Minggu, 20 April 2025

BERTAUBAT HARUS SEKARANG BUKAN BESOK ATAU LUSA

 

BERTAUBAT HARUS SEKARANG BUKAN BESOK ATAU LUSA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia adalah makhluk yang lemah sehingga mudah tergelincir kepada dosa dan maksiat. Paling tidak ada dua perkara yang menjadi pemicu manusia berbuat dosa dan maksiat, yaitu :

Pertama : Hawa nafsu yang ada dalam dirinya.

Manusia memiliki hawa nafsu dan hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Alah Ta’ala berfirman :  

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِالسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

(Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 53).

Kedua : Syaithan yang berusaha menyesatkan dari jalan yang lurus.  Allah Ta’ala berfirman :  

وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا

Dan syaithan itu bermaksud menyesatkan mereka (manusia, dengan) kesesatan yang sejauh jauhnya. (Q.S an Nisa’ 60).

Sungguh, Allah Ta'ala telah memerintahkan hamba hamba-Nya untuk bertaubat. Allah Ta'ala berfirman :

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S an Nur 31).

Tentang taubat juga disebut dalam satu hadits sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :  

كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat (H.R at Tirmidzi).

Nah, ketika seseorang tergelincir kepada dosa dan maksiat maka YANG HARUS DIKEDEPANKAN ADALAH SEGERA BERTAUBAT.  Bertaubat sekarang juga tidak menunggu besok atau lusa apalagi mau  menunggu bertaubat setelah  pensiun. Sungguh, tidak ada yang menjamin kita bisa  hidup sampai besok atau lusa apalagi bisa hidup sampai tua atau  pensiun.

Selain itu ketahuilah jika kita ditakdirkan Allah Ta'ala kita bisa hidup sampai besok, lusa atau sampai pensiun maka sungguh tidak ada jaminan bahwa KITA BISA BERTAUBAT pada waktu yang kita rencanakan itu.     

Sungguh, tentang makna dan cara bertaubat disebutkan oleh : Prof. Dr Shalih Ghanim as Sadlan menjelaskan : Secara syar’i  taubat adalah meninggalkan dosa karena takut kepada Allah, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan terus memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dari amalnya.

Dr Shalih menjelaskan lebih lanjut bahwa hakikat taubat adalah perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi. Lalu mengarahkan hati kepada Allah Ta’ala pada sisa usianya serta (selanjutnya) menahan diri dari dosa. Berbuat dosa. Melakukan amal shalih dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat. 

Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabb-nya, inabah yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dan konsisten menjalankan ketaatan. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allah Ta’ala maka itu belum dianggap bertaubat. (Kitab At Taubatu Ilallah).

 

Wallahu A'lam. (3.544)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar