ADAKAH TANDA AMAL IBADAH
SEORANG HAMBA DITERIMA ALLAH ?
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, setiap hamba yang melakukan amal shalih
selalu berusaha melakukannya dengan (1) IKHLAS KEPADA ALLAH DAN (2) ITTIBA' ATAU
MENGIKUTI CARA ATAU CONTOH YANG DIAJARKAN RASULULLAH SALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM
karena dua perkara inilah syarat diterimanya amal ibadah seorang hamba.
Namun demikian, tidaklah seorangpun yang mau atau berani mengatakan bahwa amal shalih yang dilakukannya diterima Allah Ta'ala. Oleh karena itu hamba hamba Allah selalu berdoa agar amal diterima :
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً،
وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu as-Sunni)
Tetapi ketika seseorang telah berusaha melakukan amal ibadah sesuai petunjuk syariat maka dianjurkan untuk berbaik sangka kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala telah menjelaskan perkara ini dalam satu hadits qudsi :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Allah Ta’ala berfirman,
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى
بِى
Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.
(Muttafaqun ‘alaih).
Tentang makna hadits ini, al Qadhi Iyadh berkata :
Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika
hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat.
Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah
akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata
maknanya adalah berharap pada Allah dan meminta ampunannya (Syarh Shahih
Muslim).
Ibnu Mas’ud berkata: Demi Dzat yang tidak ada
sesembahan selain-Nya tidaklah seseorang diberi pemberian yang paling baik
daripada prasangka baiknya kepada Allah. Demi Dzat yang tidak ada sesembahan selain-Nya. Tidaklah seorang
hamba berbaik sangka kepada Allah melainkan Allah akan memberikan apa yang
menjadi prasangkanya.
Hal itu karena kebaikan ada ditangan Allah (Kitab Husni azh Zhan, Ibnu Abi Dun-ya).
Selain itu
ketahuilah bahwa Syaikh Shalih al
Fauzan berkata : Prasangka yang baik kepada Allah seharusnya disertai
meninggalkan kemaksiatan. Kalau tidak,maka itu termasuk sikap merasa aman dari
azab Allah. Jadi, prasangka baik kepada Allah harus disertai dengan
melakukan sebab datangnya kebaikan dan sebab meninggalkan kejelekan, itulah
pengharapan yang terpuji.
Sedangkan prasangka baik kepada Allah dengan meninggalkan
kewajiban dan melakukan yang diharamkan, maka itu adalah pengharapan yang
tercela. Ini termasuk sifat merasa aman dari murka Allah. (Al Muntaqa min
Fatawa Syaikh al Fauzan).
Namun demikian ada ulama atau orang orang berilmu yang
menjelaskan tentang TANDA TANDA AMAL SESEORANG DITERIMA. Imam Ibnu Rajab
al Hambali mengatakan : Sesungguhnya jika Allah
Ta’ala MENERIMA AMAL IBADAH SEORANG HAMBA maka Dia akan
memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut UNTUK BERAMAL SHALIH
SETELAHNYA.
Sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka, yaitu
ulama salaf : Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari
Allah Ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka
barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan
lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang
pertama.
Sebagaimana, barangsiapa yang mengerjakan amal
kebaikan, lalu dia mengerjakan perbuatan buruk setelahnya, maka itu
merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut.
(Latha’if Ma’aarif).
Wallahu A'lam. (3.549)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar