Sabtu, 23 Agustus 2025

HAMBA ALLAH BERSEGERA DAN BERLOMBA MEMOHON AMPUN

HAMBA ALLAH BERSEGERA DAN BERLOMBA MEMOHON AMPUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hamba hamba Allah diciptakan dalam keadaan lemah, yaitu sebagaimana dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya :

وَخُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا

Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.S an Nisaa’ 28.)

Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman).

Dengan kelemahan itu maka manusia sering tergelicir kepada perbuatan buruk yang mendatangkan dosa. Oleh karena itu maka hamba hamba Allah tak boleh  berhenti memohon ampun kepada Rabb-Nya di setiap waktu dan keadaan.

Sungguh, hamba Allah  berbuat dosa malam dan siang. Dan kita sangat menginginkan dosa dosa kita diampuni. Dalam satu hadits qudsi disebutkan :  

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai hamba hamba-Ku sesungguhnya KALIAN SEMUA BERBUAT SALAH  di waktu malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni segala dosa semuanya, maka MINTALAH AMPUN KALIAN SEMUA   kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala telah mengingatkan agar hamba hamba-Nya BERSEGERA MEMOHON AMPUN, sebagaimana firman-Nya :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Imam al Baghawi  berkata : Bahwa makna bersegeralah dalam ayat ini adalah : BERSEGERALAH DAN BERGEGASLAH MENGERJAKAN AMALAN AMALAN YANG BISA MENDATANGKAN PENGAMPUNAN. (Kitab Tafsir al Baghawi).

Dan selain itu ketahuilah bahwa Allah Ta'ala mengingatkan pula agar hamba hambanya bukan HANYA BERSEGERA TETAPI BERLOMBA untuk mendapatkan ampunan-Nya yaitu sebagaimana firman-Nya : 

سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ

Berlomba lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Q.S al Hadid 21).

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Berlomba-lombalah kalian, wahai manusia, melaksanakan amal shalih yang dengannya kalian mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kalian, seperti taubat dan berbagai macam ibadah lainnya, dan agar kalian mendapatkan dengannya surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi.

Surga ini disiapkan Allah untuk orang-orang yang beriman kepada-Nya dan beriman kepada rasul rasul-Nya. Balasan ini adalah anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan Allah -Subḥānahu- mempunyai karunia yang agung untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. (Departemen Agama Sauidi Arabia).

Ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak keutamaan yang akan mendatangi hamba hamba Allah yang senantiasa memohon, diantaranya adalah sebagaimana firman-Nya :

 وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka sedang mereka (masih) memohon ampunan. (Q.S al Anfaal 33). 

Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah pencegah adzab dari mereka, pada hal sebab sebab turunnya adzab itu telah tercapai. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

الْعبدُ آمنٌ من عذابِ الله عزَّ وجلَّ ما اسٌتغفرَ الله عزَّ وجلَّ 

Hamba akan aman dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla selama dia beristighfar, meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (H.R Imam Ahmad)

Wallahu A'lam. (3.578).

 

 

 

  

 

  

Minggu, 27 Juli 2025

SUKA BERSEDEKAH ADALAH SALAH BUKTI ADA IMAN DALAM DIRI

 

SUKA BERSEDEKAH ADALAH SALAH BUKTI ADA IMAN DALAM DIRI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Mengeluarkan harta untuk sedekah adalah satu perbuatan atau amalan yang BETUL BETUL SANGAT DIANJURKAN dalam syariat Islam. Sungguh sangatlah banyak kebaikan yang akan diperoleh orang yang membiasakan dirinya berinfak dan bersedekah untuk orang yang membutuhkan. Diantara keutamaannya  sebagaimana Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَالْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

Sedekah itu akan menghapuskan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api. Hasad akan memakan kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar. (H.R al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Selain itu, ketahuilah bahwa hamba hamba Allah yang suka dan terbiasa mengeluarkan hartanya untuk besedekah adalah satu tanda ada IMAN DI DALAM DIRINYA.  Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut bahwa sedekah itu adalah bukti keimanan sebagaimana disebutkan dalam   sabda beliau :

وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu sinar panas, sementara al Qur an bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu. (H.R Imam Muslim).

Imam an Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa penamaan sedekah karena satu akar kata dengan kata “ash-shidqu” ( ص, د, ق) yaitu jujur. Sehingga sedekah menunjukkan kejujuran iman seseorang dan ini adalah bukti. Beliau rahimahullah juga mengatakan bahwa : Sedekah adalah dalil atas KEBENARAN KEIMANAN SESEORANG. Itulah mengapa dinamakan sedekah karena menunjukkan jujurnya keimanan seseorang dan bukti kuatnya keyakinannya. (Syarh Shahih Muslim).

Sungguh, yang menguatkan juga bahwa sedekah adalah bukti keimanan yaitu manusia sangat cinta terhadap harta yang didapatkannya. Sehingga manusia punya sifat dasar tidak ingin berpisah dengan harta yang dia miliki. Hanya keimanan yang kuat yang bisa melawan hal ini.

Sedekah adalah bukti keimanan, sedangkan sifat pelit dan kikir itu sebaliknya. Oleh karena itu, dua hal ini tidak akan menyatu dalam keimanan seorang mukmin.

Ketahuilah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan bahwa sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul di hati seseorang, beliau bersabda :

لَا يَـجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيْمَانُ فِـيْ قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا.

Tidak akan pernah berkumpul antara kekikiran dan iman di hati seorang hamba selama-lamanya. (H.R Imam Ahmad. Lihat Shahih al Jaami’ ash Shaghir).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah berusaha semampunya untuk bersedekah karena sedekah adalah terkait dengan iman yang ada dalam diri kita.

Wallahu A'lam. (3.577)

 

ADA JALAN UNTUK MENGHAMBAT PERBUATAN MAKSIAT

ADA JALAN UNTUK MENGHAMBAT PERBUATAN MAKSIAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh perbuatan maksiat adalah perbuatan tercela yang mendatangkan berbagai keburukan bahkan kehinaan dan DOSA YANG HARUS DIPERTANGGUNG JAWABKAN DIAKHIRAT KELAK. Oleh karena itu  hamba Allah haruslah berusaha dengan sungguh sungguh untuk menghindarinya meskipun maksiat yang kecil apalagi maksiat besar.

Meskipun kebanyakan orang sangat malu dan sering tidak berani melakukan perbuatan maksiat di depan orang lain atau diketahui orang lain tetapi berani melakukan maksiat atau perbuatan buruk di kala sendirian. Perkara ini dijelaskan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau :

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut sebagai debu yang bertebaran.

Tsauban berkata : Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah. (H.R Ibnu Majah, al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Ketahuilah bahwa ada banyak jalan yang bisa menghambat perbuatan makiat, baik perbuatan maksiat terang terangan maupun maksiat sembunyi sembunyi, diantaranya adalah :  

Pertama : Perkokoh iman.

Jangan biarkan iman melemah. Diantara tanda melemahnya iman adalah merasa malas atau enggan melakukan ibadah, bahkan meremehkan amalan sunnah.

Ketahuilah bahwa lemahnya iman, itu  tersebab kurangnya ilmu. Kurang  ma’rifatullah (mengenal Allah).  Kalau iman seseorang itu kuat, jika ada maksiat di depannya, ia akan mengedepankan rasa takut pada Allah daripada kesenangan dunia yang sementara.

Dan diantara cara untuk memperkuat iman adalah sebagaimana nasehat Imam al Gazali yaitu  : (1) Menyibukkan diri membaca al-Qur’an berikut penjelasannya (2) Membaca hadits disertai maknanya, dan (3) Menyibukkan diri dengan menunaikan berbagai tugas (kewajiban) ibadah. (Dari al Ihya).

Kedua : Bergaul dengan teman yang shalih.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda :

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (H.R Abu Daud, at Tirmidzi dan Imam Ahmad. Syaikh al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shahihul Jaami’).

Sungguh banyak maksiat yang terjadi dikarenakan teman bergaul yang buruk kelakuannya.

Ketiga : Tidak mengumbar pandangan.

Salah satu kewajiban hamba hamba Allah adalah menundukkan pandangan agar diri terhambat  dari keburukan dan dosa. Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada laki laki yag beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat. (Q.S an Nuur 30).

Kemudian, dalam ayat ke 31 surat an Nuur Allah Ta’ala  memerintahkan pula para wanita untuk menundukkan padangan mereka.

Lalu bagaimana dengan pandangan yang tidak disengaja ?. Dalam satu hadits disebutkan dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.

Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku. (H.R Imam Muslim).

Keempat : Tidak memanfaatkan waktu luang.

Sungguh, waktu adalah salah satu nikmat dari Allah Ta'ala. Tetapi ada banyak saudara kita yang tertipu dengan waktu, yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :


نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang. (H.R Imam Bukhari).

Sejatinya jika hati kita sehat maka tidaklah kita akan menyia nyiakan nikmat Allah yang bernama waktu. Jangan tertipu dengan waktu. Bersyukurlah dengan waktu yang masih diberikan Allah kepada kita dan isilah dengan amalan amalan yang paling utama dan paling bermanfaat.

Ketahuilah bahwa waktu ibarat wadah yang bisa diisi dengan sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Ketika waktu senantiasa diisi dengan kebaikan maka terhindar dari keburukan.

Wallah A'lam. (3.576).  

 

Jumat, 25 Juli 2025

UJIAN DAN COBAAN BERUJUNG KEPADA KEBAIKAN

 

UJIAN DAN COBAAN BERUJUNG KEPADA KEBAIKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa orang orang beriman akan senantiasa  diuji, yaitu sebagaimana firman-Nya :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ

Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan beriman, dan mereka tidak diuji ?. Dan sungguh, Kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang orang yang dusta. (Q.S al Ankabuut 2).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan bahwa orang orang beriman itu akan selalu diuji. Yaitu sebagaimana sabda beliau :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الزَّرْعِ لَا تَزَالُ الرِّيحُ تُفِيئُهُ، وَلَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُصِيبُهُ الْبَلَاء

Perumpamaan seorang beriman tak ubahnya seperti tanaman, angin akan selalu menerpanya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim)

Namun demikian ketahuilah bahwa ujian yang diterima dengan sabar dan lapang dada akan berujung kepada kebaikan dan kabar gembira. Allah Ta'ala menjelaskan dalam firman-Nya, diantaranya :

Pertama : Agar bisa bersabar.

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S al Baqarah: Ayat 155).

Allah mengatakan bahwa hal yang diuji kepada manusia hanya sedikit, dengan sedikit ujian tersebut Allah hanya ingin memberikan kabar gembira setelah manusia bisa melewati ujian tersebut.

Namun ada syarat dan ketentuannya, yaitu kita diminta bersabar dengan hal-hal yang menjadi ujian kita seperti, ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan dan yang lainnya.

Ketahuilah bahwa sabar mendatangkan pahala tanpa batas. Allah Ta’ala berfirman : 

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah (Muhammad) :  Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman !. Bertakwalah kepada Rabb-mu. Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (Q.S az Zumar 10)

Kedua : Agar mengikuti kebenaran

Allah Ta'ala juga akan menguji dengan   kenikmatan dan kesusahan. Agar manusia kembali untuk mengikuti sesuai apa yang Allah arahkan pada yang benar, dan segala yang benar tersebut ada dalam al Qur’an. Karena sejatinya hidup tanpa petunjuk berarti  berjalan tanpa arah. Maka akan salah dan tersesat.

Allah Ta'ala berfirman  :

وَقَطَّعْنَٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ أُمَمًا ۖ مِّنْهُمُ ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَٰلِكَ ۖ وَبَلَوْنَٰهُم بِٱلْحَسَنَٰتِ وَٱلسَّيِّـَٔاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan Kami bagi bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang shalih dan ada yang tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Q.S al A’raf 168).

Ketiga : Untuk mengetahui orang yang bersungguh-sungguh  dan bersabar

Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu dan akan Kami uji perihal kamu. (Q.S Muhammad 31).

Wallahu A'lam. (3.575)

Kamis, 24 Juli 2025

SETELAH WAFAT MINTA KEMBALI KE DUNIA UNTUK SHALAT

 

SETELAH WAFAT MINTA KEMBALI KE DUNIA UNTUK SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat adalah ibadah paling utama bagi orang orang beriman yaitu setelah syahadat. Begitu besarnya keutamaan shalat maka amal ibadah yang pertama kali dihisab di akhirat kelak adalah shalat. Rasulullah bersabda : 

 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihlan oleh al Hafizh Abu Thahir)

Sungguh, ketika telah wafat dan telah diperlihatkan kepada manusia bagaimana besarnya NILAI DAN KEUTAMAAN SHALAT maka datanglah  penyesalan yang amat sangat. Lalu ingin kembali lagi ke dunia untuk dapat melaksanakan shalat.

Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan bahwa :

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ مَرَّ بِقَبْرٍ فَقَالَ : مَنْ صَاحِبَ هَذَا الْقَبْرِ؟ فَقَالُوْا: فُلاَنُ، فَقَالَ : رَكْعَتَانِ أَحَبَّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalam   melewati satu kuburan, kemudian bertanya : Siapa penghuni kuburan ini ?. Mereka menjawab : Ini kuburan si Fulan.  Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Dua rakaat lebih dia cintai daripada dunia kalian. (Shahihut Targhib wa Tarhib).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah senantiasa menjaga shalat TERUTAMA SHALAT FARDHU, JANGAN DIABAIKAN SEDIKITPUN. Dan juga amalkanlah shalat shalat sunnah yang disyariatkan.

Wallahu A'lam. (3.574)

 

Senin, 21 Juli 2025

BERLINDUNG DARI API NERAKA DENGAN PUASA DAN SEDEKAH

 

BERLINDUNG DARI API NERAKA DENGAN PUASA DAN SEDEKAH

Disusun oleh Azwir B. Chaniago

Sungguh,  orang beriman amat sangat takut dengan dahsyatnya panas api neraka. Oleh sebab itu orang beriman sangat sering membaca doa  :

اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim).

Berdoa adalah perbuatan atau amalan yang sangat baik bahkan termasuk ibadah yaitu sebagaimana dijelaskan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau : 

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

Doa adalah ibadah(H.R at Tirmidzi. Dinilai shahih oleh Syaikh al Albani).

Tetapi ketahuilah bahwa selain berdoa, ada banyak  amalan yang disyariatkan untuk berlindung dari api neraka, diantaranya adalah :

Pertama : Melakukan ibadah puasa.

Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun. (H.R Imam Bukhari).

Selain itu ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : 

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.  (H.R Imam Ahmad).

Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan : Maksudnya puasa adalah penghalang antara dirinya dengan api neraka. Hal ini mencakup puasa yang wajib seperti puasa Ramadhan dan juga puasa sunnah seperti puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari setiap bulan, puasa Dzulhijjah, puasa ‘Arafah, dan puasa ‘Asyura (Lihat al Minhatu ar Rabaniyyah fii Syarhi Al-Arba’in An-Nawawiyyah)

Kedua : Berinfak dan sedekah.

Kita juga bisa berusaha mencari sebab yang akan membentengi diri kita dari neraka yaitu dengan bersedekah, diantaranya sebagaimana dijelaskan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam :  

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّارَ فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ ثُمَّ ذَكَرَ النَّارَ فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ قَالَ شُعْبَةُ أَمَّا مَرَّتَيْنِ فَلَا أَشُكُّ ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Dari Adi bin Hatim radhiyallahu 'anhu, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menyebutkan tentang neraka, kemudian berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya. Kemudian menyebutkan neraka lalu berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya.

Kemudian menyebutkan neraka dan berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya. Syu’bah berkata: kemungkinan dua kali, lalu saya tidak ragu. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Hindarkan dirimu dari neraka walaupun hanya dengan separoh butir kurma, jika tidak ada maka dengan tutur kata yang baik.  (Muttafaq 'alaih)

Dalam redaksi Muslim, disebutkan : 

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَلْيَفْعَل 

Siapa di antara kalian yang mampu membentengi diri dari neraka walau dengan separoh butir kurma hendaknya ia lakukan.

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Jauhilah neraka walaupun dengan bersedekah separoh butir kurma, maka siapa saja yang tidak mendapatkannya, maka ucapkanlah kata-kata yang baik. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.573)

 

 

 

 

Jumat, 27 Juni 2025

LALAI BERIBADAH SATU INDIKASI TIDAK BERSYUKUR

 

LALAI BERIBADAH SATU INDIKASI TIDAK BERSYUKUR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala telah memberikan nikmat yang sangat banyak kepada manusia. Begitu banyaknya nikmat itu baik jenis maupun jumlahnya maka tidak akan pernah ada  manusia yang  mampu menghitungnya.

Allah Ta’ala mengingatkan bahwa manusia tak akan mampu menghitungnya sebagaimana firman-Nya :

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. DAN JIKA KAMU MENGHITUNG NIKMAT ALLAH, NISCAYA KAMU TIDAK AKAN MAMPU MENGHITUNGNYA. (Q.S Ibrahim 34).

  

Ibnul Qayyim berkata bahwa hakikat bersyukur adalah : Memuji Allah Ta’ala atas nikmat dan mencintai nikmat tersebut, serta MEMANFAATKAN NIKMAT UNTUK KETAATAN. (Thariq al Hijratain).

Diantara cara bersyukur adalah dengan tiga bentuk yang tergabung tidak terpisah. Tidaklah menjadi sempurna syukur seorang hamba kalau tidak melakukan ketiganya, yaitu :

Pertama : Bersyukur dengan hati.

 Yaitu dengan mengetahui dan menetapkan bahwa semua nikmat itu dari Allah semata. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari-Nya. Jadi kewajiban hamba adalah menyandarkan bahwa semua nikmat adalah dari Allah dan ini harus diyakini seyakin yakinnya.

Sungguh tidak ada pemberi nikmat  kecuali  Allah Ta’ala saja. Allah berfirman :

  وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ  

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl 53)

Kedua : Bersyukur dengan  lisan.

 Yaitu dengan memuji Allah Ta’ala antara lain dengan banyak membaca hamdalah. Bisa pula dengan menyebut nyebut nikmat Allah yang diperoleh yaitu dalam rangka bersyukur bukan dalam rangka berbangga diri dengan nikmat itu. Allah berfirman :

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Dan terhadap nikmat Rabb-mu hendaklah engkau sebut sebut (dengan bersyukur) Q.S ad Duhaa 11.

Ketiga : Bersyukur dengan anggota badan.

 Yaitu dengan menggunakan anggota badan ini untuk mentaati  dan mendekatkan diri kepada-Nya. Seorang hamba yang banyak beribadah adalah bagian dari rasa  syukurnya kepada Allah Ta’ala.

Ketahuilah bahwa tatkala Rasulullah shalat malam sampai telapak kaki beliau bengkak karena lama berdiri, maka ketika beliau ditanya : Mengapa engkau melakukan ini, padahal dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni ?. Beliau menjawab : “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba hamba yang bersyukur. (H.R Imam Muslim

Dari point ketiga ini dapatlah kita mengambil pemahaman bahwa ketika seseorang LALAI DALAM BERIBADAH maka rasa syukurnya lemah bahkan bisa disebut tidak bersyukur.

Selain itu, ketahuilah  bahwa bersyukur mendatang banyak kebaikan, diantaranya  adalah tidak akan di adzab yaitu  sebagaimana firman Allah Ta’ala :

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

ALLAH TIDAK AKAN MENGADZABMU jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. (Q.S an Nisa’ 147).

Dari ayat ini kita mendapat pemahaman yang sangat jelas bahwa orang yang  tidak bersyukur akan mandapat ADZAB DARI ALLAH TA'ALA. Na'udzubillah.

Wallahu A'lam. (3.572).