga hari
setiap bulan, shalat dhuha dan tidur dalam keadaan telah melakukan shalat
witir. (H.R Imam Bukhari).
Keempat
: Abu Hurairah menangis menjelang wafat.
Ketahuilah
bahwa Abu Hurairah menjelang wafatnya menangis. Lalu ditanya kenapa
beliau menangis. Lalu beliau menjawab : Perjalanan menuju akhirat itu sangatlah panjang dan berat, tetapi perbekalanku hanya sedikit.
Jadi beliau takut kalau bekalnya tidak cukup. Bukankah jika seseorang akan
melakukan perjalanan yang panjang dan berat memerlukan bekal yang banyak.
Ketahuilah
bahwa rute perjalanan yang akan kita tempuh menuju negeri akhirat adalah sama seperti yang akan dilalui Abu Hurairah,
dan sebagaimana manusia umumnya, yaitu dimulai dengan sakaratul maut, kematian,
alam kubur dan fitnahnya, padang Mahsyar yang berat, timbangan amal, melalui
shiraat dan seterusnya sebelum sampai di surga atau neraka. (Lihat Kitab
Rihlah ilad Darus Akhirah, Syaikh Mahmud al Mishri).
Wallahu
A'lam. (3.528)