Rabu, 10 Desember 2025

KETIKA KEHIDUPAN TERASA SEMPIT

 

KETIKA KEHIDUPAN TERASA SEMPIT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Terkadang kita melihat ada  orang orang yang mengeluh dengan kehidupannya yang sempit. Selalu sempit dadanya. Berbagai masalah dihadapi. Termasuk pula keluhannya karena kekurangan dalam harta atau rizki. Diantara penyebabnya adalah sebagaimana firman Allah : 

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta. (Q.S Thaha 124).

Diantara ulama Tafsir menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk  yang enggan beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka (Adhawaul Bayan, dinukil oleh Syaikh asy Syinqiti).

Ketahuilah bahwa sangatlah banyak jalan untuk keluar dari kehidupan yang sempit dan dirundung kesedihan, diantaranya :

Petama : Perbanyak memohon ampun.

Sungguh, kita hamba hamba Allah banyak berbuat dosa dan Allah Ta'ala berjanji akan memberi ampunan. Dalam satu hadits qudsi disebutkan :

 يا عبادي إنكم تخطئون في الليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada malam dan siang, dan Aku mengampuni semua dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Bahwa diantara keutamaan beristighfar,  adalah dilapangkan untuk setiap kesempitan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, KELAPANGAN UNTUK SETIAP KESEMPITANNYA dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.  (H.R Imam Ahmad dari Ibnu Abbas).

Kedua : Bersegera melakukan amal shalih yang dilandasi iman.

Melakukan amal shalih yang dilandasi iman adalah kewajiban paling utama  hamba hamba Allah. Inilah jalan yang paling jelas untuk mendapat kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Tentang  surat  an Nahal 97 ini, Syaikh as Sa’di berkata : Firman Allah Ta’ala : “Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. Maksudnya : Dengan memberikan KETENANGAN HATI DAN KETENTERAMAN JIWA serta tidak menoleh kepada objek yang mengganggu hatinya dan Allah Ta’la memberinya rizki yang halal dari arah yang tak disangka sangka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketiga : Berusaha untuk bersedekah semampunya 

Ingatlah bahwa ketika seseorang banyak berbuat maksiat maka Allah Ta’ala maka Allah murka kepadanya. Lalu diberi berbagai kesulitan atau musibah. Salah satu cara agar murka Allah itu hilang adalah  BERHENTI DARI BERBUAT KEBURUKAN DAN MEMOHON AMPUN KEPADA-NYA. 

Selain itu ketahuilah bahwa untuk menghilangkan murka Allah Ta’ala sehingga musibah diangkat adalah DENGAN BANYAK BERSEDEKAH. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 إن صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

Sesungguhnya sedekah yang dikeluarkan secara rahasia dapat memadamkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala. (H.R ath Thabrani).

Orang yang bersedekah menunjukkan bahwa dia seorang hamba berlaku ikhlas kepada Allah. Ia berlaku tulus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  yaitu bersedekah dengan cara diam-diam sehinngga terhindar dari perasaan riya. Dengan demikian Allah Ta’ala akan ridha kepada-nya dan Allah Ta’ala akan mengangkat adzab-Nya, diantaranya dihilangkan rasa sempit dan resah gelisahnya.

Wallahu A'lam. (3.637).

SHALAT PENGHALANG PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR

 SHALAT PENGHALANG PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat lima waktu sehari semalam adalah ibadah fardhu atau wajib yang harus dilakukan oleh hamba hamba Allah yang sudah baligh dan berakal. Shalat fardhu adalah rukun Islam kedua setelah dua kalimat syahadat.

Selain itu ketahuilah bahwa begitu penting dan utamanya shalat fardhu maka paling tidak ada dua perkara yang menjelaskannya yaitu :

Pertama : Perintah shalat disampaikan langsung oleh Allah Ta'ala.

Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani  menjelaskan bahwa  saat Allah Ta'ala mensyariatkan kewajiban  pada umat ini, Allah langsung memanggil Rasul-Nya dan berbicara langsung kepada Rasul-Nya perihal perintah shalat ini, tanpa melalui perantara malaikat Jibril. (Kitab Shalatul Mukmin).

Dalam satu hadits dari Anas bin Malik, disebutkan bahwa :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فَرَضَ اللَّهُ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً، فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ، حَتَّى آتِيَ عَلَى مُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: مَاذَا افْتَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: فَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً،

قَالَ: فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ، فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَوَضَعَ عَنِّي شَطْرَهَا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَقَالَ: هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَقُلْتُ: قَدِ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي.”

 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Allah memerintahkan umatku shalat lima puluh kali, kemudian aku kembali dengan perintah itu, hingga aku bertemu dengan Musa.

Musa bertanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam : Apa yang Allah perintahkan padamu ?. Aku menjawab : Aku diperintahkan untuk melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari semalam. Musa berkata : Kembalilah kepada Rabbmu, sungguh umatmu tak akan mampu (menunaikan) hal itu.

Kemudian aku kembali menghadap Rabb-ku, Lalu Dia mengurangi separuhnya dariku. Kemudian aku kembali kepada Musa dan mengabarkan hal itu. Musa lantas berkata : Kembalilah menghadap Rabb-mu. Sunggguh, umatmu tidak akan mampu menunaikannya. Kemudian aku kembali menghadap Rabb-ku, lalu Dia berfirman : Ia adalah lima dan ia adalah lima puluh. Ucapan (ketetapan) dari-Ku tidak dapat diganti lagi.

Kemudian aku kembali kepada Musa, lalu dia  berkata : Kembalilah menghadap Rabb-mu. Aku lantas menjawab : Aku sudah malu kepada Rabb-ku. (H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Kedua : Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan diihisab.

Ketahuilah bahwa  shalat  adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab atau diperhitungkan di akhirat kelak sebagaimana riwayat berikut ini :

(1) Diriwayatkan dari Anas bin Malik. 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk. (H.R ath Thabrani).

(2) Diriwayatkan dari Abu Hurairah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُحَاسَبُ بِصَلَاتِهِ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasaaallam bersabda: Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.

Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. (H.R an Nasa’i dan at Tirmidzi,  dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Sungguh, Allah Ta'ala telah mengingatkan pula bahwa shalat adalah ibadah yang menghalangi hamba hamba Allah dari perbuatan keji dan mungkar yaitu sebagaimana firman-Nya :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ

Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. (Q.S al Ankabut 45).

Ketahuilah bahwa shalat merupakan salah satu  bentuk dzikir atau mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan dengan mengingat Allah Ta'ala melalui  shalat maka seseorang terhalang untuk melakukan perbuatan buruk yaitu keji dan mungkar karena orang yang shalat dituntut untuk membawa nilai nilai shalat dalam kehidupannya.

Selain itu ketahuilah bahwa seseorang yang senantiasa melakukan shalat AKAN SANGAT RISIH BAHKAN SANGAT TAKUT UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN BURUK DAN TERCELA.

Tentang surat al Ankabut ayat 45 diatas, Syaikh as Sa'di berkata :  Dan sisi keberadaan shalat DAPAT MENCEGAH PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR adalah bahwa seorang hamba yang menegakkan shalat, menunaikan rukun rukun, syarat syarat dan kekhusyu'-annya maka :

(1) Hatinya akan bersinar. (2) Jiwanya menjadi suci. (3) Imannya bertambah. (4) Kemauannya pada kebaikan makin kuat dan (5) Kemauannya pada keburukan berkurang atau habis. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Cuma saja terkadang kita melihat ada diantara saudara saudara kita yang mengamalkan shalat tetapi masih saja agak serig bermaksiat, Kenapa bisa begitu ?. Dalam hal ini perhatikanlah tafsir Syaikh as Sa'di tentang surat al Ankabut ayat 45 sebagaimana tersebut diatas.

Selain itu ada orang orang berilmu yang mengingatkan  bahwa :  "KUALITAS SHALATMU AKAN MENCERMINKAN MUDAH TIDAKNYA ENGKAU TERJERUMUS KEPADA PERBUATAN KEJI DAN MUNGKAR".

Oleh karena itu hamba hamba Allah mestilah terus menerus  menjaga kualitas shalatnya sesuai syariat yaitu sebagaimana yang diajarkan Allah Ta'ala melalui Rasul-Nya.

Wallahu A'lam. (3.636)  

 

Kamis, 04 Desember 2025

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

 

HAMBA ALLAH TIDAK SUKA TELAT MELAKUKAN SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat adalah ibadah paling utama dan pertama kali akan dihisab pada hari Kiamat. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan dalam sabda beliau :


 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihkan oleh al Hafizh Abu Thahir).

Tetapi melihat kepada kenyataan  amalan shalat yang pertama akan dihisab ini ternyata banyak saudara saudara kita suka telat melakukan shalat sesuai waktunya.  Ada diantara saudara saudara  yang melaksanakan shalat fardhu pada menjelang akhir waktunya.

Ketika seseorang telat melaksanakan shalat selagi dalam waktunya shalatnya tetap sah tetapi nilainya Allah Ta'ala yang Maha Mengetahui. Ketahuilah bahwa sesuatu ibadah  yang akan diperhitungkan pertama kali seperti ibadah shalat berarti ibadah itu adalah PALING UTAMA DAN  SANGATLAH PANTAS untuk segera diamalkan di awal waktu sebagaimana yang dilazimkan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabat serta orang orang shalih.

Selain itu ingatlah bahwa Allah Ta'ala mencintai hamba yang mengamalakn shalat di awal waktu yaitu sebagaimana   disebutkan dalam hadits berikut ini :  

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت النبي صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى الله؟ قال: “الصلاة على وقتها”, قلت: ثم أي؟ قال: “بر الوالدين”, قلت: ثم أي؟ قال: “الجهاد في سبيل الله”,

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dia berkata : Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam tentang amalan yang PALING DICINTAI    Allah Subhanahu wa Ta’ala ?. Beliau menjawab : SHALAT PADA WAKTUNYA. Kemudian apa ?, kataku.  Beliau menjawab : Berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian apa ?, kataku lagi. Beliau menjawab :  Jihad fi sabilillah.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaii Wasallam bersabda :

 لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ

 

Jika suatu kaum senantiasa terlambat, Allah akan memperlambat mereka. (H.R Imam Muslim)

Atas dasar ini maka dikhawatirkan bagi seseorang jika ia telah membiasakan dirinya terlambat dalam ibadah, maka akan diuji Allah Azza wa Jalla akan mengakhirkannya semua peluang kebaikan baginya. Diantaranya telat turun rizkinya, telat dapat jalan keluar dari kesulitannya, telat ketemu barangnya yang hilang dan juga telat disembuhkan dari penyakit dan yang lainnya.

Wallahu A'lam. (3.635) 

 

 

 

Selasa, 02 Desember 2025

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

 

KETIKA HATI LEBIH KERAS DARI BATU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu keadaan hati buruk yang dimiliki sebagian manusia di bumi ini adalah HATI YANG KERAS BAHKAN LEBIH KERAS DARI BATU. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu bahkan lebih keras. (Q.S al Baqarah 74).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala menerangkan kekerasan hati mereka yaitu bahwa ia “seperti batu” (bukan)  daripada besi karena besi dan timah apabila dibakar niscaya meleleh. Berbeda dengan batu, dan firman-Nya : “Atau lebih keras lagi”, maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya sekeras batu dan (atau) tidaklah bermakna “bal” (bahkan). Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Nah, ketika seseorang memiliki hati yang keras maka itu adalah musibah bahkan lebih besar dari musibah berupa bencana alam, penyakit, kehilangan harta, kehilangan mata pencaharian dan yang lainnya.

Malik bin Dinar rahimahullah berkata : Tidaklah seorang hamba ditimpa dengan suatu musibah yang lebih besar daripada hati yang keras. (Shifatush Shafwah).

Ketahuilah bahwa  bila hati seseorang semakin mengeras dan membatu maka disebut sebagai musibah karena ciri hati yang keras   adalah :

(1)  Sulit menerima kebenaran. (2) Senang dan  bahkan bangga dengan maksiat. (3) Melihat kebaikan sebagai keburukan dan melihat keburukan sebagai kebaikan. Akibatnya adalah  sulit untuk bertaubat. (4) Sangat berambisi dengan dunia dan lalai dengan  akhirat. (5) Merasa sangat berat jika diajak beribadah dan tidak memiliki keinginan untuk berbuat kebaikan. Dan juga mudah digelicirkan kepada masiat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata bahwa hati bisa mengeras seperti batu di antara penyebabnya adalah karena :

(1) Berpaling dari mengingat Allah (berdzikir dan menghadiri majelis ilmu)

(2) Jauh dari mentadabburi Al-Qur'an.

(3) Terlalu sibuk dengan urusan dunia.

(4) Dunia menjadi ambisi utama hidupnya sehingga tidak menganggap penting urusan akhiratnya.

Sedangkan ketaatan kepada Allah akan membuat hati menjadi tenang, lembut, dan mudah diajak kembali kepada Allah. (Fatawa Nur 'ala ad Darb).

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya tingkat penyakit hati, termasuk hati yang keras   pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi orang orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk mengobati   penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG DIPERINTAHKANNYA DAN BERHENTI DARI LARANGANNYA.

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya penyakit hati yang ada pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu kembali kepada petunjuk al Qur an, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi  orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk  penyakit hati, yaitu dengan : SENANTIASA MEMBACA AL QUR AN, MENGHAYATI MAKNA MAKNANYA DAN MENGAMALKAN APA APA YANG ADA DI DALAMNYA.

Wallahu Alam. (3.634).   

 

 

 

Sabtu, 29 November 2025

SEBAB SEBAB TERHALANGNYA PENGABULAN DOA

 

SEBAB SEBAB TERHALANGNYA PENGABULAN DOA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, setiap hamba SANGAT BERHARAP AGAR DOA DOANYA meminta kebaikan bagi dunia dan akhiratnya DIIJABAH oleh Allah Ta'ala. Dan ingatlah bahwa Allah Ta'ala berjanji akan mengabulkan doa hamba hamba-Nya sebagaimana firman Allah :


وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabb-mu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Q.S al Ghafir 60).

Syaikh as Sa'di berkata : Ini adalah bagian dari kelembutan Allah terhadap hamba-hambaNya dan nikmat-Nya yang sangat besar, di mana Dia menyeru mereka kepada apa yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi agama dan dunia mereka, dan Dia perintahkan mereka untuk berdoa dengan doa ibadah dan doa permohonan, dan Dia berjanji kepada mereka akan mengabulkannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Jalan paling utama untuk pengabulan doa adalah dengan mengamalkan adab adab berdoa menurut syariat. Diantaranya adalah memulai doa dengan memuji dan mengagungkan Allah Ta'ala dan bershalawat kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam.

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah pernah mendengar seorang laki laki berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi. Beliau bersabda : “Orang ini terburu buru”. 

Kemudian Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam memanggilnya dan bersabda :  


 إذَا صَلَّى أحَدُكُمْ فليبدأ بتمحيد رَبِّهِ سُبْحانَهُ وَالثَّناءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي على النبي صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شاءَ

Jika salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah, lalu bershalawat kepada Nabi, barulah setelah itu ia berdoa meminta apa yang ia inginkan  (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi dan an Nasa’i, dari Fudhalah bin ‘Ubaid).

Selain itu ketahuilah bahwa ada beberapa penghalang dari pengabulan doa hamba hamba Allah, diantaranya adalah :

Pertama: Belum sungguh sungguh bertaubat dari perbuatan buruk.

Sebelum berdoa hamba hamba Allah hendaklah   bertaubat dan memohon ampun.. Lihatlah bagaimana nasihat Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk kaumnya yaitu sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً

Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristigfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu. (Q.S Nuh 10-12).

Kedua: Terburu buru ingin dikabulkan serta merasa jemu lalu meninggalkan doa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لم يَعْجَلْ، يقول: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

Akan dikabulkan doa kalian selama tidak tergesa-gesa, yaitu ia berkata : Aku telah berdoa tetapi tidak dikabulkan. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim).

Di dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan ketika sahabat bertanya tentang maksud tergesa-gesa di dalam berdoa. Nabi menjawab : Ia mengatakan : Aku telah berdoa, aku telah berdoa, tapi aku tidak melihat doa itu dikabulkan. Kemudian dia merasa jemu dan meninggalkan berdoa.

Ketiga: Tidak menghadirkan hati dan lalai ketika berdoa.

Dalam satu hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 ادْعوا الله وأنتم مُوقنون بالإِجابة، واعْلموا أنَّ الله لا يَستجيب دعاءً من قلبٍ غافل لاه

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa sungguh Allah  tidak mengabulkan doa yang keluar dari hati yang tidak konsentrasi dan lalai. (H.R at  Tirmidzi, dia mengatakan : Hadis ini dihukumi gharib, namun itu tidak meniadakan sifat hasan dan shahih darinya).

Keempat : Memakan dan memakai harta yang haram.

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingat perkara ini dalam sabda beliau :

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya menjadi kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa :  Wahai Rabbku, wahai Rabbku.

Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi makan dari yang haram. Maka, bagaimanakah Allah akan mengabulkan doanya. (H.R Imam Muslim).

Kelima: Tidak menjalankan sebab-sebab yang akan mengantarkan pada pemenuhan  keinginan dan harapannya.

Ketika seseorang berdoa menginginkan sesuatu kebaikan maka haruslah dengan menjalankan sebab sebab untuk mencapainya. Ketika seseorang menginginkan tambahan rizki maka mestilah MELAKUKAN USAHA YANG SUNGGUH SUNGGUH.

Ketika seseorang ingin mendapat nilai baik dalam belajar maka haruslah melakukan usaha yang sungguh sungguh. Ketahuilah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

Bersemangatlah pada hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan pada Allah, dan janganlah kamu berputus asa. (H.R Imam  Muslim),

Wallahu A'lam. (3.633)

 

Jumat, 28 November 2025

BANYAK DIAM BISA LEBIH SELAMAT

 

BANYAK DIAM BISA LEBIH SELAMAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta'ala telah memberi nikmat berbicara kepada hamba hamba-Nya agar bisa bergaul dan berkomunikasi secara baik dan mudah dengan sesamanya. Ketahuilah bahwa sifat satu nikmat HARUSLAH DIGUNAKAN UNTUK MENCARI RIDHA ALLAH.

Di zaman ini memang banyak manusia menggunakan kemampuan atau nikmat berbicara sesukanya, sekenanya bahkan seenaknya. Tidak memilih berkata yang baik dan bermanfaat baik bagi dirinya dan atau bagi orang lain.

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan agar hamba hamba Allah yang beriman agar senantiasa berbicara yang baik dan bermanfaat atau diam. Beliau bersabda :


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).

Dari hadits ini, pertama sekali ada faedah yang bisa diambil, diantaranya bahwa BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM bukanlah sekedar masalah adab berbicara tetapi terkait dengan iman.

Ketahuilah bahwa banyak ulama terdahulu memberi nasehat tentang berbicara yang baik atau diam, diantaranya  :

Pertama : Imam an Nawawi

Beliau berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut  benar benar baik dan berpahala, baik  dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan dia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu  tampak samar baginya  antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. (Syarah Shahih Muslim).

Kedua : Imam Ibnu Hajar Ashqalani

Beliau menjelaskan : Perkataan itu jika tidak baik pasti buruk, atau bermuara pada salah satunya. Termasuk perkataan yang baik adalah segala perkataan yang dianjurkan dalam syari’at baik yang wajib maupun yang sunnah. Begitu pula perkataan yang mengarah kepadanya. Adapun perkataan yang buruk dan segala yang mengarah kepada keburukan, maka diperintahkan untuk diam. (Fathul Bari).

Ketiga : Syaikh Syamith bin Ajlan.

Beliau berkata : Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau diam engkau selamat. Jadi jika engkau akan berbicara WASPADALAH. Bisa jadi ucapanmu akan bermanfaat bagimu. Bisa jadi pula akan MEMBAHAYAKAN DIRIMU. (Jami'ul Ulum wal Hikam).

Sebagai penutup, dinukil perkataan orang orang  bijak dalam hal berbicara dan diam, yaitu :

(1) Diamlah jika perkataanmu bisa menyinggung perasaan orang lain. (2) Diamlah jika engkau tidak mengetahui keadaan atau situasi  yang sebenarnya. (3) Diamlah jika berbicara hanya untuk meningkatkan ego dan popularitasmu. (4) Diamlah jika perkataanmu bisa merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan.

Wallahu A'lam. (3.632).